Sepenggal Doa untukmu di Penghujung Malam. Semoga Ada Kesempatan Kita Dipersatukan

sepenggal doa untukmu


Mungkin kita diciptakan bukan untuk saling memiliki tapi untuk saling mengenal…


Advertisement

Ibarat kata ini, cinta tak seindah senja di sore hari. Pertama kali berjumpa denganmu hati ini berdebar kencang. Pikirku, ah mungkin aku saja yang terbawa parasmu yang sekilas melintasi garis hidupku lalu pergi tanpa tujuan yang pasti. Namun aku salah, setiap kali aku melihatmu akan terulang hal yang sama. Akhirnya aku mulai sadar setelah sekian lama aku kalut dalam rasa ini, aku tahu aku sedang memiliki perasaan untukmu.

Perasaan? Hal yang mungkin terkesan lucu bagiku yang tengah menata hatiku yang pernah retak. Faktanya, hati ini kembali kamu sapa, menawarkan perasaan yang baru. Aku kembali menemukan sosok yang berbeda yang mampu menggetarkan hatiku. Sosok yang berwibawa. Sosok yang berhasil menarik perhatianku dan membuat aku menetap dalam pandangan itu. Aku sepertinya tersihir oleh sosokmu. Aku mulai kembali menata langkahku untuk mengenalmu. Aku mulai mencari tahu semua tentangmu, hobimu, kebiasaanmu, keluargamu, pergaulanmu dan yang terpenting bagaimana hubunganmu dengan Sang Pencipta.

Dalam benakku, aku tak ingin ceroboh untuk memutuskan langkahku. aku harus berhati-hati untuk memulai yang baru. Pada akhirnya, aku berhasil mengetahui semua tentangmu. Semua yang ada dalam dirimu adalah bagian dari sepenggal doakku yang sering ku panjatkan disetiap kesunyian malam. Namun seiring berjalannya waktu aku kembali merenung. Apakah ini jawaban dari Dia yang selama ini kutunggu? Apakah aku tidak salah? Mungkinkah Dia yang memberiku hidup tak tega melihat aku dalam kesendirian? Ataukah ini hanya sebuah ilusi belaka? Apakah benar-benar dia dikirim untuk mengakhiri penantian panjangku? Aku kuatir dengan langkahku yang terlihat konyol. Aku kembali berperang melawan pikiranku.

Advertisement

Pikiran yang begitu menjebakku. Aku sadar aku hanyalah sebuah bintang kecil di ujung senja yang tak mampu bersanding dengan ribuan bintang besar lainnya yang juga menginginkan langitmu. Niatku untuk memilikimu kembali menciut, aku terdiam di kesunyian malam.

Aku bersujud, dalam benakku.

Advertisement

Tuhan, inginku adalah dia. Dia yang seperti seorang ayah bagiku. Dia yang memiliki kerohanian dan iman yang kuat padaMu. Dia yang begitu mencintaiMu. Dia yang terus berjuang dan tak pernah menyerah. Dia yang terlihat bahagia menikmati hidup dalamMu. Dia yang menghabiskan setiap hidupnya hanya untuk memuliakanMu. Dia yang nantinya bisa mendukungku bukan melarangku. Dia yang nantinya bisa menjadi tempat kuperdengarkan setiap ceritaku. Inginku adalah dia.

Tapi aku cemas, aku takut. Aku tak ingin doaku salah. Aku tak ingin doaku seperti sihir untuknya. Aku tak ingin seperti mamaksa sang Pencipta untuk memberikan ciptaannya untukku. Aku tak ingin Dia hanya melihat bahagiaku saja. Aku tak ingin dia menempati posisi pertama di hatiku. Aku tak ingin terlihat seperti mendewakanmu.

Hari semakin berlalu, sepertinya malampun hampir usai. Haruskah aku terlelap dengan membawa mimpi ini pergi bersama gelapnya malam ataukah aku terus terjaga dengan mimpi yang sama. Langitpun semakin gelap, gemuruh kilat menggema dalam ruang dengarku dan hujanpun perlahan membasahi gelapnya malam. Aku kembali tengenang dalam kubangan rasa. Sepertinya langit turut merasakan kegelisahan hatiku. Langit seolah-olah memberi isyarat kepadaku untuk segera terlelap dan membawa mimpi ini pergi.

Aku sadar aku sudah berada jauh dalam banyangmu. Aku yang ingin terus menyibukan diri dalam mimpiku tentangmu tapi hatiku tahu bahwa aku membutuhkan tenaga untuk menghadapi kenyataan di hari esok. Aku tidak tahu pada akhirnya akan seperti apa, tapi aku yakin rencana Sang Pemberi hidup pasti luar biasa!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE