Menjumpai Pusat Perbelanjaan Pertama di Indonesia dari Balik Kaca Mobil

Dari sekian banyak pusat perbelanjaan, ada satu tempat perbelanjaan yang mengabdikan nama pengasuh Presiden Soekarno, yaitu Sarinah.

Menjadi kota metropolitan terbesar di Indonesia, tentunya Jakarta memiliki berbagai pusat perbelanjaan yang lengkap. Tetapi, dari sekian banyak pusat perbelanjaan, ada satu tempat perbelanjaan yang mengabdikan nama pengasuh Presiden Soekarno, yaitu Sarinah. Ya, gedung tua yang berdiri di pusat kota Jakarta ini ternyata memiliki cerita yang tidak bisa dipisahkan dengan perjalanan sejarah Tanah Air.

Advertisement

 

Pada hari Sabtu kemarin, aku bersama kedua temanku menyelusuri Jalan MH Thamrin menggunakan mobil dan melewati Sarinah, gedung pertokoan berwarna-warni. Bentuknya sudah tua dan lama, meski sempat direnovasi. Pusat perbelanjaan ini juga telah dilengkapi dengan deretan toko elektronik, restoran asing dan lokal, hingga outlet dan butik-butik modern yang berjejer rapi.

 

Advertisement

Kedatangan kami ke Sarinah diwarnai rintik hujan dan awan-awan gelap. Kami memandangi kawasan pusat perbelanjaan yang tidak pernah tertidur ini dari balik kaca mobil dan sudah bisa merasakan kepadatan kota Jakarta bagian pusat. Motor terus berjalan di tengah-tengah keramaian, suara klakson yang saling bersahutan, ditambah dengan kemacetan dan aktivitas warga yang tak ada hentinya membuat kawasan ini selalu sibuk.

 

Advertisement

Sarinah memang berdiri di deretan gedung pencakar langit dan mal-mal mewah tetapi gedung ini telah menyimpan nilai sejarah yang sangat berarti, sehingga membuatnya layak disebut sebagai salah satu satu ikon Jakarta. Siapa yang menyangka jika gedung setinggi 74 meter dengan 15 lantai ini ternyata merupakan pusat perbelanjaan modern dengan konsep mal yang pertama di Indonesia.

 

Sarinah mulai didirikan pada tanggal 17 Agustus 1962 dengan nama PT Department Store Indonesia, dan resmi dibuka untuk masyarakat pada tanggal 15 Agustus 1966. Nama Sarinah diambil dari nama pengasuh presiden pertama kita yang dianggap telah berjasa dalam kehidupannya. Soekarno mendirikan Sarinah atas hormat dan kecintaannya pada sosok wanita bernama Mbok Sarinah yang telah mengasuhnya sejak kecil dan mengajarkannya mengenai cinta kasih. Walaupun hanya satu nama biasa, tetapi menurut sang Proklamator, Sarinah merupakan wanita istimewa yang memiliki arti penting bagi kehidupannya, sebab Sarinahlah yang memberikan pengetahuan mengenai budi pekerti dan nilai-nilai kemanusiaan kepada Bung Karno.

 

Sebelum kawasan Thamrin dipenuhi dengan bangunan-bangunan tinggi yang mewah dan megah, Sarinah sudah ada dan gedung ini dapat dikatakan sebagai gedung pencakar langit dan serba guna pertama di Indonesia. Gedung Sarinah terdiri dari 15 lantai yang di dalamnya ada beragam jenis toko.

 

Di lantai 1 sampai 5 terdapat toko dan butik yang menjual perlengkapan perempuan dan laki-laki, barang-barang lokal maupun asing yang berkualitas dari harga yang rendah hingga menengah ke atas, perlengkapan listrik, rumah tangga dan alat tulis, perbankan, tempat karaoke, dan Air Asia.

 

Di lantai Upper Ground (UG) ada aneka ragam jenis restoran seperti McDonald’s dan Gokana Resto, toko musik, kafe-kafe yang pas untuk dijadikan tempat mengopi, toko roti seperti Roti O’ dan salon bernama Relaxing. Untuk lantai Ground (G) lebih dipenuhi dengan restoran-restoran dan toko kopi, dan lantai sisanya disewakan untuk perkantoran.

 

Selain pusat perbelanjaan, di perempatan Thamrin juga terdapat kedai kopi Starbucks dan restoran Burger King yang menarik perhatian kami. Kedua franchise asing yang terletak di MH Thamrin, tepatnya di Gedung Skyline Djakarta Theater sempat menjadi sorotan masyarakat akibat peristiwa bom yang menimpa kawasan ini.

 

Ledakan bom yang terjadi pada tanggal 14 Januari 2016 menghancurkan bagian depan Starbucks sehingga ada banyak perpecahan kaca berhamburan. Sudah hampir tiga tahun yang lalu, dua ledakan di kedai kopi Starbucks dan pos polisi yang berjarak puluhan meter, menyebabkan tujuh orang tewas dan dua puluh empat orang terluka.

 

Kini, suasana Thamrin sudah ramai seperti biasanya meski pernah ada ledakan bom yang mengagetkan warga sekitar. Jalanan di depan Sarinah juga sangat padat dengan kendaraan. Tak hanya itu, banyak warga ikut memenuhi jalanan di depan pusat perbelanjaan tertua di Jakarta.

 

Aslinya, sebelum melewati gedung pertokoan ini, aku dan teman-temanku juga mengunjungi Monumen Nasional yang letaknya tidak jauh dari Sarinah. Terik matahari sempat menyapa kehadiran kami di Monas. Namun, cuaca panas itu langsung tergantikan dengan langit yang gelap, suara petir yang keras, dan rintik hujan.

 

Kami pun memutuskan untuk turun dari mobil sembari membawa payung. Kemudian, kakiku melangkah ke arah tempat orang-orang menjual makanan khas Indonesia. Mulai dari rujak, ketoprak, kerak telur, hingga es kelapa dan minuman segar, semuanya tersedia untuk para pengunjung. Setelah itu, kami pun melewati wahana permainan anak-anak yang ada seperti di Pasar Malam.

 

Tak lama kemudian, pintu masuk ke arah Monas sudah terlihat dari jauh. Aku dan teman-temanku berjalan menuju ke arah pintu masuk tersebut dan ternyata ada banyak anak SD yang mengunjungi obyek wisata ini. Sesampainya di pintu masuk, aku melihat ada dua sampai tiga kereta wisata berwarna merah yang ditumpangi para pengunjung yang malas untuk berjalan kaki mengeliling Monas. Antrean kereta wisata ini terletak di halaman dekat tangga menuju pintu masuk Monas. Untuk kalian yang ingin menumpangi kereta ini, kalian tidak perlu membayar karena kereta ini gratis untuk setiap pengunjung.

 

Monas, salah satu wisata edukasi dan rekreasi di Jakarta Pusat yang ramai didatangi pengunjung, dibangun pada tahun 1959 oleh tiga arsitektur Indonesia yaitu Ir. Rooseno, Frederich Silaban, dan Soedarsono. Bangunan Monas memiliki tinggi sekitar 132 m dan bentuknya tegak ke atas. Di puncak Monas terdapat lidah api yang terbuat dari perunggu yang dilapisi emas seberat 45 kg. Obyek wisata ini juga dilengkapi dengan taman, tempat makan, pasar malam dan Museum Monas serta fasilitas-fasilitas memadai lainnya.

 

Berada di Jakarta rasanya tidak lengkap jika belum mengunjungi Monas dan Pusat Perbelanjaan Sarinah yang disebut sebagai ikon kota metropolitan ini. Dengan nilai sejarah yang tersembunyi dibalik kedua gedung tersebut dan didukung oleh fasilitas yang memadai, Monas dan Sarinah merupakan destinasi wisata yang wajib dikunjungi seluruh masyarakat lokal maupun asing.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

CLOSE