Ketika Omongan Orang Membuatmu Ragu, Ingat-ingat Lagi Proses yang Telah Kamu Jalani Dulu

Walaupun hanya sekedar omongan, tapi banyak dari kita yang merasakannya sampai ke hati.

Hah? Yakin? Masa sih? Dia kan gitu orangnya? Mana mungkin? Mana mampu? Jangan suka bersembunyi! Sok tau! Salah! Dan masih banyak lagi cibiran, dan omongan orang yang memenuhi hari-hari yang tengah kita jalani. Khususnya ketika kita mulai berbuat, mulai melakukan sesuatu.

Advertisement


Walaupun hanya sekadar omongan, tetapi banyak dari kita yang merasakannya sampai ke hati.


Sakit, kira-kira itu kata yang tepat ketika orang-orang mulai mengomentari apa yang kita lakukan. Apalagi di zaman media sosial, setiap orang bisa berkomentar, setiap orang mendadak jadi ahli tanpa perlu belajar apapun. Story Whatsapp dan Instagram menjadi layar-layar kecil penuh dengan sindiran dan nyinyiran.

Ada yang bilang komentar tersebut adalah bentuk kritis dan kepedulian terhadap apa yang kita lakukan. Tapi coba kita lihat, benarkah demikian? Sering kali, orang-orang berkomentar bukan karena mereka peduli, tetapi hanya karena mereka bisa, bukan karena mereka mampu, tapi hanya karena mereka mau.

Advertisement

Lalu semuanya hanya kepalsuan dan kebohongan? Tidak juga, tentu masih ada keluarga, sahabat, dan teman-teman terdekat yang memberikan masukan yang tulus dari hati. Tetapi yang terpenting bukan apa yang ada di luar sana, tetapi apa yang ada di dalam sini. Niat dengan semangat, hati dengan mimpi, dan rasa dengan karya adalah unsur yang cukup untuk melakukan banyak hal. Omongan orang adalah hal kesekian, yang ada dalam list, bahkan boleh saja dikeluarkan dari list.  

Perlu digarisbawahi kata mulai di awal tadi. Apapun yang baru dimulai, pasti banyak gagal, pasti banyak kurangnya. Tetapi setidaknya kita sudah memulai, coba lagi, buat yang lebih baik. Karena nggak pernah ada orang yang gagal seumur hidupnya, sama seperti nggak pernah ada orang yang berhasil seumur hidupnya.

Advertisement

Orang-orang berhak berkomentar apapun, sama seperti kamu berhak untuk tidak mendengarkannya. Ingat ya, tidak mendengarkan, bukan membenci, karena membenci hanya akan mempersempit ruang gerak kita. Orang lain akan selalu berkomentar, tetapi kamu adalah kamu, apapun kata orang.

Mungkin, mereka yang bisanya hanya nyinyir dan menyindir di media sosial hidupnya terlalu instan untuk paham pentingnya proses. Mungkin, mereka yang sukanya komentarin urusan orang, hidupnya kurang seru untuk diurusin.Dan mungkin, mereka yang sukanya bermain kata, tidak bisa membuat hal-hal yang nyata.


Bersyukurlah karena kamu bukan orang yang hanya memaknai hidupnya dari kata-kata, tapi juga karya-karya yang nyata.


Buat kamu yang ingin memulai sesuatu, mulailah, coba terus, lalu buat yang lebih baik, jangan takut apa kata orang. Untuk kamu yang sudah memulai, sudah mencoba, lalu gagal. Lakukan lagi, nggak apa-apa gagal karena ketika berhasil nanti kamu akan tau cara menghargainya. Dan kamu yang sudah berhasil mewujudkannya, jangan terlena, cari mimpi-mimpi yang baru dan mulai lagi dari awal. Karena proses dalam hidup tidak pernah akan ada habisnya.

Sekali lagi, kamu adalah kamu, apapun kata orang. Siapa diri kita tidak ditentukan dari apa kata orang, siapa diri kita ditentukan dari apa yang kita lakukan, baik itu dalam keseharian, maupun karya-karya yang nyata. Bukan tugas kita untuk merubah persepsi orang tentang kita, tugas merekalah yang ingin mengenal kita lebih jauh.

Selamat mencoba!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penulis yang mengubah rasa menjadi cerita.

Editor

une femme libre

CLOSE