Meskipun Saya Mengidap Buta Warna, Namun Bercita-Cita Ingin Jadi Fotografer

Saya Ingin Menjadi Fotografer Profesional, Tapi Saya Buta Warna

Saya seorang anak kelahiran 20 November 1998, yang mengalami buta warna, lebih tepatnya partial color blindness atau buta warna sebagian. Pada dasarnya buta warna merupakan kelainan genetik yang diturunkan dari orang tua yang disebabkan oleh mutasi atau kelainan pada Kromosom X. Saya melihat dunia tidak hitam putih, namun ada beberapa warna yang saya tidak bisa melihat. Dari kecil sampai SMP saya belum tahu kalau saya mengalami buta warna. Namun saya sudah merasakan, ketika teman-teman pintar membedakan warna, kok saya masih kebingungan dalam membedakan warna, dalam otak ku "Apakah aku dulu waktu kecil tidak menghafalkan warna-warna (?)".

Advertisement

Saya tahu kalau saya ini buta warna waktu mau daftar smk. Waktu itu ada tes kesehatan, dan saya di tes buku ishihara. Di situ saya hanya mampu menjawab beberapa saja, tidak semuanya. Dan saya dinyatakan Buta Warna Parsial. Di situ hati saya sangat hancur. Saya putus asa, saya selalu menangis di dalam kesendirian. Lalu bagaimana perjalanan saya dari masa-masa kepedihan sampai masa sekarang aku semangat mengejar cita-cita?

Jadi kelanjutannya saya meneruskan sekolah di SMK swasta, atas dasar permintaan kakak saya. Saya mengambil jurusan Mesin, kata kakak saya besok waktu lulus supaya bisa masuk di perusahaan Astra, dsb. Kok bisa masuk? Entah waktu itu tidak ada tes apa apa. Masuklah. Namun selama 3 tahun pembelajaran saya tidak merasakan bahwa saya menyukai di bidang ini. Dan di dalam 3 tahun tersebut, saya pernah ditertawakan oleh teman-teman saya karena buta warna ini. Saya selalu drop karena hal tersebut, saya merasakan saya adalah orang tersial di bumi ini. Lalu setelah saya lulus dari SMK, saya memutuskan untuk melanjutkan di sekolah akademi. Tanpa panjang lebar, saya pun ditolak mentah-mentah. Kembali hancurlah hatiku. Di situ saya memikirkan keras "Kesukaanku tu apa sih". Saya menyimpulkan bahwa saya menyukai "foto-foto". Lalu dengan niat yang kuat, saya melanjutkan di perguruan tinggi.

Dan hari ini saya dengan wajah penuh syukur berada di perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Saya masih semester 4, dan saya menikmatinya. Dari sini, saya berubah pikiran 180 derajat. Yang semula saya berpikir kalau sukses itu menjadi polisi, tentara, atau pelayaran (yang berseragam), hari ini saya beranggapan bahwa sukses itu melakukan hal yang kita sukai. Saya memutuskan saya menyukai di bidang fotografi, dan saya ingin menggapai mimpi ini menjadi kenyataan.

Advertisement

Fotografi kok buta warna? Saya tidak menghiraukan hal tersebut. Selama orang menyukai karya saya, kenapa tidak (?). Saat ini saya sedang mendalami Street Photography. Dari awal kuliah saya mencari genre fotografi yang pas dengan saya, dan saya lebih menyukai street photography, karena unik. Nantinya saya ingin mengkombinasikan antara street photography dengan prewedding photography.

Bicara soal warna, saya selalu berhati-hati dalam memainkan foto atau mengedit foto, dan saya juga terbantu adanya Preset foto. Saat ini saya selalu melihat foto-foto orang untuk referensi, dan membangun perpustakan visual di otak saya, tidak lupa juga dengan terus mempelajari unsur-unsur fotografi. Setiap ada waktu luang, saya menyempatkan keluar untuk hunting foto jalanan dengan hati gembira. Banyak yang saya temui di jalanan. Ada banyak orang yang jauh tidak seberuntung saya. Di sini saya jauh bisa lebih bersyukur dengan keadaan yang ada. Semoga teman-teman yang membaca tulisan ini, jadi bisa jauh lebih bersyukur. Jalani hidup dengan penuh syukur, maka kita akan menemukan kebahagiaan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saya adalah manusia biasa yang suka berkeluh kesah lewat tulisan

CLOSE