Kau Memang Fatamorgana, Namun Aku Berhak Bahagia

Membayangkan sebuah pertemuan pasti indah. Dan dengan bodohnya aku mempercayai bahwa hal terindah adalah bersamamu.

Setiap manusia yang hidup, pasti diberi fitrah untuk mengenal lawan jenisnya. Mengenal cinta. Dan saling mengenal bahagia. Indah juga kalau membayangkannya. Seperti merpati yang dengan setianya menemani pasangannya kemanapun dia pergi. Seperti halnya aku, yang terus bersabar menantimu. Menanti pesan-pesan darimu. Padahal hanya semu.

Terlebih jika hanya dicintai semata. Mencintaimu ternyata bukan timbal balik yang kau harapkan.

Kau mungkin tak pernah mengerti seberapa harapku untuk bersandar di pundakmu. Kau pasti juga tak mengerti mengapa aku selalu berada di sekeliling dan melihat keberadaanmu meskipun kau tak melakukan hal sebaliknya.

Kau hangat seperti matahari. Parasmu apalagi senyummu. Diri ini saja yang sedingin salju, dingin dan menggebu untuk mendapatkanmu.

Setiap kali menatapmu, matamu seakan mempersilahkan diri ini singgah ke hatimu, ke pelukanmu. Kata-katamu yang ringan dengan segudang canda yang kamu miliki, membuat semakin terpana oleh parasmu.

Meminta untuk bertemu pada suatu waktu.

Bertemu denganmu adalah hal yang aku damba-dambakan. Seperti putri kerajaan yang akan menghadiri sebuah pesta jamuan makan malam di kediaman sang pangeran. Aku pun tak ingin kalah. Telah kupersiapkan segala hal yang akan aku kenakan saat bertemu denganmu. Hati ini juga menanti saat itu.

Aku semakin terbius oleh kata mautmu. Aku jatuh cinta.

Sungguh aku terpana olehmu. Kau tak merayu. Kau tak puitis. Apalagi pujangga. Namun perhatian yang kau tunjukkan membuatku semakin berharap. Berharap yang semua orang tau arah dan tujuan akan kemana.

Kau meninggalkanku. Aku terluka kembali.

Kau yang dulu selalu aku damba. Selalu kusebut dalam doa malam dan pagiku. Seseorang yang aku harap akan bersamaku kelak. Dengan segelintir kenangan yang kau tinggalkan. Kini aku terluka.

Daun kering yang jatuh merupakan takdir. Dan tetes embunpun juga begitu katanya.Ternyata tidak denganmu. Kau hanya semu belaka olehku. Olehku, kau tak lagi indah dengan parasmu.

Ku tak akan mencarimu. Segalanya sampai disini. Tentangmu tak ku harap lagi.

Kini aku berjalan sendiri ke padang pasir tandus dan gersang. Saat ku haus, aku melihat dari kejauhan ada sebuah sungai yang nampak segar airnya. Biru. Begitu sedap dipandang mata. Aku mendekat. Dan semakin dekat. Tak nampak seperti apa yang aku harapkan. Aku tak melihat apapun. Air dan kesegaran itu. Aku sadar, aku melihat fatamorgana kini. Seperti melihatmu. Kau fatamorgana. Fatamorgana keabadian.

Langkahmu yang kian jauh membuatku mengerti tentang apa arti semua ini. Dan aku minta tolong jangan berbalik melihatku. Karna aku layak bahagia.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Selalu hanyut dalam tarian indah sang pena.