Liburan ke Jogja dengan Transportasi Umum

Transportasi umum jadi opsi yang menarik buat keliling Jogja

Tidak seperti sebelum-sebelumnya, kali ini saya ingin pergi jalan-jalan ke Jogja naik kendaraan umum. Selain untuk mengisi liburan, saya juga ingin menikmati pengalaman bagaimana bepergian menggunakan kendaraan umum yang sangat jarang saya lakukan. Perjalanan ke Jogja saya mulai pada pagi hari, dengan menggunakan kereta listrik atau yang sering disebut KRL. Saya bersama kakak berangkat melalui Stasiun Balapan dengan jadwal kereta pukul 08.17 pagi. KRL komuter Solo-Jogja beroperasi setiap hari dengan jumlah 10 trip untuk masing-masing tujuan dan ada penambahan 2 trip pada akhir pekan. Kami sengaja memilih menggunakan moda transportasi KRL karena waktu tempuhnya lebih cepat daripada naik bus. Sebelum pergi ke stasiun, kami sudah menyiapkan kartu e-money dengan mengisi sejumlah nominal uang karena saat ini hampir semua moda transportasi umum yang dikelola oleh negara telah menggunakan alat pembayaran non-tunai.

Advertisement

Sesampainya di Stasiun Balapan, kami langsung menuju ke jalur KRL dan melakukan tap kartu e-money kami untuk bisa masuk ke peron kereta KRL, oiya satu kartu hanya bisa dipakai satu orang, jadi pastikan setiap orang yang akan pergi mempunyai kartu e-money. Jika calon penumpang tidak punya kartu e-money, bisa membeli di loket yang ada di stasiun.

Suasana di peron sudah sangat ramai dengan calon penumpang yang memiliki tujuan sama. Tak berapa lama kereta yang akan membawa kami telah tiba dan para calon penumpang berhamburan berebut masuk kedalam kereta. Mereka takut tak kebagian tempat duduk, maklum kapasitas tempat duduk KRL memang terbatas. Alhamdulillah, kami berdua dapat tempat duduk dekat dengan pintu kereta. Kereta berangkat sesuai dengan jadwal. Perjalanan KRL Solo-Jogja menempuh waktu 1 jam 15 menit. Dalam perjalanan dari Stasiun Balapan menuju stasiun tujuan Stasiun Tugu, kereta berhenti dibeberapa stasiun kecil seperti Stasiun Gawok, Delanggu, Ceper, Srowot dan Brambanan. Jika kalian hendak mengunjungi Candi Prambanan, kalian bisa turun di Stasiun Brambanan dan naik ojek online menuju candi yang jaraknya kurang dari 1 kilometer. Didalam kereta KRL penumpang yang tidak dapat tempat duduk harus berdiri, tidak boleh duduk dilorong kereta. Jika ada penumpang yang duduk dilantai lorong kereta, petugas akan menegurnya. Di kereta KRL juga terdapat tempat duduk prioritas yang diperuntukan bagi para penumpang lanjut usia, ibu hamil, dan mereka yang menyandang disabilitas. Setelah satu jam lebih perjalanan akhirnya kereta tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta. Saya dan kakak segera keluar dari kereta dan menuju pintu keluar penumpang KRL untuk kembali melakukan tap kartu e-money. Tarif kereta KRL komuter Solo-Jogja adalah delapan ribu rupiah untuk sekali jalan (sangat terjangkau jika dibandingkan bus antarkota yang besarnya dua puluh ribu rupiah).

Destinasi pertama yang kami tuju adalah kawasan Jalan Malioboro yang letaknya memang tak jauh dari stasiun. Kami berjalan kaki menuju Malioboro. Kawasan Malioboro sekarang telah berubah, lebih bersih luas dan nyaman untuk pejalan kaki. Dulu disepanjang jalan ini banyak ditempati para pedagang kaki lima yang memenuhi selasar trotoar. Pemerintah daerah telah memindahkan para pedagang Malioboro ke kawasan Teras Malioboro, lokasinya masih disekitar Malioboro namun lebih tertata seperti dipasar. Kami pun masuk ke Teras Malioboro untuk sekedar melihat-lihat. Banyak sekali barang-barang cenderamata khas Jogja yang dijajakan, tak lupa juga kuliner favorit di kawasan Malioboro.

Advertisement

Dari Malioboro kami menuju sebuah kafe di daerah Seturan yang menyajikan kuliner kekinian ala anak-anak muda, saya menemukannya di media sosial. Oiya, dari malioboro kami naik teman bus yang terintegrasi dengan trans-Jogja dengan transit satu kali. Meskipun transit, kami hanya perlu membayar satu kali trip yaitu sebesar tiga ribu lima ratus per orang, namun jika anda seorang lansia maka anda tak perlu membayar. Pembayaran juga menggunakan kartu e-money, jika tidak punya kartu, kita bisa melakukan pembayaran dengan dompet digital dengan melakukan scan kode QR didalam bus. Kondisi bus sangat nyaman dengan fasilitas AC yang baik. Tempat duduk didalam bus juga mengakomodasi para penumpang penyandang disabilitas. Setelah 30 menit naik bus, kita sampai di halte dekat dengan kafe. Dari halte kami berjalan sekitar 5 menit.

Keluar dari kafe, kami memutuskan kembali ke kawasan Malioboro dengan naik bus Trans Jogja. Berbeda dengan Teman Bus, tarif Trans Jogja lebih murah yaitu dua ribu tujuh ratus rupiah per orang sekali jalan. Selain itu untuk Trans Jogja pilihan alat pembayaran juga lebih banyak, kita masih bisa membayar secara tunai karena disetiap bus ada kondektur. Kami turun di halte kawasan Malioboro. Sambil menunggu jadwal kereta KRL yang akan membawa kami pulang ke Solo, kami menikmati suasana sore di Malioboro, ternyata semakin sore kawasan ini semakin ramai. Banyak sekali seniman yang unjuk kemampuan disini, ada pelukis, penyanyi, dan penari. Kami dan orang-orang yang berada disini sangat menikmati karya mereka. Tak sedikit orang yang memberikan apresiasinya pada para seniman tersebut.

Advertisement

Akhirnya, saat matahari mulai terbenam kami kembali ke Stasiun Tugu dengan berjalan kaki. Sama dengan saat kami berangkat, suasana stasiun juga sudah dipenuhi oleh orang-orang yang akan kembali ke Solo menggunakan KRL. Berbeda dengan saat berangkat, kali ini kami tak dapat tempat duduk, selain dipenuhi para penumpang wisatawan seperti kami, ternyata banyak sekali para pekerja komuter yang menfaatkan moda transportasi ini sehingga kereta penuh sesak. Meskipun begitu, kami masih bisa menikmati perjalanan kami.

Kesimpulan saya kali ini adalah ternyata cukup menyenangkan bepergian menggunakan kendaraan umum, selain kita bisa sampai ditempat tujuan dengan aman, nyaman juga hemat, kita telah ikut sedikit berkontribusi pada kelestarian lingkungan dengan mengurangi polusi udara. Nah, teman-teman mulai sekarang yuk jangan ragu menggunakan kendaraan umum. Selain aman dan nyaman, juga ga bikin capek karena menyetir.

Demikian cerita pengalaman saya bepergian dengan kendaraan umum, smoga menginspirasi kita semua untuk lebih sering menggunakan kendaraan umum, untuk bumi yang lebih baik.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE