Kamu dan Segala Kenangan tentang Jogja

Teruntuk engkau, seseorang yang pernah kutemui di kota ini.

Salam hangat untukmu.

Advertisement

Apa kabar? Lama tak jumpa, pun demikian kita juga lama tak bersua. Aku berharap kau di sana selalu baik-baik saja. Mungkin kau sedang sibuk, jadi tak lagi ada waktu yang tercurahkan untuk hal lain selain pekerjaanmu. Mungkin pula kau sudah melupakanku, seseorang  yang pernah kau jumpai di kota ini. Aku mengerti, tak selayaknya aku seperti ini. Maaf.

Mengenalmu adalah suatu hal yang istimewa dalam hidupku. Meski hanya sebentar, kau sudah mengajarkan aku banyak hal. Cara pandangmu, kedewasaanmu, caramu bercanda hingga menghasilkan tawa untukku, tak bisa aku temukan pada laki-laki lain selain dirimu.

Masih ingatkah kau saat pertama kali kita berjumpa di kota ini?

Aku bahkan masih sangat ingat segala sesuatu tentang dirimu, tentang senyummu yang senantiasa menghiasi wajahmu yang syahdu. Aku tak bisa bersitatap lama dengan matamu. Itu akan membuatku menundukkan pandanganku karena aku tak kuasa menahan gejolak di hatiku padamu. Aku juga masih bisa mengingat dengan jelas bagaimana untaian demi untaian kata yang kau ucapkan padaku, penuh dengan wibawa dan tak aku temukan selama ini pada siapa pun jua.

Advertisement

Malam itu, untuk pertama kalinya kita bertemu sekaligus untuk pertama kali pula aku memberanikan diri kembali mengenal laki-laki dalam hidupku setelah sebelumnya aku terpuruk pada sebuah peristiwa yang mungkin tak akan kuasa diri ini menceritakannya padamu. Tidak mudah bangkit dari keterpurukan yang panjang, terjal, dan penuh dengan liku-liku. Namun malam itu aku memberanikan diri menemuimu. Perlahan tapi pasti, sejak malam itu semangatku mulai pulih kembali. Malam itu juga aku mulai tahu bahwa makanan favoritmu adalah makanan pedas. Kau suka minum kopi di pagi hari supaya tidak mengantuk menjalani aktivitas hari itu jua. Kau juga terkadang tidak sarapan karena tidak sempat, baru nanti makan camilan sekira jam 10 pagi. Saat kau pulang dari kantor terkadang kau menyempatkan waktu untuk bermain futsal bersama teman-temanmu, bahkan terkadang kakimu terluka meski kau sudah mengenakan sepatu. Teman-teman kantor yang asyik itulah yang membuatmu betah bekerja hingga kau menolak tawaran pekerjaan lain yang bahkan menawarkan gaji lebih tinggi dari kantor ini karena mungkin tak bisa menemui teman yang asyik seperti mereka.

Kau lebih banyak menghabiskan waktu di kost ketika libur dari kegiatan kantor. Hanya sesekali saja kau menikmati waktu di luar seperti jalan-jalan di car free day. Kau bahkan begitu hafalnya kalau saat libur, mall-mall selalu penuh dan jalanan tampak lengang. Kau hafal banyak tempat karena pengalamanmu luas. Kemandirianmu pun sudah tampak ketika SMP kau mengatakan sudah kost sendiri di dekat sekolah di daerah Merauke. Lalu kau datang ke Kota Jogja dan melanjutkan sekolah di salah satu SMA swasta dan melanjutkan kuliah masih di kota ini. Petualanganmu berlanjut ke Kota Solo saat kau bekerja di salah satu kantor di sana kemudian melanjutkan karier untuk mengajar di salah satu kampus swasta di sana. Kau pun menempuh jenjang S2 di kota itu pula, pada sebuah universitas negeri yang sudah cukup bonafit. Lalu kau meniti karier di Jakarta hingga saat ini.

