Karena Tidak Hanya Kepada Jodoh Saja Kami Memantaskan Diri

Memantaskan diri adalah sebuah perjalanan panjang yang mungkin akan dilakukan sampai mati. Satu kata untuk mewakili perjalanan panjang tersebut, adalah ‘belajar’, satu kata dengan puluhan ribu makna. Selain itu memantaskan diri juga bisa berarti menikmati alur, alur kehidupan yang diciptakan Tuhan di mana di dalamnya kita akan membuat keputusan-keputusan penting untuk menentukan arah laju perjalanan hidup.

Bagiku memantaskan diri tidak hanya bermuara untuk satu orang saja atau yang biasa orang sebut jodoh, tetapi memantaskan diri juga bermakna menebarkan nilai guna kepada sesama manusia, karena dengan cara itulah aku yakin Tuhan akan memberi ganjaran yang luar biasa karena terus menebar kebaikan di mana-mana, karena mungkin saja nantinya dapat menemukan sosok yang kita butuhkan selama menebar nilai guna pada sesama.

Dalam perjalananku, aku sering memikirkan apakah aku adalah sosok yang sama ketika 1,5 tahun lalu, ataukah aku adalah sosok yang tengah dalam fase peralihan menuju sosok yang lebih baik lagi. Namun, kini aku merasa beruntung aku dapat menjalani pilihan kedua yang tentu saja pilihan yang sudah dikehendaki Tuhan.

Beralih menuju pribadi yang lebih baik. Banyak sekali cara yang bisa dilakukan demi mendapati kualitas diri menjadi lebih unggul dari sebelumnya. Salah satunya adalah rajin mencari ilmu baru. Bukan seperti pendidikan, ilmu sumbernya tidak selalu berupa kekognitifan, nilai A, B, atau C, tapi ilmu sumbernya sangat banyak, mulai dari buku, sampai obrolan teman sebaya. Jangan ragu untuk mencari ilmu baru, karena orang dapat dikatakan berubah apabila berilmu, karena dia belajar maka cara pandang menjadi lebih luas daripada sebelumnya. Hal yang paling aku suka dari cara ini adalah membaca dan mengenal sosok-sosok baru.

Sebelum berusaha mengenal dan mencintai orang lain sepatutnya kita harus mengenal serta mencintai diri sendiri terlebih dahulu, termasuk potensi yang ada di dalam diri, karena apa yang kita cari sebenarnya sudah berada dalam diri, tidak perlu terlalu sering melihat orang lain. Memaksimalkan seluruh potensi diri, bagiku juga sangat penting, karena potensi atau bakat sangat mahal harganya dan mungkin saja tidak bisa dibeli. Dengan cara mengasah kemampuan terus-menerus mungkin saja nantinya kita dapat berkarya dan menghasilkan pundi-pundi materi dari potensi diri. Di luar sana banyak sekali sosok luar biasa yang dapat dicontoh dan memiliki mata pencaharian dari potensi dirinya.

Menjalin hubungan silaturahmi yang baik juga menjadi salah cara untuk meningkatkan kualitas diri. Bagiku cara ini sangat ampuh untuk digunakan karena mungkin saja dengan membangun lingkaran-lingkaran silaturahmi baru, potensi pintu rezeki akan semakin lebar terbuka. Tidak lupa juga, sebaiknya memperhatikan pergaulan, apabila cenderung memiliki banyak keburukan sebaiknya dihindari, lebih baik lagi apabila mendekati beberapa sosok yang telah sukses dalam membangun diri yang lebih baik.

Tidak ada cara yang lebih baik untuk memohon selain dengan berdoa. Tuhan Maha segalanya, termasuk Maha Mendengar, Dia sama sekali tidak pernah berhenti mendengarkan apapun, termasuk doa seluruh umat manusia di muka bumi. Sifat Tuhan itulah yang mendasariku untuk sama sekali tidak berhenti memohon apapun termasuk pendamping dalam puji-pujian atas nama Tuhan. Doa tidak akan bekerja dengan sendirinya apabila enggan berusaha, dengan doa dan usaha yang dilakukan secara terus-menerus mungkin saja suatu hal baik kelak akan terjadi.

Istilah memantaskan diri kini memiliki makna yang tidak jauh dari mendekatkan diri kepada sang Ilahi. Selain dengan doa, sebaiknya juga memperbaiki kualitas ibadah. Mulai dengan sering mengunjungi masjid, mengunjungi gereja di setiap akhir pekan, dan banyak sekali cara yang bisa dilakukan. Sering menghadirkan diri dalam beberapa pertemuan keagamaan juga dapat menambah tingkat kebijaksanaan. Tentu kita sering melihat pemuka-pemuka agama yang penuh wibawa, dari tuturnya pun menghadirkan rasa damai dan kebijaksanaan dalam hati. Hal ini adalah buah dari seimbangnya ilmu keduniaan dan juga ilmu keagamaan. Bukankah tidak ada yang lebih baik daripada pasangan yang memiliki keseimbangan tersebut, sosok jodoh yang masih dalam imaji pun nantinya pasti akan senang dengan pribadi yang penuh wibawa, berilmu, bijaksana, dan dari penempaan dirinya selama menebar nilai guna di mana-mana dapat menempatkan diri dalam situasi seperti apapun.

Memantaskan diri bukan hanya sekedar menyibukkan diri, melainkan cara untuk menempa diri dan yang paling diidamkan adalah menjadi sosok yang lebih berkualitas seperti logam mulia yang selalu ditempa seiring waktu. Jodoh adalah salah satu bonus saja, yang lebih penting adalah terus menebarkan nilai guna di mana pun berada. Seperti dalam salah satu kutipan yang cukup kusukai.

Jangan menjadi sosok yang ada atau tidak adanya sama saja, hadir tidak menggenapi, tak ada pun tidak mengganjilkan.

Kini aku sangat menikmati cara seperti ini, perlahan menuju pribadi yang lebih baik dan berusaha pantas, tidak hanya bermuara pada satu sosok saja, melainkan untuk semuanya. Apabila 1,5 tahun lalu aku hanya bisa diam saja melihatnya mengutarakan kalimat itu, namun dalam perjalananku ini pertanyaan tersebut dapat kujawab dengan jelas.

“I will, not only for you, but for other people as well”.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Menulis merupakan jembatan untuk berbagi inspirasi.

4 Comments