Merelakan untuk Memulai Kehidupan Baru

Tibalah waktu di mana aku harus menentukan (salah) satu keputusan besar di dalam hidupku. Apakah aku akan membuatnya lebih baik atau diam di sini tanpa menciptakan sesuatu yang berarti?

Advertisement

Deburan ombak menari-nari, melantunkan nyanyian alam yang memberikan kesejukan sanubari. Hanya melodi pantai yang mampu menenangkan kegusaran hati. Perlahan, aku menyusuri bibir pantai. Menyaksikan sang surya terbenam di ufuk barat.

Segala usaha telah diupayakan. Dengan penuh kegigihan, aku belajar. Namun, setelah menjalaninya hampir satu tahun—perkembanganku belum maksimal—malah sepertinya aku kok gini-gini aja, ya? Apakah untuk menjadi seorang yang handal butuh waktu selama ini? Paling tidak mereka butuh waktu 3 bulan untuk penyesuaian.

“Udah tau nggak cocok kerja di sawah, malah tetep di sana,” sentil temanku.

Advertisement

Aku tahu ini sebuah kecelakaan! Aku melamar jadi A, berakhir jadi B—dan kegilaan menggerogoti kewarasanku perlahan. Aku harus menghentikan langkah kaki sekarang! Meski banyak memori telah tercipta—karena sesungguhnya lingkungan kerjaku super seru! Aku hanya membenci—pekerjaannya. Hanya ini—yang mampu membuatku menangis setiap hari.

Mungkin terdengar kekanakan tapi—lebih baik menjadi sesuatu yang baru daripada hanya hidup sebagai revisian.

Advertisement

Buat apa tetap mengikuti arus sebagai revisian? Lebih baik, berhenti dan memulai sesuatu yang baru. Kalau memang tidak bisa kerja di sawah—lebih mencoba kerja di air—Dan inilah saatnya aku mencari kerja di air—yang memang itu bidangku, kesukaanku, minatku, dan bakatku. Pasti skill yang kumiliki akan jauh lebih berguna!

Meski aku harus meninggalkan teman-teman dekatku di tempat ini—tapi, persahabatan seharusnya tidak boleh padam meski terpisah oleh gedung-gedung pencakar langit ibukota.

Ku terduduk di bibir pantai menyaksikan sang surya kembali ke peraduannya. Semilir angin membelai malu-malu membawa bau laut. Terima kasih atas ketenangan yang telah Kau berikan. Semoga aku menemukan jalan terbaik—dan semoga kamu tidak mengalami hal sepertiku.

Keinginan bekerja pasca lulus memang wajar. Tapi, lebih baik sesuaikan dengan dirimu—jangan membutakan diri hanya karena kamu ingin bekerja dan punya uang sendiri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An Unspoilt Badass, Coffee Maniac, Part Time Writer, Full Time Visualizer (?)

CLOSE