Advertisement

Aku mungkin tidak sedetail dirimu saat mengingat sesuatu. Tapi sedikit banyak tentangmu aku tahu, walau terkadang aku masih penasaran juga dengan kehidupan pribadimu, bagaimana keluargamu, atau dirimu sendiri. Kau tak pernah bercerita sedetail itu. Mungkin kau tak mau menceritakannya padaku. Tak mengapa, itu adalah hakmu.

Kita berkawan, berbagi cerita tentang banyak hal dalam keseharian. Itu membuat sedikit demi sedikit beban yang ada berkurang. Aku mungkin harus jujur padamu bahwa itu semua lambat laun menciptakan rasa nyaman. Seiring berjalannya waktu, kenyamanan itu menciptakan rasa sayang di hati yang sulit untuk kukendalikan. Maaf, tak seharusnya aku seperti ini. Sungguh maafkan aku bila aku mencintaimu.

Aku menyadari bahwa kita tak akan bisa bersama. Kau dan aku ibarat langit dan bumi, tak akan bisa disatukan. Aku tahu bahwa diriku tak akan pernah menjadi layak untukmu. Kau, dengan segala kelebihan yang ada, mana mungkin bersama seorang wanita sepertiku. Mungkin kini kau mulai menjauh, menghindariku karena kau sudah menyadari itu semua dari sekarang.

Andai saja kau adalah laki-laki biasa yang tak punya banyak kelebihan, perbedaan di antara kita tak akan berarti. Tapi yang terjadi kau adalah laki-laki berada, dilengkapi dengan ilmu dan pengalaman tinggi, tak seperti diriku. Kau punya segalanya sedangkan aku tak punya apa-apa. Maka dari itu aku sangat mengerti kalau kau ingin mencari wanita yang sepadan, dengan segala kelebihan. Tak mengapa, itu bukanlah salahmu dan aku tak akan menyalahkan, apalagi membeci. Walau bagaimana pun juga, pernah bertemu denganmu sudah sangat menyenangkan. Aku berterimakasih pada Tuhan atas kesempatan pernah bertemu, mengenal, dan dekat denganmu.

Terima kasih kau pernah datang. Terima kasih karena dirimu, perlahan tapi pasti luka di hatiku yang pernah ada sebelumnya mulai menghilang. Terima kasih karena dirimulah aku bisa belajar akan banyak hal yang belum kuketahui sebelumnya. Kau mengajariku nilai-nilai kehidupan yang sungguh belum pernah kudapatkan sepanjang aku belajar tentang ilmu sebelumnya. Itu sangat berharga dan tak akan pernah kulupakan. Terima kasih segalanya.

Kini kuucapkan selamat tinggal padamu. Semoga Tuhan selalu menjagamu. Semoga kau selalu bahagia dan sukses dalam karier serta hidupmu. Jaga kesehatanmu ya, kau sering abai akan hal itu. Aku berdoa pada Tuhan supaya kau senantiasa diberikan segala nikmat dan perlindungan-Nya. Aku berjanji padamu, mulai saat ini tak akan pernah lagi mengganggumu.

Maaf jika selama mengenalku, aku banyak merepotkanmu. Maaf jika terkadang aku sulit membendung rasa khawatirku padamu. Maaf jika kekhawatiranku terkadang justru menyulitkanmu atau justru membuatmu merasa risih dan kesal padaku. Sungguh aku tak pernah berniat untuk menyulitkanmu. Bagaimana mungkin aku menyulitkan seseorang yang begitu berarti, seseorang yang aku cintai dalam hidupku, dirimu.

Takdir hidup pernah mempertemukan kita. Aku melanjutkan hidupku. Kau pun akan melanjutkan hidupmu. Saat rindu datang, aku hanya bisa menyelipkan namamu dalam doaku. Semoga kau selalu sehat. Sukses untuk karier dan kehidupanmu. Terima kasih dan maafkanlah aku.

Salam hangat dariku,

seseorang yang mencintaimu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mengajar, membaca, suka menulis...

CLOSE