Maaf, Karena Dulu Tak Menjawab Pertanyaan Cintamu. Tapi Saat Ini, Sungguh Aku Sedang Menunggu Pertanyaan Itu Lagi

Hei, kamu yang jaraknya ratusan kilometer dariku saat ini! Sungguh hatiku ingin menceritkan isinya kepadamu, wahai sang pencuri hati.

Rasa yang ada padaku tiga tahun yang lalu untukmu, sungguh masih sama dengan apa yang kurasakan saat ini. Ah, tapi mengapa kisah kita tak seindah dulu meski sampai saat ini rasa itu masih sama? Mengapa di rasa yang masih sama, harus timbul rasa baru? Rasa curiga, rasa khawatir, dan rasa rindu yang tidak terlampiaskan, yang membuatku sengaja mencuri perhatianmu dengan tingkah anehku. Meskipun aku sadar tidak ada hak bagiku untuk semua rasa itu.

Hei kamu, mari kita bercerita tentang kisah dulu!

Ingatkah ketika kamu rajin memberiku setumpuk kata-kata manis, yang selalu menyapa setiap pagiku, siangku, dan malamku? Meskipun kamu bukan milikku, ingatkah kamu dengan sebutan “Nang”, panggilan yang kamu ciptakan khusus untukku?

Dengan jari tanganku, masih dapat kuhitung berapa banyak pertemuan yang kita ciptakan. Tapi, sungguh pertemuan itu seakan sudah cukup bagiku. Bahkan sudah cukup membuatku terbang di langit cinta yang sebenarnya ingin kita ciptakan. Masih terekam jelas di kepalaku, semua yang kamu katakan untukku dan semua hadiah pemberianmu. Meskipun saat itu kamu bukan milikku, tapi sungguh saat itu kamu juga bukan milik siapa-siapa. Begitu pun denganku.

Tapi mengapa aku selalu tidak tahu cara mengutarakan perasaan ini kepadamu? Bahkan ketika kamu menyatakan cintamu kepadaku, aku terpaku kaku tapi bahagia. Namun mengapa bibir ini tidak mampu menjawab rasa cintamu? Entah itu jawabannya ya atau tidak, mungkinkah hal itu membuatmu merasa kalau aku hanya ingin mempermainkanmu? Sungguh, aku tidak sejahat itu!

Hei kamu, mungkinkah saat itu aku tidak memberi jawaban hanya karena dia yang dulu pernah ada di hidupmu dan terus saja masih ada di hidupmu? Mengapa ia tidak pergi?

Aku cemburu dengan dia yang dulu ada di hidupmu, namun masih dekat denganmu. Ah, saat itu aku benar-benar kesal setengah mati dan memutuskan memilih pergi dengan orang lain. Tapi nyatanya, bersama orang lain tidak seindah bersamamu hingga akhrinya aku kembali lagi padamu. Kita jalani lagi keadaan dulu, saling bersama. Sungguh kamu dan aku sama-sama tidak tahu menamakan arti kebersamaan kita saat itu.

Namun saat kita kembali bersama, hati ini tetap sulit menghilangkan rasa kecemburuanku padanya yang dulu pernah menjadi bagian hidupmu. Sekali lagi, aku melakukan hal bodoh. Aku memilih pergi dengan orang lain untuk kedua kalinya. Saat bersama orang lain, hari- hariku masih lebih bahagia saat bersamamu daripada orang lain itu. Hingga aku sadar, aku tak bisa terus lari dari perasaan ini bersama orang lain.

Benar memang kata-kata yang mengungkapkan “Cinta tahu di mana rumahnya”. Aku kembali lagi ke rumah itu. tempat di mana seharusnya hatiku berada. Terima kasih karena kamu masih di tempat yang sama, di posisi yang sama, dan di hati yang sama.

Sekarang kuputuskan untuk menunggumu dengan batas waktu yang kumampu akibat jarak yang memisahkan kita dan kesiapan hatimu untukku tanpa wanita lain. Begitu juga kesiapan hatiku untukmu tanpa pria lain. Ah, sungguh Tuhan memberikan banyak tantangan untuk kisah yang aku sendiri tidak tahu menamainya apa. Kisah cintakah atau tidak? Karena kita belum pernah menjalin cinta meskipun kita mungkin saling cinta.

Cukup lama waktu yang kutentukan untuk menunggumu. Tapi aku rasa, waktu itu cukup untuk membuat hatiku yakin dengan apa yang harus kujawab tentang pertanyaanmu selama ini.

Hei kamu, mengapa saat aku memutuskan menunggumu, kamu tidak sama seperti yang dulu lagi?

Hingga waktu itu tiba, waktu di mana mungkin kamu bosan, jenuh, dan muak dengan ketidakjelasanku selama ini, kamu berubah tak lagi di tempat dan dengan kata-kata yang sama. Tapi tahukah kamu bahwa aku sungguh-sungguh serius dengan semua yang kukatakan tentang menunggumu itu? Tahukah kamu kalau aku merasa, saat ini penatianku sia-sia? Aku kehilangan sosokmu yang mampu mengerti tentang diriku, yang tidak semua orang bisa mengerti.

Kamu harus tahu sampai waktu yang aku tentukan, aku tetap di tempat yang sama, menunggumu yang tak pasti kembali. Aku melakukan seperti apa yang kamu lakukan saat terus menungguku. Mungkin aku tidak tahu bagaimana takdirku denganmu, tapi aku punya satu keyakinan “Cinta tahu di mana rumahnya”. Dalam sebait doa sebelum tidurku, selalu tersirat namamu. Berharap Tuhan mengembalikan waktu yang pernah kubuang sia-sia karena tidak memberi jawaban pasti atas pertanyaanmu dulu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Medan Instagram : paradibamanalu819

7 Comments

  1. Tapi nyatanya, bersama orang lain tidak seindah bersamamu hingga akhrinya aku kembali lagi padamu

  2. Lisa Elisabeth berkata:

    Bosen main game online yang gitu-gitu aja sist or gan , tapi kalau hadiahnya uang jutan rupiah kenapa tidak ??
    kunjungi www(dot)dewa168(dot)com,,/