Perjalanan Merantau ke Negara Suriname

Tanggal 18 Desember 2014 yang lalu adalah awal langkah baru dalam hidupku. Bandara Soekarno-Hatta menjadi saksi bisu aku meninggalkan semua yang kucintai. Bandara Soekarno-Hatta menjadi tempat terakhir aku menapakkan kaki di bumi Indonesia. Sepintas masih terbersit keraguan, sepintas masih terbersit ketidakrelaan untuk meninggalkan apa yang sudah aku dapatkan. Kenyamanan, kasih dan cinta, perhatian serta banyak kawan dan saudara.Namun kembali kubulatkan tekad, dengan penuh gagah aku memasuki pesawat KLM dengan membawa sejuta mimpi dan harapan akan masa depan. Bukan mimpi dan harapan masa depanku saja, tetapi mimpi dan harapan masa depan orang-orang yang kucintai. Kebulatan tekad bahwa aku harus keluar dari “zona aman” hidupku yang kumerasakan sudah mencapai pada titik puncaknya dan mulai bergerak menurun.

Advertisement

KLM telah terbang membawa diriku. Sudah tidak ada kata untuk mundur. Aku dibawanya terbang semakin tinggi dan jauh dari apapun yang kumiliki saat itu. Pikiranku akan berapa lama aku dibawanya terbang dan kapan akan dihempaskannya aku kembali ke tanah. Kurang lebih 1-2 jam penerbangan tiba-tiba KLM mendaratkan diri. Rupanya KLM harus membersihkan dirinya sebelum terbang membelah dunia.

Pada saat KLM dibersihkan dan berbenah diri, akupun diwajibkan untuk keluar dari KLM. Begitu sebuah pemandangan baru yang aku temui. Bandara di Kuala Lumpur ini mencengangkanku. Inikah dunia yang akan kujalani hari ini dan yang akan datang?

Mungkin karena hidupku dulu sepenuhnya hanya berkutat Jogjakarta dan Klaten saja, sehingga melihat bandara ini serasa menjadi kaya “wong ndeso”. Walaupun tidak bisa keluar dari bandara ini untuk melihat seperti apa itu negara Malaysia, tetapi dengan melihat kebersihannya dan kerapiannya mungkin ini bisa menjadi cermin bahwa indahnya dunia ini bukan hanya INDONESIA.

Advertisement

Kurang lebih hanya setengah jam aku menikmati bandara di Kuala Lumpur ini dan sudah harus masuk kembali ke KLM yang akan membawaku membelah dunia.

Akhirnya KLM terbang dari Kuala Lumpur Malaysia menuju ke Bandara Udara Internasional Schiphol di Amsterdam Belanda. Perjalanan ini memakan banyak waktu, mungkin kurang lebih sekitar 16 jam-an. Aktifitasku di dalam KLM hanya nonton film “Cars 2” selera anakku Elang. Film yang kutonton dari layar kecil dibelakang bangku penumpang depanku. Bila film habis aku cari-cari film yang laInnya hingga lelah dan aku terlelap tidur. Terkadang bangun dan mulai memantau posisi pesawat sudah berada di daerah mana. Hal itu disebabkan pemandangan diluar hanya gelap saja, karena penerbangan dilakukan pada malam hari. Pengalaman yang paling menyebalkan adalah ketika ingin Buang Air Besar di KLM. Perut sakit dan melilit, menanyakan kepada pramugari dimana posisi toiletnya, setelah ketemu langsung saja action. Nah ini yang menyebalkan, ketika mau membersihkan diri rupanya tak ada air dan hanya ada fasilitas tissue saja. Alamak, mati aku!!!

Advertisement

Katanya diluar Indonesia adalah modern. Tetapi hanya untuk masalah sepele BAB saja harus kembali ke jaman kakek nenekku dulu, dalam bahasa Jawa adalah “peper” pake tissue. Akhirnya sisa perjalanan dari Malaysia ke Belanda menyisakan rasa tidak nyaman dalam menikmati perjalanan udara melalui KLM.

Waktu pagi hari di Belanda KLM mendarat. Bandara Internasional Schiphol di Amsterdam ini rupanya menjadi bandara transit untuk ke berbagai negara di dunia. Pertama kali datang kejadian “plonga-plongo”ku kembali berulang disini. Wow!! menakjubkan sekali bandara ini dan keliatan sangat besar sekali.

Rupanya perhentian di Schiphol ini memakan waktu sekitar 5 jam, ingin rasanya keluar bandara dan melihat belanda itu seperti apa tetapi aku tidak punya visa untuk belanda jadi tidak diperkenankan meninggalkan bandara alias harus tinggal selama 5 jam di dalam bandara. Ada sebuah kejadian yang sangat berkesan di schiphol ini. Di dompetku rupanya masih ada sisa “sangu” dari rumah sebesar Rp 300.000, berhubung rupiah tidak laku disini maka aku iseng tukarkan dengan uero di money changer bandara. Pertama aku bertanya apa kabar dan seterusnya, mbak yang di money changer menanggapi dengan antusias dan bersemangat, tetapi setelah aku tahu mau tukar rupiah ke uero agak “memble” mukanya.Asem!!!

Akhirnya, aku dapat berapa uero begitu.detailnya aku lupa. Terus biar agak nggaya, aku mau beli coffee di salah satu stand bandara yang ramai banyak pengunjungnya. Aku coba beli 1 cup coffee ukuran besar dan Alamak!!!duit ueroku langsung menyusut banyak, tinggal kepingan receh uero saja.Hiks!. Dalam hatiku, ini coffee minumnya harus pelan-pelan paling tidak 5 jam baru habis..hahahahahahahahahahahah

Setelah 5 jam dibandara Schiphol Amsterdam Belanda, saya masuk kembali ke KLM yang akan membawaku terbang ke Paramaribo Suriname. Perjalanan di udara memakan waktu kurang lebih 8 jam. Harapanku, karena penerbangan pagi hingga sore sehingga pasti asyik dapat melihat pemandangan dari atas. Lagi-lagi kandas, pemandangan memang dapat aku lihat tetapi hanya warna birunya samudera Atlantik. Perjalanan terbang bersama KLM selama 8 jam hanya kulihat laut saja.Hiks!!

Kira-kira pukul 16.00 waktu Suriname, akhirnya pertamakali aku menginjakkan kaki di tanah Suriname tujuanku. Bandara yang sangat jauh berbeda dengan Kuala Lumpur dan Schiphol di Belanda. Kesan pertama yang muncul, ini bandara atau padang rumput?

Tetapi begitu keluar dari pintu KLM, langsung kurasakan suasana yang sangat tidak asing bagiku. Seperti suasana Jogja di masa kecilku. Banyak pohon-pohon besar di areal luar bandara, suara burung-burung liar yang menyejukkan hatiku. Oh, inikah Suriname itu? inikah negara yang akan kutinggali selama kurang lebih 3 tahun kedepan? Tuhan, aku suka ini!!!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

One Comments

  1. 陳麗莎 berkata:

    Kerja apa maz dek suriname

CLOSE