Merancang Masa Depan Anak Pada Masa Golden Age

Mencetak anak-anak yang sukses menjadi harapan bagi setiap orang tua, tetapi anak yang sukses tidak dapat dihasilkan secara instan. Anak-anak yang sukses tidak dapat dihasilkan dengan hanya bergantung pada pendidikan formalnya saja, melainkan dapat kita mulai dengan memberikan pemenuhan gizi, pendidikan, dan menciptakan lingkungan yang sehat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Advertisement

Anak-anak memiliki masa istimewa dimana pada 1000 hari pertama kehidupannya banyak hal-hal luar biasa yang terjadi di dalam tubuhnya, masa ini dikenal dengan istilah the Golden age. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa pada masa the Golden Age otak mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Ketika bayi baru saja dilahirkan terdapat 100 milyar neuron yang siap membuat sambungan antarsel selama tahun pertama kehidupan. Otak bayi akan terus berkembang hingga akhirnya menghasilkan triliunan sambungan sel syaraf, sambungan sel syaraf yang berjumlah triliunan ini harus diperkuat oleh rangsangan psikososial untuk membangun kecerdasan pada anak. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa asupan gizi yang masuk selama periode emas akan mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Jika pada periode ini anak tidak diberikan asupan gizi yang sesuai maka akan mengakibatkan pembentukan otak yang tidak maksimum, sehingga akan melemahkan kecerdasan intelektual anak.

Sebagaimana uraian pada paragraf di atas kita dapat menyimpulkan bahwa masa the Golden Age merupakan masa dimana anak-anak membutuhkan perhatian ekstra. Pada masa the Golden Age anak-anak mudah untuk menirukan apa yang dilihat dan didengar oleh indranya. Oleh karena itu, pentingnya untuk memberikan pendidikan dan perawatan yang baik selama periode emas ini.

Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan periode emas anak:

Advertisement

Asupan gizi seimbang

Perkembangan otak anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang diterima selama masa kehamilan dan 1000 hari pertama kehidupan. Pada anak usia 0-2 tahun hendaknya diberi ASI, pemberian ASI eksklusif dapat membantu mengembangkan psikomotorik dan kognitif anak. Pada bayi yang telah memasuki usia 6 bulan dapat dibantu dengan makanan pendamping ASI (MPASI). Makanan yang masuk ke dalam tubuh anak pun perlu diperhatikan. Hendaknya anak mengonsumsi makanan yang banyak mengandung omega-3, protein, asam folat, kalium, vitamin B, vitamin D, dan vitamin E yang dapat mendukung perkembangan kognitif, daya ingat, dan pertumbuhannya.

Konsumsi makanan dengan gizi yang tidak layak selama periode kehamilan dan tahun pertama kelahiran dapat menyebabkan terjadinya gangguan yang mempengrauhi perkembangan otak anak. Hal ini dapat mengakibatkan kecacatan dan keterbelakangan mental.

Advertisement

Menciptakan lingkungan yang baik

Selama periode the Golden Age anak akan lebih mudah untuk menirukan hal-hal yang terjadi di sekitarnya, hal ini berpengaruh terhadap perkembangan karakter dan kepribadian anak. Oleh karena itu, diperlukan lingkungan yang baik yang dapat mendukung perkembangan kognitif dan motorik anak. Untuk dapat menciptakan karakter dan kepribadian yang kuat hendaknya orang tua dapat mencontohkan sikap yang akan menjadi nilai-nilai yang dapat terus dipegang oleh anak sepanjang hidupnya.

Sedangkan untuk melatih kemampuan motorik, orang tua dapat membiarkan anak untuk mengeksplorasi hal-hal yang ada disekitarnya seperti mengajarkan anak untuk makan sendiri ketika ia sudah bisa menggenggam sendok, bermain tanah liat atau lilin yang dapat melatih reseptor anak, dan bermain puzzle untuk melatih anak dalam menyusun dan membentuk suatu objek.

Keterlibatan orang tua dalam pola asuh anak

Pola asuh menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pola asuh tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu, tetapi ayah pun harus dapat mengambil peran dalam pengasuhan sehingga anak dapat mencapai perkembangan fisik komunikasi, kognisi, dan sosial secara optimal. Pola asuh yang ideal adalah pola asuh yang memiliki hubungan responsif, artinya terdapat interaksi antara anak dengan orang tua, juga dengan orang dewasa di sekitarnya. Serve and return merupakan istilah yang digunakan dalam interaksi positif antara anak dengan orang tua dimana anak memberikan sinyal dan orang tua memberikan respon yang sesuai. Serve and return pada anak dan orang tua penting untuk membangun hubungan yang stabil, hal ini dapat menjadi fondasi dari perkembangan anak yang dapat membangun kepercayaan diri, motivasi belajar, kemampuan mengontrol sikap dan menyelesaikan masalah, dan menjaga kesehatan mental.

Hubungan emosional yang baik

Pada periode keemasan perkembangan emosi menjadi salah satu faktor penting yang dapat mendukung kesuksesan anak dengan lingkup sosialnya. Emosi sendiri dibagi menjadi dua yaitu, emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif biasanya berupa rasa bahagia, cinta, dan gembira. Sedangkan emosi negatif berupa perasaan sedih, marah, malu, dan takut.

Anak memiliki kebutuhan emosional yang harus dipenuhi, seperti rasa ingin dicintai, dihargai, dan rasa aman. Oleh karena itu, sebagai orang tua kita harus dapat memvalidasi perasaan anak, misalnya ketika anak terjatuh biarkanlah ia untuk menangis. Emosi yang mereka rasakan adalah valid, tetapi kebanyakan dari kita sering berujar Udah gak usah nangis yaa kan jagoan. Hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan emosi di masa depan, seperti anak akan menjadi sulit untuk mengekspresikan perasaannya. Selain memvalidasi perasaan anak orang tua juga perlu menunjukkan rasa kasih sayang mereka secara langsung, seperti memberikan pujian ataupun menanyakan pada anak bagaimana perasaannya pada hari pertama mereka sekolah, hal tersebut dapat membuat anak merasa diapresiasi dan dapat terjalin hubungan emosional yang baik antara orang tua dan anak.

Beberapa tips di atas merupakan langkah yang dapat kita lakukan pada periode keemasan anak sehingga dapat menghasilkan anak yang berkualitas baik secara mental, intelektual, emosional, moral, dan sosial.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswa Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta