Realita dari Peralihan Sistem Pendidikan pada Masa Pandemi

Penulis: Dyah Anggraini Widya Astuti, Arshenny Redisty, dan Anggun Prayoga

Akhir-akhir ini, pandemi Covid-19 justru mengubah segala aspek yang berlaku dalam lingkungan masyarakat, terutama pendidikan. Sebelum terjadinya wabah, para pelajar di sekolah sedang duduk manis di bangku kelasnya dan bersenda gurau saat menyantap jajanan pada jam istirahat. Para guru atau dosen pun menjelaskan materinya sambil membelakangi papan tulis, sekaligus memberi tugas yang tercantum pada selembar kertas.

Advertisement

Pada awal Maret 2020, pemerintah mengumumkan kasus baru Covid-19 yang diduga berasal dari luar negeri. Mulanya hanya satu atau dua orang yang terkena, tetapi jumlahnya tiba-tiba naik dan menyebar hampir ke seluruh dunia. Akibatnya, sekolah dan beberapa kampus mengubah sistem pembelajaran menjadi dalam jaringan (daring).

Hal ini membuat dunia pendidikan mendadak kelimpungan, mulai dari akses internet yang kurang memadai, pembelajaran yang kurang efektif, dan tugas bertumpukan. Tentunya, peralihan sistem tersebut menimbulkan culture shock bagi pengajar maupun murid.

Ketika terjadi penurunan jumlah kasus Covid-19, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengumumkan bahwa pembelajaran tatap muka dapat dilaksanakan mulai bulan Juli. Namun, terjadi penambahan kasus baru Covid-19 secara drastis, diperparah lagi dengan adanya varian delta yang lebih cepat menular. Alhasil, tabung oksigen semakin langka dan rumah sakit menjadi colaps seiring bertambahnya pasien COVID-19.

Advertisement

Untuk itu, pemerintah menetapkan PPKM Darurat dan menarik kembali kebijakan pembelajaran tatap muka guna mengurangi penyebaran virus corona. Mau tidak mau, para siswa atau mahasiswa harus tetap menjalankan pembelajaran secara daring. Kebijakan yang menjadi tarik-ulur ini membuat pihak sekolah atau kampus kembali berdiskusi mengenai sistem apa yang akan diterapkan pada semester depan.

Pandemi Covid-19 telah memberi gambaran atas kelangsungan dunia pendidikan di masa depan melalui teknologi. Namun, teknologi tetap tidak dapat menggantikan peran guru atau dosen, apalagi interaksi belajar antara pelajar dengan pengajar. Sebenarnya, edukasi bukan sekadar memeroleh pengetahuan, tetapi juga tentang nilai, kerja sama, serta kompetensi. Situasi pandemi ini menjadi tantangan tersendiri dalam hal meraih prestasi bagi setiap individu dengan memanfaatkan teknologi.

Advertisement

Masa pandemi ini juga dapat melatih serta menanamkan jiwa mandiri melalui berbagai kelas daring atau webinar yang diikuti oleh siswa maupun mahasiswa. Selain itu, siswa atau mahasiswa juga dapat bekerja sama dalam menyelesaikan atau menghadapi suatu masalah pembelajaran. Situasi ini tidak hanya menjadi tantangan bagi siswa atau mahasiswa saja, tetapi juga para guru atau dosen dalam menyampaikan materi untuk memastikan bahwa siswa atau mahasiswa dapat memahami materi pembelajaran tersebut.

Pandemi ini memaksa kebijakan yang awalnya disebut social distancing (pembatasan sosial) berubah menjadi physical distancing (menjaga jarak fisik) guna meminimalisir penyebaran virus corona. Jadi, kebijakan ini diharapkan mampu memperlambat laju penyebaran virus corona di tengah masyarakat. Kemdikbud meresponnya dengan kebijakan belajar dari rumah atau daring.

Tantangan Pembelajaran

Penyebaran virus corona yang masif di berbagai negara memaksa kita untuk menghadapi kenyataan bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja. Kita bisa melihat bagaimana perubahan pada aspek seperti teknologi, ekonomi, politik hingga pendidikan di tengah kesulitan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Perubahan itu mengharuskan kita untuk bersiap diri, misalnya merespon tindakan sekaligus belajar hal-hal baru yang berkaitan dengan pandemi Covid-19. Indonesia tidak sendiri dalam mencari solusi bagi siswa agar tetap belajar dan terpenuhi hak pendidikannya. Sampai dengan 1 April 2020, UNESCO mencatat setidaknya  1,5 miliar anak usia sekolah yang terdampak pandemi Covid-19 di 188 negara termasuk 60 juta diantaranya ada di Indonesia.

Pemberlakuan kebijakan physical distancing yang awal mulanya menjadi dasar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dari rumah, dengan memanfaatkan teknologi informasi secara tiba-tiba, sehingga para tenaga pengajar dan murid termasuk orang tua kaget. Pembelajaran teknologi informasi memang sudah diberlakukan dalam beberapa tahun terakhir dalam sistem pendidikan di Indonesia. Namun, sistem pembelajaran daring seakan-akan menjadi kejutan dari pandemi ini yang memicu adanya adaptasi baru di semua lini, dari kabupaten dan kota, provinsi, pusat bahkan internasional.

Jadi kendala-kendala itu menjadi catatan penting bagi dunia pendidikan kita yang harus melaksanakan pembelajaran daring secara tepat. Padahal, jika dilihat dari teknis dan sistemnya belum semuanya siap. Selama ini pembelajaran online hanya sebagai konsep, perangkat teknis, belum sebagai cara berpikir dan pola pembelajaran. Terlebih lagi, pembelajaran online bukan metode untuk mengubah belajar tatap muka dengan aplikasi digital, bukan juga membebani siswa dengan tugas yang menumpuk setiap hari.

Apalagi dengan siswa yang masih duduk di bangku SD hingga SMA terkena dampak sekolah online merasa tertekan. Mereka dituntut untuk belajar secara individual meskipun mereka masih menjadi remaja yang labil, sehingga perlu diawasi dan dibimbing seperti sistem pembelajaran yang berlaku di semasa sekolahnya.

Namun, kenyataan yang terjadi siswa hanya diberi tugas yang menumpuk dalam memenuhi kompetensi dasar pembelajaran yang ada. Pembelajaran online harusnya mendorong siswa menjadi seorang yang kreatif dalam mengakses ilmu pengetahuan sebanyak mungkin, menghasilkan karya, menambah wawasan, dan ujungnya membentuk siswa menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Sehingga harapannya di era pandemi saat ini pemerintah dapat lebih bijak dalam mengambil kebijakan yang berlaku, bukan hanya pada pendidikan tetapi juga seluruh sektor. Menurut pandangan saya terhadap pendidikan, mungkin seluruh siswa dapat diberikan tugas berupa lembar kerja guna memenuhi tugas agar siswa tersebut dapat memahami materi yang saat ini ia tekuni dan supaya ia tidak terpaku dengan gadget atau laptop.

Guru pun harus ikut andil dalam berkontribusi menyukseskan sekolah daring pada masa pandemi saat ini, termasuk kita sebagai warga negara yang baik agar tetap mengikuti arahan pemerintah, mematuhi peraturan yang berlaku hingga sebisa mungkin membantu pemerintah dalam mengatasi wabah yang sedang melanda di seluruh dunia.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE