Lebih Dari Sekadar Quarter Life Crisis

Banyak yang mungkin mengatakan ini rasa yang salah. Tapi apa yang salah untuk membuat diri ini puas dan bahagia

Hidup kok gini-gini saja ya? Merasa sendiri, merasa terus dituntut, merasa segalanya jadi bersamaan, makin minim pencapaian dan susah bahagia dengan cara sederhana.

Advertisement



Dunia yang berubah, atau ada dari diriku yang salah?

Selalu ada keinginan untuk berubah, tapi segala pencapaian menjadi tak cukup berarti. Melihat sekitar terasa menggiurkan dan memicu timbur rasa iri. Bukan karena kurang bersyukur, tapi memang berasa telat saja. Umur menjelang genap kepala tiga masih belum dapat ini itu, belum bisa apa-apa, selalu butuh validasi dan apresiasi. Banyak yang mungkin mengatakan ini rasa yang salah. Tapi apa yang salah untuk membuat diri ini puas dan bahagia. Bahagia memang bisa dari diri sendiri, tapi dunia terlalu sepi untuk hidup yang begitu riuh.

Ingin membuat segala jadi lebih sederhana, membuat keputusan" dengan mantap tanpa ada rasa keraguan. Namun kemudian sadar, bahwa hidup bukan untuk diri ini seorang. Masih ada keluarga, masih ada pekerjaan, masih ada impian yang harus diperjuangkan. Jalan terasa begitu panjang dan gelap. Segala nasihat dan saran dari teman jadi penyemangat dan reminder semata. Setelahnya jadi bingung mau ngapain dulu karena saking banyaknya yang perlu diperjuangkan. 

Pernah ketemu dengan seseorang yang sengaja dihadirkan untuk melengkapi ruang kosong dalam diri. Tapi ternyata dia belum sepenuhnya siap menghadirkan seseorang dalam hidupnya, susah berbagi, dan susah pula jujur pada perasaan sendiri. Hingga akhirnya tetap merasa sendiri meski ada yang menemani. Dan dengan rasa terpaksa dan agar tak menyakiti keduanya, kuputuskan mengakhirinya dan kembali menjalani hidup sendiri-sendiri. Hujan terkadang memang menyejukkan dan sekaligus menyesakkan saat kembali dibawa pada ingatan-ingatan masa lalu. Betapa banyak kegagalan yang telah dilewati dan sampai saat ini masih berusaha menghabiskan jatah kegagalan yang tidak tau kapan habisnya.

Advertisement

Semuanya jadi terasa biasa dan kemudian kehilangan makna. Pekerjaan dengan gaji yang menggiurkan namun terasa tertekan, gebetan dengan pesona yang memikat tapi tak kunjung di dapat, keluarga yang utuh namun merasa tak punya rumah. Kemana diri ini harus pergi? Apa yang harusnya dilakukan untuk sebuah perubahan? 

Sempat beberapa kali ambil jadwal konsultasi dengan spesialis. Karena sudah cukup orang terdekat mendengar keluh-kesahku, yang nyatanya aku malah menunjukkan kelemahanku. Tak berdayanya aku menghadapi masalah sendiri, membuat dunia seakan tak adil. Membuat sekitar seakan membuatku iri akan kehidupan orang-orang yang nampak bahagia dan berjalan seperti biasanya. Meskipun tak selamanya demikian, setidaknya mereka tidak sendirian.

Advertisement

Kita semua punya waktu 24/7, namun yang membedakan adalah tingkat produktifitas dan bagaimana untuk merasa cukup dengan waktu tersebut. Namun sayangnya tidak berlaku buatku yang merasa selalu kurang waktu untuk diri sendiri untuk istirahat ataupun produktifitas. Energi selalu terkuras untuk pekerjaan, malam terasa terbatas untuk memejamkan mata dan kembali menyambut pagi. Akhir pekan yang seharusnya untuk bersantai, masih sering pula dibuat urusin kerjaan.

Ingin menjalani hidup dengan pilihan sendiri dan bahagia dengan hal-hal sederhana. Namun kenyataan masih banyak pertimbangan dan tanggung jawab yang perlu dituntaskan. Entah sampai kapan mampu bertahan, entah kapan akan berubah, yang pasti kutak ingin berlama-lama seperti ini.

Hidup terlalu berharga untuk meratapi diri. Waktu terlalu berharga untuk kesedihan dan kesempatan tak selalu datang dengan kesiapan. Apalagi waktu yang terus berjalan cepat. Tanpa disadari manusia juga akan lupa dengan manusia lainnya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Sebuah Karya Akan Membuatku Lebih Berharga.

CLOSE