Pahamilah Kesehatan Mental Temanmu dengan Bijaksana, Karena Nggak Semua Orang Itu Sama

memahami kesehatan mental teman

Beberapa minggu silam, terdengar keluhan dari teman saya mengenai hidupnya. Katanya hidupnya hampa, rasanya tak ada gairah. Meskipun ia masih saja terus melanjutkan hidupnya, tetapi perasaan hambar itu tetap ada. Ketika saya tanyakan mengapa, ia menjawab bahwa untuk saat ini tak ada hal yang ingin ia capai.

Advertisement

Sebagian besar tujuan hidupnya sudah ia dapatkan dan untuk membuat sesuatu hal yang baru sepertinya merupakan sebuah permasalahan. Sehingga, seolah tak ada hasrat untuk melakukan apapun. Tambahnya lagi, keinginan untuk memperlihatkan dirinya bahwa ia sedang melakukan suatu hal (entah hal itu besar atau kecil nilainya) juga menjadi sebuah faktor penambah hampa hidupnya.

Permasalahan mengenai hidup yang teman saya alami adalah sebuah contoh permasalahan mental. Masalah mental seringkali tak dapat dilihat secara kasat mata. Jika mau dibilang bahwa teman saya tadi sehat secara fisik, maka bisa dibilang wal afiat. Padahal, dari dalam, kesehatannya terganggu karena masalah mental tadi.

Kemudian setelah itu, pada sebuah grup yang ada dirinya didalamnya, saya bagikan sebuah video mengenai mental healthiness. Bahwa definisi sehat itu adalah sehat secara fisik dan juga mental serta dapat mengerjakan suatu hal dengan produktif. Dari sini dapat kita lihat bahwa teman saya sebenarnya sedang sakit.

Advertisement

Kesehatan mental seringkali dianggap sebuah hal yang remeh. Bahkan seorang yang mengalami gangguan mental juga dianggap sosok yang buruk. Anggapan bahwa orang yang memiliki masalah mental adalah orang yang bermental lemah, juga menjadi sebuah pemikiran umum yang perlu untuk dihapuskan.


Karena alih-alih untuk mencoba menjadi pengayom dan mengerti masalah hidupnya, justru kita lebih sering dan mudah untuk menghakiminya.


Advertisement

Terlepas dari faktor dari orang luar diatas, faktor dari diri sendiri juga menjadi sumber dari timbulnya masalah mental. Keinginan untuk tampil dan terlihat mumpuni untuk diperhatikan khalayak banyak seperti teman saya adalah salah satu contohnya. Jika tidak terpenuhi, hal itu akan membuat dirinya merasa kecewa.

Hal ini juga semakin ditambah oleh faktor dari kuatnya media sosial. Media sosial mempersilahkan semua orang untuk (harus) tampil dengan performa terbaiknya dan memperlihatkannya kepada setiap orang. Sehingga terjadilah perbandingan. Hidup ini lebih baik dan hidup itu lebih buruk. Hidup saya tak berkembang hidup mereka begitu nyaman. Setidaknya begitulah yang terjadi.

Gangguan pada mental berujung pada sebuah stress dan menjadi depresi. Memang hidup terus berjalan namun tak ada rasanya, hampa. Keinginan untuk mencapai hal-hal yang baru adalah sesuatu yang bagus dan dapat menempa diri. Lantas hal tersebut tak perlu diiringi dengan membandingkannya dengan capaian orang lain.


Karena tak semua orang berhasil dengan proses yang sama dan juga tak semua orang mendapatkan hasil yang sama.


Tentu rasanya ada yang aneh ketika orang lain mendapatkan capaian sedangkan kita masih saja belum ada hasilnya. Merasa ada yang salah dengan diri kita lalu mencoba berbagai cara untuk mendapatkan hal yang sama meski bukan yang diperlukan. Jika hal itu juga tak kunjung didapat, tekanan pada mental menjadi kuat. Sesekali tak apa untuk dikeluarkan dan diceritakan.

Bagi setiap orang yang sedang menjadi tempat curhatan, ingatlah bahwa orang yang sedang curhat tersebut sedang ada masalah. Butuh pemahaman dan pengertian. Bukan penghakiman apalagi pembandingan. Mental yang sedang tertekan perlu untuk direnggangkan. Solusinya tentu adalah saling mendengarkan dan yang paling penting juga pemahaman.

Kurangilah untuk mengatakan orang-orang yang sedang stress, depresi, sedih ataupun gangguan mental lainnya dengan kata-kata seperti “mental tempe, kurang bersyukur, ada yang lebih dari kamu, ataupun gitu aja gak bisa”, itu tak akan menyelesaikan masalah.

Kemudian bagi setiap orang yang merasa dirinya adalah pusat perhatian, pusat galaksi dan alam semesta berjalan, ingat bahwa kamu tak sepenting itu. Setidaknya untuk semua orang.

Tak perlu repot untuk mencari pengakuan ke semua orang di dunia ini. Tak perlu menjadi seperti keinginan semua orang. Kamu hidup atas keinginanmu sendiri jangan sampai terkekang oleh keinginan orang lain. Capai dan gapai apa yang menurutmu kamu butuhkan dan kamu yakini. Semua akan berjalan dengan seharusnya dan berakhir dengan semestinya.

           

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang yang menatap langit yang sama denganmu

Editor

une femme libre

CLOSE