Masa Pandemik, Akankah Bisa Menjadi Penyebab Terganggunya Psikologis Seseorang?

Dampak pandemi dengan psikologis seseorang

Awal tahun 2020 seluruh dunia digemparkan dengan berita merebaknya wabah virus corona yang bermula di Wuhan, China. Corona Virus (COVID-19) adalah jenis virus baru yang menular pada manusia dan menyerang gangguan sistem pernapasan sampai berujung pada kematian (Thalia, 2020). Tanda-tanda umum orang terinfeksi virus ini adalah demam di atas 38 derajat celcius, batuk, sesak, dan susah bernapas. Virus tersebut menyebar sangat cepat hingga sampai ke Indonesia. Semakin hari semakin banyak informasi yang menyebar perihal COVID-19, baik informasi hoax ataupun informasi resmi dan akurat.

Advertisement

Di Indonesia saat ini pemerintah telah mengeluarkan status tanggap darurat bencana mulai tanggal 29 februari hingga 29 mei mendatang. Langkah yang telah dilakukan pemerintah untuk mengurangi penularan virus ini yaitu melakukan social distancing atau psychal distancing. Dimana setiap orang dihimbau untuk tidak melakukan kegiatan di luar rumah, karena hal tersebut dapat menyebabkan penyebaran virus dengan cepat. Segala kegiatan baik itu bekerja, kuliah, sekolah bahkan ibadah lebih baik dilakukan di rumah, hal ini ditekankan oleh pemerintah untuk mengurangi pasien positif yang saat ini sedang menyerang negara Indonesia.

Banyak hal yang berubah dari segi kehidupan masyarakat semenjak adanya pemberlakuan socialdistancing. Banyaknya kabar mengenai corona virus (C0VID-19) ini menyebabkan masyarakat menjadi panik. Para pekerja yang kehilangan pekerjaan karena diberhentikan mulai gelisah memikirkan kelangsungan hidupnya. Pemerintah saat ini juga sudah memberlakukan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) yang menyebabkan orang-orang tidak bisa mudik dan melakukan kegiatan dengan bebas.

Hal ini menimbulkan kecemasan dan kepanikan pada masyarakat terkait dengan pembatasan sosial yang diberlakukan. Jika dilihat dari sudut pandang psikologi hal ini bisa dijelaskan melalui teori Abraham Maslow yaitu teori dinamika holistic. Maslow mencetuskan hiraraki kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan memiliki dan dicintai, kebutuhan penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Fenomena yang terjadi sekarang yaitu kecemasan dan kepanikan masyarakat timbul karena mereka membutuhkan rasa aman agar terhindar dari virus tersebut. Kebutuhan fisiologis juga sangat penting pada masa pandemi saat ini. Kepanikan dan kecemasan tersebut menimbulkan perilaku yang berlebihan seperti panic buying.

Advertisement


Panic buying atau penimbunan barang yang dilakukan oleh konsumen atau masyarakat dipicu oleh faktor psikologis yang biasanya terjadi karena informasi tidak sempurna atau menyeluruh yang diterima oleh masyarakat.


Akibatnya, timbul kekhawatiran di masyarakat sehingga menimbulkan respon tindakan belanja secara pasif sebagai upaya penyelamatan diri. Terdapat dua alasan mengapa masyarakat melakukan penimbunan barang. Pertama khawatir tidak bisa berbelanja sekarang dan takut harga keesokannya akan melambung tinggi. Kedua jika tidak berbelanja sekarang maka besok barangnya akan habis. Seperti inilah panic buying yang terjadi saat ini. dalam kasus sebaran Virus Corona, ada banyak ketidakpastian yang mendorong terjadinya perilaku pembelian berlebih.

Advertisement

Panic buying didorong oleh kecemasan dan keinginan untuk berusaha keras menghentikan ketakutan tersebut. Panic buying membantu orang merasa mengendalikan situasi. Dengan melakukan penimbunan barang masyarakat merasa aman karena kebutuhan fisiologisnya terpenuhi. Ketika penimbunan ini terus dilakukan oleh masyarakat maka akan terjadinya kelangkaan barang.

Fenomena panic buying dapat menyebabkan langkanya barang dikarenakan lonjakan permintaan dalam waktu singkat. Seperti halnya yang sekarang ini terjadi.Menjalarnya virus corona di banyak tempat memicu orang-orang tidak memiliki kendali untuk memberhentikan infeksi virus. Panic buying pada hakikatnya tidak dibenarkan. Apapun alasannya jangan terlalu egois hanya untuk mengamankan diri sendiri dengan cara membeli atau menimbun alat kesehatan yang seharusnya dipakai oleh pihak kesehatan dan orang-orang yang membutuhkan. Karena tingkah inilah yang membuat orang lain semakin resah dan ingin bertindak dengan hal yang sama.

Kelangkaan ini akan menyebabkan harga barang akan meningkat sehingga banyak masyarakat dari kalangan bawah yang tidak sanggup untuk membeli dan akan menimbulkan masalah baru. Hal yang dapat dilakukan adalah membeli barang sesuai dengan kebutuhan. Selalu mencari informasi yang resmi untuk mengurangi kepanikan dan kecemasan. Dan jangan terburu-buru ketika bertindak, karena tingkah tersebut akan semakin memperkeruh suasana. Berfikir terlebih dahulu sebelum bertindak, begitu kata pepatah.

Ketika panic buying ini dilakukan oleh banyak masyarakat, ini akan menyusahkan banyak orang dikarenakan menipisnya alat yang berfungsi untuk mengantisipasi diri dari virus. Bukan hanya rakyat biasa, bahkan tim medis dan pihak kesehatan lainnya juga ikut terbeban. Bukan hanya itu, bahkan juga dapat memicu tingkah kriminal dari rakyat yang kurang mampu ketika harga barang naik beberapa kali lipat dari harga biasa, akibat dari barang yang ditimbun. Seperti masker dan antis yang menjadi incaran para penimbun.

Afeksi dan stigma negatif tidak begitu berperan dalam menghadang virus Corona, dan bukan juga sebuah solusi melainkan malah mengundang situasi yang semakin tak terkendali. Jangan mencari keuntungan dalam sebuah permasalahan yang memicu kesusahan serta kesulitan banyak orang. Ada baiknya untuk mematuhi peraturan pemerintah agar tidak menimbun barang-barang yang dibutuhkan disaat pandemi ini.

Oleh karena itu, sangat dibutuhkan kerendahan hati dari seluruh masyarakat untuk meredam tindakan dan niat dalam menimbun barang-barang. Ada sebuah ungkapan populer, jika Anda tidak dapat membantu menyelesaikan masalah maka jangan menjadi bagian dari masalah tersebut. Dari ungkapan tersebut sudah sepatutnya para penimbun untuk mengintropeksi diri, jangan terlalu tamak dan egois dalam menyikapi pandemi ini.

Cobalah belajar untuk merubah dan mengontrol sikap cemas yang berlebihan, agar tidak menyusahkan diri sendiri dan juga banyak orang. Regulasi emosi merupakan salah satu cara untuk meminimalisir kecemasan yang yang terlalu berlebihan pada masyarakat. Melakukan meditasi dapat membuat jiwa lebih tenang sehinga rasa stress akan berkurang, dengan berkurangnya rasa stress tersebut masyarakat akan lebih mudah untuk menyaring informasi dan memlakukan tindakan yang lebih positif.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE