Membahas Lebih Lanjut Tentang Toxic Friendship: Apa, Mengapa, Bagaimana

Hal ini ternyata membawa banyak dampak buruk juga loh~


Menyoal Toxic Friendship: Apa, Mengapa, Bagaimana


Toxic merupakan kata yang sering banget saya dengar atau lihat, terutama belakangan ini. Mulai dari curhatan teman terdekat, di beranda Twitter, hingga di video yang ada di Youtube. Entah dia berdiri sendiri atau dipartikelkan dengan kata lain untuk membentuk frasa yang merujuk pada obyek atau sifat tertentu.

Toxic sendiri, apabila diartikan ke bahasa Indonesia secara langsung, berarti berbahaya atau beracun. Frasa toxic parenting, misalnya, merujuk kepada pola pengasuhan yang dianggap tidak mendukung perkembangan seorang anak dan malah memberikan dampak yang buruk. Toxic friendship, contoh lain, merujuk pada hubungan pertemanan tidak sehat yang bukannya saling membangun dan mendukung, tetapi malah bisa mengganggu kondisi mental salah satu pihak.


Dampak Pertemanan yang Tidak Sehat


Dikutip dari situs healthline(https://www.healthline.com/health/toxic-friendships#signs-and-traits), beberapa tanda kalau kita berada dalam hubungan yang tidak sehat dengan teman kita ialah dia merendahkan atau tidak menghargai kita, menggosipkan di belakang kita, meminta maaf atas tindakannya tetapi tidak secara tulus, membuat kita merasa gugup ketika berkomunikasi dengan mereka, membandingkan dengan orang lain, selalu meletakkan dirinya sebagai pusat perhatian, dan berusaha untuk mengubah kita.

Dampaknya, mereka bisa membuat kita merasakan kesepian dan terpisah dari lingkungan, meningkatkan stress dalam diri, tidak mendapatkan dukungan, tidak percaya diri, dan menyalahkan diri kita atas tindakan mereka. Dalam kasus tertentu, hubungan dengan mereka juga memberikan dampak kepada hubungan kita dengan orang lain. Dalam beberapa kasus yang ekstrem, teman yang manipulatif juga bisa membuat seseorang melakukan tindakan kurang baik seperti mencuri.

Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa teman merupakan sosok yang penting dalam kehidupan seseorang. Mereka merupakan sosok yang paling berpengaruh dalam membentuk diri seseorang selain keluarga, pendidikan, dan media massa. Peran pertemanan bisa sangat besar dalam kehidupan seseorang, mulai dari mempengaruhi keputusan untuk sekolah dimana, ngambil jurusan apa, keputusan mengenai hubungan seseorang dengan pacarnya, dan keputusan krusial lainnya.

Maka dari itu, penting untuk bisa mengenal siapa teman kita dan memilih teman yang baik. Kalau setiap habis main bareng rasanya capek banget dan bukannya nambah seneng, tiap ngumpul bahasannya cuman gosipin orang lain, tiap ngobrol pasti orientasinya tentang dia sedangkan dia ngga pernah mau mendengarkan ketika kita sedang cerita, ada baiknya untuk memikirkan kembali hubungan pertemanan tersebut.


Apa yang Harus Dilakukan


Bahasan di bagian ini bakalan menggunakan perspektif pengalaman saya pribadi yang subyektif. Kalau kasus toxic friendship ini terjadi tahun 2018 lalu, saya akan langsung mengakhiri hubungan pertemanan dengan orang tersebut dan mewanti-wanti orang lain yang mungkin akan berhubungan dengan orang tersebut. Namun, beberapa bulan yang lalu, saya memilih untuk menyimpan sendiri keputusan saya apabila memang mengakhiri hubungan pertemanan atau hendak mengambil jarak dengan seseorang.

Saya sekarang lebih memilah jenis pertemanan yang ada sesuai dengan pengaruhnya ke diri saya. Kalau teman tersebut udah sampai mempengaruhi saya (membuat saya merasa less as a person, melakukan tindakan yang sebenarnya ngga saya senangi, membuat saya merasa tidak nyaman ketika berada di dekat dia), biasanya saya akan langsung meninggalkan orang tersebut. Tapi, kalau kami hanya sebatas berbeda pandangan atau cara menjalani hidup, biasanya saya akan memilih untuk mengambil jarak, tidak serta merta meninggalkan orang tersebut.

Setiap orang pasti memiliki sifat baik dan buruknya masing-masing, dan sifat-sifat itulah yang membuat orang lain tertarik untuk berteman dengan mereka. Saya sekarang merasa nggak adil kalau menjustifikasi seseorang hanya berdasarkan sifatnya yang tidak saya sukai. Saya bisa jadi nggak mau berteman dengan si A karena dia suka membanggakan dirinya secara berlebihan, sedangkan orang lain bisa jadi berteman dengan A karena dia orang yang loyal.

Kalau emang seseorang itu toxic untuk saya, saya berusaha untuk hanya berkomunikasi terkait hal yang diperlukan saja atau sekedar bertegur sapa. Saya masih yakin bahwa setiap orang yang mampir ke hidup saya pasti punya andil dan perannya sendiri dalam membentuk dan membangun saya sebagai seorang manusia.

Jadi, yah, kalau memang ada seseorang yang saya anggap toxic dan saya juga nggak sanggup menegur sifatnya tersebut, saya memilih untuk mengambil jarak dan tidak terlalu banyak bersinggungan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih baik berfokus untuk membangun kualitas diri sendiri dan menggunakan energi untuk hal-hal yang memang saya senangi atau ke hubungan-hubungan yang memang bisa membangun menjadi orang yang lebih baik.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswa. Senang makan mie dan minum boba.