#KesehatanMental-Kisahku yang Seorang Mantan People Pleaser dan Caraku Membuang Jauh-jauh Rasa Tidak Enakan. Semua Aku Lakukan Demi Kewarasan

Berbuat baik memang diharuskan, tapi jika itu merugikan diri sendiri maka itu bukanlah perbuatan baik.

Sulit rasanya memiliki sifat people pleaser yang sudah mengakar dalam diriku sejak lama. Aku tidak tahu apakah ini didikan dari orangtuaku yang menasihati agar selalu berbuat baik kepada seseorang, atau lingkungan yang membentukku demikian.

Advertisement

Berbuat baik memang kewajiban setiap individu agar tercipta lingkungan yang kondusif dan jauh dari pertikaian. Contohnya seperti menolong teman yang sedang kesulitan, meminjamkan uang kepada teman yang membutuhkan, siap menjadi tempat curhat teman, dan lain-lain. Namun bagaimana jika perbuatan baik kita itu justru melampaui batas dan justru menyakiti dan menyusahkan diri kita sendiri? Tunggu, memang ada perbuatan baik yang menyakiti diri kita sendiri? Jelas ada, dong!

Sejak kecil, aku dituntut oleh lingkungan agar menjadi manusia super baik, senang membantu dan jangan pernah membuat orang marah gara-gara perbuatan aku. Atas dasar didikan itu, aku menjadi pribadi yang sangat berhati-hati ketika berbicara mau pun bertindak. Sebenarnya ini adalah perilaku yang sangat baik, bukan? Tapi, tunggu. Kadang kebaikan yang aku lakukan justru ‘membunuh’ aku secara perlahan.

Ada beberapa kisah yang akan aku tulis di sini betapa perbuatan baik aku yang berlebihan itu sangat merugikan diri aku sendiri. Kisah pertama, ketika aku masih duduk di bangku sekolah. Guruku memberi tugas membuat sebuah gambar hewan yang harus dikumpulkan keesokan harinya. Aku yang memang hobi menggambar kala itu, sangat senang mendapat tugas demikian. Dan teman-teman satu kelasku pun tahu kalau aku cukup lihai dalam menggambar.

Advertisement

Saat itu, ada salah satu teman aku yang bilang kepadaku: Eh, tolong dong bikinin gue gambarnya, ya. Yang bagus, ya! Aku hanya diam saja saat itu. Beberapa saat kemudian, ada satu temanku lagi yang juga meminta dibuatkan gambar. Alhasil, ada dua orang yang dengan seenaknya meminta tugas menggambarnya dikerjakan olehku.

Malamnya, saat aku sedang mengerjakan tugas itu, aku terpikir oleh permintaan dua temanku itu. Awalnya, aku bodo amat dan tidak ingin mengabulkan permintaan mereka. Tapi pada tengah malam, aku memikirkan nasib dua orang temanku itu bagaimana kalau mereka tidak mengumpulkan tugas. Nanti bagaimana mereka bisa dapat nilai? Bagaimana jika guru memarahi mereka? Alhasil, saat itu juga aku langsung membuatkan mereka gambar sesuai dengan permintaan mereka.

Advertisement

Padahal, seharusnya aku bisa saja menolak suruhan mereka, bukan? Tapi karena aku memiliki rasa kasihan yang berlebihan, maka aku rela mengorbankan waktu tidur aku demi mereka. Sialnya lagi, mereka sama sekali tidak mengucapkan terima kasih setelah aku menyelesaikan tugas mereka. Tragis, bukan?

Kisah kedua, suatu hari aku diajak oleh teman aku untuk hang out ke sebuah tempat yang sedang hits. Jujur pada saat itu, aku sama sekali tidak memiliki uang. Tapi karena aku merasa tidak enak dengan rengekan dan paksaan temanku itu, akhirnya aku mengorbankan tabunganku demi menuruti permintaannya. Setelah pulang hang out, aku merasa menyesal karena tabunganku habis dan bingung apakah besok aku bisa makan.

Sebenarnya masih banyak kisahku sebagai people pleaser yang ingin aku bagikan. Namun dari dua kisah itu saja sudah cukup untuk menggambarkan betapa lemahnya aku saat itu. Berbuat baik memang diharuskan, tapi jika itu merugikan diri sendiri maka itu bukanlah perbuatan baik.

Tapi sekarang, aku belajar untuk menghempaskan jauh-jauh rasa tidak enakan itu dengan memberanikan diri untuk bilang tidak kepada permintaan orang yang aku anggap. Bahkan aku sudah berani memutus komunikasi dan mem-block beberapa orang yang aku anggap bisa membuatku kembali menjadi people pleaser. Aku tidak peduli jika aku dianggap sombong atau apa pun sebutan mereka. Bagiku, ketenangan jiwa itu lebih penting dari segalanya. Harga kewarasanku lebih mahal dari pada harus terus menuruti permintaan mereka.

So, jangan takut untuk menolak permintaan seseorang yang memang tidak seharusnya kita lakukan. Berbuat kepada orang lain itu penting, tetapi berbuat baik kepada diri sendiri itu jauh lebih penting.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Masih berusaha untuk menulis ditengah kesibukan mengurus anak

CLOSE