Ku Katakan: Aku Sedang Terluka Tapi Sungguh Itu Tak Apa

Ini tentang aku dan lukaku~

 

Advertisement

Sudah keberapa kalinya playlist sad songs kuputar tiada henti. Alunan musik sedih, sendu dan rapuh masuk melalui celah-celah kosong untuk kemudian menetap ke sebuah ruang hampa yang selama ini menjadi pusat sesak yang kurasakan.

Aku terbaring lemah ketika gelap datang, sesekali meringkuk menyembunyikan wajah pias disudut keheningan malam. Aku tidak tahu sejak kapan lebih menyukai malam sunyi daripada siang hari. Aku ketakutan setiap kali berjumpa dengan orang-orang, tatapan mereka kepadaku seakan mengisyaratkanku untuk pergi lari sejauh mungkin, bahkan jika perlu menghilang dari dunia ini. Ketika siang yang ramai malah memaksaku untuk menepikan diri, malam datang menawarkan pelukan kesunyian. Karena dikegelapan itu, aku bebas berteriak, menangis tersedu, hingga tertawa kosong tanpa beban.

Aku mulai terbiasa membenci siang beserta semua hal didalamnya. Tidak, bukan begitu. Lebih tepatnya ialah bahwa sebenarnya aku hanya ketakutan menghadapi kenyataan. Aku tidak berani menatap ke pantulan wajahku sendiri, menyaksikan kelemahan dibalik sorot mata yang diam-diam membendung tangisan. Aku terlalu takut menerima kenyataan bahwa aku sedang terluka, karena itulah berpura-pura bahagia adalah caraku untuk bertahan meski kenyataannya malah semakin terasa menyedihkan.

Advertisement

Aku juga mulai membenci orang-orang yang ku temui. Menyuruhku untuk tersenyum padahal tak mengerti seberapa lelahnya berpura-pura memperlihatkan tawa. Memintaku untuk membuka diri padahal tak mengerti sebetapa susahnya keluar dari krisis kepercayaan diri. Memaksaku untuk tetap bertahan padahal tak mengerti sebetapa sakitnya menahan retakan yang tak patah. Dan memintaku untuk merelakannya padahal tak mengerti bahwa ini semua terlalu menyesakkan hingga ingin rasanya aku melemparkan diri saja ke jurang curam. Aku sendirian dan aku ingin pulang, ke sebuah rumah yang damai dan menenangkan. Bahwa aku rindu dengan hari sebelum semua ini datang menghampiri.


Kini ku katakan bahwa: aku sedang terluka, tapi sungguh itu tak apa. Aku memang sedang dalam keadaan rapuh, namun aku ingin benar-benar sembuh.


Advertisement

Mulai hari ini, aku akan belajar menangis lega daripada terus-terusan tertawa hampa. Aku akan berteriak leluasa dan tak lagi memendamnya. Aku akan belajar memeluk luka daripada melarikan diri darinya. Aku akan belajar menerima kondisi lalu berhenti membohongi diri. Dan selebihnya, aku ingin memberi ruang untuk lukaku, memberinya kesempatan untuk melewati fase ini tanpa harus berakhir menyisakan kesakitan lalu meninggalkan penyesalan.

Aku tahu ini tak mudah, tapi aku mengerti bagaimana melewati krisis ini secara perlahan. Barangkali mungkin aku akan bertemu dengan jebakan, kembali diingatkan oleh rasa sakit dan luka yang pernah menganga, atau kembali bertemu dengan kelam hampa yang pernah membuatku sesak sebelumnya. Namun aku benar-benar ingin kembali menjadi diri sendiri, melewati semua hal dengan lega tanpa harus kelelahan berpura-pura.

Aku sedang tidak baik-baik saja, tapi sungguh tak mengapa. Inilah aku dengan apa yang sedang aku lalui, maka biarkan aku mengambil jeda barang sejenak saja. Mencoba memeluk diri untuk kembali hidup menjadi seorang aku yang melangkah ringan disetiap jalan yang kulewati. Terimakasih untuk luka yang sedang hadir hari ini, tanpamu aku mungkin tak tahu bagaimana cara memeluk diri disaat perih dan sesak datang. Menerima kelam nan rapuhmu yang sudah seharusnya ku sembuhkan dengan kehangatan. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Abadi meski berlalu.

CLOSE