Journaling Itu Penting Untuk Kesehatan Mental dan Nggak Mahal, Kok!

Pada peradaban yang maju seperti sekarang, pekerjaan dan aktivitas manusia tentunya banyak terbantu dengan eksistensi gawai, produk digital, maupun produk elektronik lainnya. Efek dari hadirnya kecanggihan tersebut semakin terasa nyata terlebih lagi sejak masa pandemi Maret tahun lalu hingga saat ini. Mayoritas orang melakukan aktivitas sehari-harinya, baik bekerja maupun bersekolah, melalui bantuan gawai dan jaringan internet maupun pertemuan daring. Rasanya tiada hari tanpa menatap layar gawai.

Advertisement

Dengan rutinitas yang seperti itu hampir setiap hari, bahkan sudah berlangsung satu tahun lebih, tak jarang orang merasakan kejenuhan, stress, bahkan burnout (kelelahan). Ketika seseorang mengalami burnout, menurut HelpGuide, ia merasa hampa dan lelah secara mental akan pekerjaan sehari-harinya, serta tidak memiliki motivasi. Orang yang mengalami burnout sering kali tidak melihat adanya harapan akan perubahan positif dalam situasi mereka tersebut. 

Salah satu cara yang mudah untuk menjaga diri kita dari kejenuhan dan stres akibat work from home adalah dengan melakukan aktivitas journaling. Sebelum memasuki umur dewasa, aktivitas seperti ini seringnya disebut dengan diary yang biasa disimpan di tempat paling rahasia. Namun sekarang ini aktivitas serupa dan dengan konsep yang sama itu lebih dikenal dengan journaling.

Menurut artikel pada Medical Center University of Rochester, journaling itu sesederhana menuangkan dan menuliskan apa yang kita pikirkan dan rasakan. Sehingga dari melakukan aktivitas tersebut kita dapat memahami dan mengerti perasaan maupun pikiran kita dengan baik. 

Advertisement

Karena saya pun sudah mempraktikkan aktivitas journaling ini sejak tahun 2018, dampak positif dan fungsi dari journaling tentu sangat terasa. Efeknya lebih terasa lagi bagi saya sejak masa pandemi, di saat mobilitas saya sangat dibatasi, sangat sering duduk di depan meja belajar, dan menatap layar komputer pribadi. 

Ada kalanya kita ingin bercerita tapi tidak ingin diberi komentari atau ditanggapi, kita hanya butuh didengar. Ketika tidak mampu atau enggan untuk berbagi cerita pada teman terdekat atau keluarga, saya biasanya akan menuliskan cerita itu di buku journaling. Bahkan saya sekarang bisa menyebut journaling ini ‘teman terbaik’ saya. Saat kita ingin mengeluh, buku journaling tidak akan secara tiba-tiba mengatakan, “Kok kamu ngeluh terus, sih?” 

Advertisement

Tak hanya sebagai wadah untuk menuangkan pikiran dan perasaan pribadi, journaling juga sangat bisa dimanfaatkan untuk mengasah kreativitas, sebagai hiburan, dan melacak kegiatan sehari-hari kita. Apa yang kita tuangkan di buku journaling benar-benar bebas termasuk bagaimana cara kita mengemas tulisan-tulisan di dalamnya. Apabila memang kamu suka menghias dan mempercantik tulisan, kreasikan saja sesuai selera dengan bahan-bahan yang ada.

Mungkin ada beberapa orang yang menganggap bahwa aktivitas ini terlalu rumit, memakan waktu, dan mahal, padahal journaling ini sejatinya sama sekali tidak mahal. Bahan-bahan yang paling dasar harus dimiliki hanya buku dan pena, bahan dan alat lainnya sangat bisa ditemukan di meja belajar tanpa harus membelinya. Misalnya seperti gunting, lem, kertas koran, spidol, pensil warna, cat air, bahkan kertas-kertas foto yang kamu simpan bisa digunakan untuk mendukung aktivitas journaling.

Mengenai kerumitan dan waktu yang dibutuhkan itu sangat tergantung pada pribadi masing-masing. Apabila memang aktivitas ini memakan waktu, bukannya memang tujuan dari journaling salah satunya agar kita istirahat sejenak dari pekerjaan dan rutinitas lain yang melelahkan? Kerumitan biasanya hadir ketika diri kita sendiri menghendakinya, kok. Saat kita hanya ingin menulis saja di buku journaling tanpa menghias atau menambahkan sesuatu, pasti kita akan melakukan sesuai dengan yang kita inginkan dan rencanakan. 

Cara yang menurut saya cukup pas untuk mengatasi persoalan ‘prejudice’ seperti di atas yaitu dengan membuat aturan atau batasan. Kita dapat membuat jadwal aktivitas journaling dengan menentukan berapa kali dalam seminggu dan berapa lama durasinya. Selain membuat aturan dan batasan, penting juga untuk memiliki konsep ‘butuh’ melakukan journaling supaya bisa konsisten. Hal ini pun dapat meminimalisir rasa malas kita dalam melakukan aktivitas tersebut sehingga kesehatan mental kita juga bisa lebih terkontrol. Intinya, buatlah aktivitas ini senyaman dan semenyenangkan mungkin, ya! :)

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

just a glitch in the matrix

CLOSE