Perspektif Anak: Kenapa Aku yang Selalu Diperlakukan Berbeda?

Kadang berpikir apa bedanya aku dengan kakak dan adikku

Sebagai anak yang memiliki Kakak atau Adik, ada kalanya kita merasa diperlakukan berbeda dengan saudara yang lain. Kadang kita merasa bahwa ibu atau ayah lebih sering memihak yang lain, atau ibu dan ayah lebih sering memberi perintah pada kita daripada ke yang lainnya. Ada banyak hal yang membuat kita berpikir apakah ibu dan ayah benar-benar memperlakukan kita berbeda, atau apakah benar ibu dan ayah lebih menyukai anaknya yang lain dibandingkan dengan kita? Bahkan saat kita masih kecil hal tersebut bisa sampai membuat kita berpikir apakah kita benar-benar anak kandung ibu dan ayah, atau anak yang mereka temukan di pinggir sungai? Apapun itu, sepertinya kita tidak sendirian. Bukan hanya aku dan kamu yang pernah berpikiran seperti ini, ada banyak anak diluar sana yang juga memiliki pemikiran yang sama.

Advertisement

Sebenarnya perbedaan perlakuan yang dilakukan orang tua kepada anak-anaknya mungkin memang benar adanya karenakan perbedaan yang dimiliki setiap anak. Setiap anak memiliki keterampilan, kepribadian, dan kebutuhan yang berbeda. Selain itu, perbedaan umur dan gender pun turut membuat perbedaan perlakuan itu dirasakan anak. Seperti kebanyakan ayah yang lebih sering mencium dan memeluk anak perempuannya dibandingkan ke anak laki-lakinya karena dianggap anak laki-lakinya kurang menyukai hal-hal seperti itu. Atau juga seperti ibu akan menyuruh anaknya yang lebih pandai memasak untuk membantu di dapur, dibandingkan dengan anaknya yang lebih sering merusak peralatan di dapur.

Aku pun pernah diberi tahu oleh psikologku, bahwa salah satu alasan mengapa orang tua lebih sering memberiku perintah untuk melakukan banyak hal adalah karena orang tuaku lebih percaya padaku dibandingkan dengan saudaraku yang lain. Setelah mendengar itu, aku mendapatkan pemahaman tentang perbedaan diri antara aku dan saudara-saudaraku. Yang tadinya aku merasa tidak adil menjadi lebih tenang dan sedikit merasa bangga dengan kemampuanku yang tidak dimiliki oleh saudaraku yang lain. Bahwa aku bisa diandalkan dan membantu ibuku.

Di sisi lain, mungkin kita sebagai anak pernah merasa bahwa selama bertumbuh dewasa, ada banyak hal yang tidak bisa kita dapatkan dibandingkan dengan saudara-saudara kita yang lain. Misalnya seperti dulu, sewaktu kakakku lulus SMA, kakakku bisa memilih universitas dan jurusan apapun itu tanpa harus mengkhawatirkan biayanya. Sedangkan aku, aku harus memastikan bahwa aku harus kuliah di universitas yang biayanya tidak terlalu mahal, terlepas apapun universitasnya dan apapun jurusannya. Ibuku juga pernah mengatakan bahwa aku tidak boleh membuat masalah apapun karena kakak-kakakku yang lain sudah cukup membuat masalah.

Advertisement

But little did I know, ada banyak pengorbanan yang mau nggak mau saudara-saudaraku harus lewati. Seperti merelakan S2 di luar negeri padahal mendapatkan beasiswa, dengan alasan lebih baik membantu orang tua. Ketika aku lahir, kakak pertamaku harus ikut menjaga adik-adiknya sembari belajar. Kakakku yang lain harus mau mengantarku kemanapun aku pergi karena kekhawatiran orang tuaku. Dan pengorbanan-pengorbanan lainnya yang tidak pernah dibicarakan kepada siapapun, hanya bisa dikubur dalam-dalam sambil menelan ludah.

Kalau harus berdebat tentang anak mana yang paling banyak berkorban, mungkin waktu seumur hidup tidak akan cukup. Karena nyatanya, selama beranjak dewasa setiap anak mengalami senang, sedih, dan pengorbanannya masing-masing. Dan semua yang dialami itu menuntun kita untuk tumbuh dewasa, untuk mengerti perihal kehidupan.

Advertisement

Aku percaya bahwa orang tua yang baik, pasti tidak akan pernah memikirkan untuk memilih salah satu anaknya sebagai "kesayangan" dan sengaja memperlakukan anak-anaknya dengan berbeda. Orang tua yang baik mencintai semua anaknya sama besarnya, sama tulusnya. Tapi mungkin karena perbedaan karakteristik kita dengan saudara kita dan cara kita memandang dunia yang membuat kita merasa bahwa perlakuan mereka tidak adil. Lagi-lagi masalah komunikasi yang berperan penting dalam hal ini.

Akupun sudah tidak pernah lagi menyalahkan keadaan, apalagi kedua orang tuaku. Karena aku tahu bahwa orang tuaku selalu berusaha semaksimal mungkin untuk selalu memberikan yang terbaik. Selain anak-anak, ada orang tua yang lebih banyak berkorban dalam segala hal. Memang benar anak tidak pernah minta untuk dilahirkan. Tapi orang tua kita telah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi orang tua yang baik agar kita sebagai anaknya bisa mendapat kehidupan yang lebih baik.

Satu hal yang pasti, di dunia memang tidak ada keadilan yang merata pada waktu yang bersamaan. Jika hari ini saudaramu yang mendapat kebahagiaan, mungkin sebelumnya kamu sudah dapat kebahagiaan itu dan kamu akan mendapatkannya lagi nanti. Semua kembali lagi pada bagaimana kita memandang kehidupan kita. Biarlah kehidupan kita menjadi urusan kita dengan Tuhan, tidak perlu membanding-bandingkannya dengan kehidupan orang lain. Karena semua yang terjadi ada alasan dan pelajarannya. Sekolah kehidupan tidak akan selesai sampai kita berpulang.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Just a jurnal of Dina's ordinary days. Stay be yourself, love yourself, and be kind to everyone!

CLOSE