Kolak, Filosofi Takjil Khas Bulan Suci Ramadan

Salah satu menu yang wajib dihidangkan saat berbuka dan paling banyak digemari adalah kolak.

Memasuki bulan yang penuh berkat dan rahmat bulan suci Ramadan ini, tentunya semua orang pasti sangat menantikannya. Momen bulan Ramadan biasanya digunakan untuk berkumpul bersama keluarga besar, orang-orang terkasih, teman-teman tercinta, dan orang-orang spesial pada umumnya. Momen paling berkesan bulan Ramadan adalah adanya teman-teman mengajak untuk buka bersama (bukber). Saat bulan Ramadan tentunya semua orang mengidam-idamkan menu berbuka (takjil) yang enak dan berbeda dari hari-hari biasanya. Salah satu menu yang wajib dihidangkan saat berbuka dan paling banyak digemari adalah kolak.

Advertisement

Kolak adalah hidangan sederhana khas pada bulan puasa yang terbuat dari air, gula dan santan dengan beraneka isi seperti pisang, ubi jalar, labu, bahkan kolang-kaling. Kolak memiliki rasa manis khas dari santan. Kolak adalah menu andalan saat berbuka puasa. Bulan Ramadan kolak banyak dijajakan pada pasar dadakan ramadan (pasar yang hanya ada pada saat bulan suci ramadan). Dengan berbagai banyak isi pada kolak, harga yang dijajahkan juga pas di kantong. Makanan ini memang terlihat sederhana, namun jika ditelusuri lebih dalam, kolak memiliki filosofi untuk kehidupan.

Filosofi dalam isian semangkuk kolak

Kolak diperkenalkan dan disebarkan oleh para wali. Kolak menurut para wali berasal dari kata khala yang memiliki arti kosong. Jika diterjemahkan, kita sebagai manusia harus selalu bertaubat selagi kita masih hidup, agar dosa kita kosong/ lebur. Kematian dengan kekosongan dosa menurut para wali adalah sebaik-baiknya akhir. Kolak juga berasal dari bahasa Arab yaitu kholaqo yang dapat diturunkan menjadi kata kholiq yang artinya Pencipta. Makna tersiratnya, setiap kali menikmati hidangan kolak, penikmat dapat senantiasa mendekatkan diri dan ingat kepada Tuhan, Sang Pencipta.

Advertisement

Kuah kolak yang merupakan campuran dari air, gula dan santan merupakan perpaduan yang apik. Rasa segar dari air, manis dari gula, dan rasa gurih dari santan. Santan merupakan caira berwarna putih susu yang berasal dari parutan daging kelapa tua yang diberi air dan kemudian diperas dan disaring agar mendapatkan sari-sari kelapanya. Dalam bahasa Jawa santan dapat disebut juga dengan santen. Kata santen didapat dari kata pangapunten yang memiliki arti permohonan maaf. Ketika meminum kuah kolak yang manis, ingatlah juga akan kesalahan dan sesegeralah meminta maaf kepada orang yang pernah disalahi.

Di dalam kolak terdapat isian ubi. Ubi sendiri adalah tanaman umbi-umbian yang tertanam di dalam tanah. Menurut orang Jawa ubi jalar termasuk dalam jenis-jenis makanan polo pendem atau tanaman yang menyimpang buahnya di dalam tanah. Filosofi dari ubi jalar pada kolak yaitu setiap satu sendok kolak yang dimakan maka harus ingat bahwa setiap manusia akan mati dan terkubur seperti ubi jalar. Jadi kita dianjurkan untuk bertaubat setiap waktu, karena kematian dapat datang sewaktu-waktu.

Advertisement

Selain ubi jalar, di dalam kolak juga terdapat pisang. Ada suatu jenis pisang yang sangat cocok sekali jika dicampurkan dalam isian kolak yaitu Pisang Kepok. Nama pisang kepok merujuk pada kata kapok dalam bahasa Jawa. Kapok dalam bahasa Jawa memiiki arti jera. Artinya setiap kali menyantap kolak dapat senantiasa ingat untuk jera akan dosa yang diperbuat dan tidak mengulangi hal-hal yang membuat berdosa.

Terkadang terdapat pula buah kolang-kaling di dalam semangkuk kolak. Kolang-kaling yang berwarna putih bening berasal dari pohon aren. Kolang-kaling tersembunyi di balik kulit keras buah aren. Dapat diartikan bahwa kebaikan hati tidak perlu diketahui oleh orang lain. Sehingga saat kita menyantap kolak kita juga diingatkan untuk selalu berbuat baik tanpa pamrih.

Inilah makna yang terkandung dalam semangkuk kolak yang segar, manis, gurih cocok sebagai santapan takjil berbuka puasa. Selain mendapatkan rasanya yang enak, kita juga dapat mengintropeksi diri dari semangkuk kolak. Kita dapat mengingat kepada Tuhan Sang Maha Pencipta, ingat akan dosa-dosa kita, ingat bahwa kematian dapat datang kapan saja, anjuran untuk senantiasa bertaubat serta berbuat baik terhadap sesama tanpa pamrih.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

CLOSE