#JarakMengajarkanku tentang Bagaimana Caranya Menuai Rindu

Sebegitu merindu, hingga kadang tak kupedulikan lagi beban kerjaku.

Matahari sudah tinggi, tepat di pelipis mata menyilaukan ketika terik menyambutku dengan tatapan nanar. Setengah hari kutempuh mencari tempat tinggal baru untuk kutempati bertiga nanti, aku anak dan istri. Demi berkumpulnya kembali sebuah gambaran keluarga yang utuh, yang tak rapuh karena jauh, yang tak retak karena jarak.

Tak mudah, namun terus kucoba. Kota dengan segala isinya, menjadi tumpuan mengais rejeki dan setitik impian dengan caraku sendiri menerjang setiap peluh, kelak dengan segala upaya akan kubantu rampungkan status istriku sebagai mahasiswi di sebuah kampus seni. 

Hari-hari setelah terpisahnya kami karena kondisi keuangan tidak memungkinkan untuk kembali memperpanjang tempat tinggal sebelumnya, adalah hari-hari berat yang harus kami lalui. Anak istri harus kembali ke desa, tinggal bersama orang tua. Sedang saya harus kuat berjuang menantang diri sendiri di perantauan.

Di sela waktu kerja kadang kusempatkan menengok tempat-tempat yang pernah kita kunjungi bersama. Memanggil kembali memori-memori kecil kebersamaan yang sangat sederhana. Melihat sepasang suami istri yang sedang bermain bersama anaknya di taman kota, alun-alun, dan tempat makan seperti memutar kembali waktu-waktu lalu kami tinggal bersama. Bahkan saat berhenti sejenak di sebuah titik lampu lalu lintas, melihat bayi yang sedang dipeluk ibunya diatas motor, membuat titik-titik air mataku jatuh sendiri tanpa kusadari.

Sebegitu merindu, hingga kadang tak kupedulikan lagi beban kerjaku. Hanya menunggu waktu hingga sabtu minggu agar bisa kembali bertemu di peraduan bernama rumah.

Senin menjadi semakin berat, mendengar kabar si kecil saat tidur dalam gumamnya menyebut namaku, dan ketika bangun mencariku. 

Tentang jarak, kemudian menjadi pembelajaran berharga bagi kami. Bagaimana harus terus menjalin komunikasi, menghargai setiap detik pertemuan, menebalkan rasa cinta dan rindu di waktu yang sama.

Kelak kita akan mengingat masa ini, dimana sejarah hidup pasti akan berulang. Saat-saat inilah bekal yang paling kita butuhkan saat si kecil nanti menjelang dewasa, harus pergi juga keluar rumah, menempuh jalan hidupnya sendiri.


Kita bergerak dan bersuara

Berjalan jauh, tumbuh bersama

Sempatkan pulang ke beranda

‘Tuk mencatat hidup dan harganya



Bisakah kita tetap memberi

Walau tak suci?

Bisakah terus mengobati

Walau membiru?

Cukup besar ‘tuk mengampuni

‘Tuk mengasihi

Tanpa memperhitungkan masa yang lalu

Walau kering

Bisakah kita tetap membasuh?


Belum selesai lagu berjudul Membasuh dari Hindia kudendangkan dalam hati, pengendara motor lain di belakangku sudah membunyikan klakson, mengingatkan lampu sudah hijau, saatnya jalan kembali.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini