Ketika Rindu akan Menjadi Debu, di Situlah Letak Titik dari Sebuah Cerita

Aku merindukanmu dengan penuh adu pada Tuhanku...

Aku sedang tidak normal saat ini, merasakan yang tidak sewajarnya dirasakan pada kepunyaan orang. Mengeluh, menggerutu dalam hati tentang sebuah perasaan yang menggebu namun hanya mampu sampai ubun-ubun. Jika tidak diutarakan aku akan gelisah, tetapi jika diungkapkan pasti ada yang resah, lantas aku harus bagaimana?

Advertisement

Gelisah terus menghujam waktu disaat aku sendiri, memori yang pernah dinyatakan sekilas muncul dan membuat jejak baru, bedanya hanya pada dimensi waktu. Dulu dan sekarang. Dulu kau dan aku, sekarang kau punya orang.

Andaikan Tuhan mengijinkan, maka waktu akan ku jeda, dan segera kuperbaiki masa depan dengan hanya kita berdua, tanpa ada mendua, dan lainnya. Sayangnya itu semua sebatas pengandaian. Apa kabarmu sayang? sudah semampu akukah dia yang telah kau ajarkan tentang setia?


Terkadang aku ingin mendinikan tentangmu, yang bukan kepunyaanku. Tapi sekat waktu yang lain, pandai merayuku untuk tetap teguh dengan sebuah perasaan. Lucu bukan ?


Advertisement

Aku rasa kau sudah bahagia kan? sudah terbiasa menatap senja bersamanya, bahkan katamu dunia hanya milik kalian berdua, yang lain tak kau indahkan. Yaa memang sudah sewajarnya dia merasakan fase jatuh cinta pada pandangan pertama. Wah selamat ya! kalian semakin menjelma menjadi sepasang, sedang aku bergegas untuk tidak lagi berjuang.

Lagi dan lagi, Tuhan terus mengharuskanku menyudai, tidak lagi melukai hati dengan rindu yang tak berujung temu. Takdir itu menegaskan aku harus mengalah ketika aku sudah bertemu dengan hati yang lainnya sebab tidak akan ada balasan dari mata yang ingin menatap juga. Dari yang sering kueluhkan lewat doa.

Advertisement

Maaf, Aku merindukanmu.. (Lagi)

Aku masih belum bisa bersikap seolah tidak apa-apa pada realita, padahal hatiku terkadang terluka dan hanya kaulah yang mampu menyembuhkannya. Memberiku lagi nada dan suara tentang masa depan yang sempat kau perjuangkan demi kita. Belum ada siapa-siapa yang kau banggakan, kecuali kita. Kau dan aku.

Maaf, aku sedang merindukanmu.. (Lagi)

Setiap melihat postingan demi postingan yang menyerupai kisah kita dulu, masih ada rasa sayang yang kau simpan rapat-rapat pada ruang yang tidak kau beri kunci pada siapapun orangnya..

Maaf… Tetapi aku harus bergegas sadar..

Pada akhirnya kita hanya akan saling melempar senyum pada sebuah pertemuan, dengan penuh kemenangan yang kau buat, dengan segala kebanggaan yang sudah kau punya darinya, dan kepalsuan yang terus akan kuredam. Bukan soal siapa yang paling cepat mendapat kepingan hati baru, melainkan tentang seberapa besar dan seberapa lama kita mampu bertahan dengan perasaan pada satu orang yang sama.

Semoga gundukan rindu ini lekas padam dan hilang. Kegundahan akan sebuah pertemuan lekas beranjak. Dan aku akan sepertimu, dipertemukan dengan jiwa yang mampu memaknai kekurangan, selalu terima dengan kelebihan. Yang tidak akan pernah menertawakan sebuah tangisan, kemudian berpegang teguh pada sebuah perjuangan.

Aku merindukanmu dengan penuh adu pada Tuhanku…

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat Kajian Ustad Hanan Attaki

CLOSE