Resolusi Harusnya Berfokus Pada Proses, Bukan Hasil. Periksa Lagi Daftar Resolusimu!

resolusi tahun baru 2021

Setiap akhir tahun, sebagian orang akan disibukkan dengan daftar harapan-harapan untuk diwujudkan pada tahun berikutnya. Ini adalah aktivitas yang mungkin sebagian lainnya menganggap menjadi hal sia-sia dikarenakan masa depan bukanlah sesuatu yang dapat diprediksi. Jadi, membuat resolusi adalah harapan-harapan yang akan mustahil terwujudkan.

Advertisement

Mereka mengatakan demikian bukan tanpa alasan, kita lihat saja tahun 2020 yang hampir seluruh lini kehidupan digerogoti oleh wabah non-alam. Bukankah itu sebuah peristiwa yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya? Lalu otomatis, semua resolusi yang dibuat sebelumnya menjadi daftar putih tak terjamah.

Begitupun apa yang kita lakukan hari ini, apakah sudah terencana sebelumnya atau hanya mengalir begitu saja? Maka dari itu, yang paling penting dari resolusi itu adalah prosesnya, bukan pada hasilnya. Karena tidak akan ada kata gagal pada proses.

Misalnya kita ambil contoh, harapan agar tulisan tembus di media ternama. Yang sebelumnya tulisan kita hanya dipajang di media sosial, yang notabene yang lihat hanya followers kita. Maka dengan tahun baru dengan harapan baru, maka bukan kemustahilan kalau kita berkeinginan tulisan bisa tembus di media ternama. Agar yang membaca tulisan kita lebih banyak dan mungkin bisa dapat honorium juga, tapi itu bukan hal utama.

Advertisement

Untuk itu, arah resolusi kita ubah. Harapan agar tulisan tembus di media ternama diganti dengan konsisten menulis minimal sekali sepekan. Kemudian ketika selesai menulis langsung dikirim ke media tersebut, namun jangan paksakan atau terlalu berharap tinggi agar tulisan terbit. Supaya kita masih  konsisten dalam menulis.

Tulisan yang terbit jangan jadikan sebuah tujuan, tapi itu adalah bonus. Jadi aktifitas menulis sekali sepekan tidak terganggu. Jadi semakin sering kita menulis dan semakin sering tulisan ditolak, berarti kita semakin tau hal-hal apa saja yang membuat tulisan kita ditolak. Maka dari itu, tulisan-tulisan kita semakin hari semakin membaik. Dan lakukan ini  dengan konsisten atau berkelanjutan.

Advertisement

Dengan begitu, resolusi tidak pernah gagal, karena harapan yang tinggi hanya sebatas bonus. Tapi, proses menuju bonus itu adalah resolusi kita. Jadi ketika kita belum dapat bonus, berarti itu bukan kegagalan, karena yang gagal itu apabila konsisten menulis ditinggalkan.  Untuk itu pasang resolusi yang berkaitan dengan hal-hal yang bisa dilalukan setiap saat.

Sekalipun kita memiliki keinginan yang lebih besar daripada hanya sebatas proses, maka resiko kecewa dan sakit hati bisa datang kapanpun, apalagi jika harapan tidak bisa diwujudkan. Misalnya ingin berat badan berkurang, maka setiap hari terus berolahraga dan makanan dijaga, namun hasilnya begitu saja. Dan kita merasa hal itu sebuah kegagalan.

Jangan berfikiran seperti itu, bukankah rajin berolahraga yang sebelumnya jarang berolahraga adalah sebuah keberhasilan? Bukankah menjaga makanan yang sehat adalah suatu keberhasilan? Lantas kenapa harus sedih dan merasa kecewa ketika berat badan tidak turun? Itu adalah pikiran yang salah kaprah. Berat badan turun itu sebatas bonus, apabila proses itu terus dilakukan dengan maksimal pasti bonus akan dicapai dengan sendirinya.

Seperti halnya seorang pekerja kantoran, yang akan mendapatkan bonus apabila tugas kerja yang diberikan terlampaui dari target. Maka dengan sendirinya ia akan dapat bonus, tapi itu bukan tujuannya. Tapi tujuannya adalah tetap bekerja, agar dirinya dan keluarganya bisa bertahan hidup dari gajinya. Maka, yang dilakukan adalah terus bekerja, bekerja inilah adalah prosesnya. Karena apabila tidak bekerja, maka itulah sebenarnya kegagalan yang patut membuat kita kecewa.

Maka dari itu, ubah pola pikir kita tentang resolusi. Yang menjadi hal pokok dalam resolusi adalah prosesnya, bukan hasilnya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswa Manajemen Dakwah UIN Alauddin Makassar

CLOSE