Suatu Musim yang Panjang Tanpamu

Kepergianmu seketika menghentikan bahan bakar bumi. Seolah tak ada yang berputar dan bergerak. Sehari rasa seribu hari.

Kala itu matahari meninggi seolah membenarkan jauhnya langit dari genggaman. Tepat saat itu semesta membawa pergi sang tuan pemilik rumah. Kulihat dengan jelas. Kala detak jantungnya menyerah. Jemarinya masih hangat seperti biasa. Namun, raganya telah benar-benar lenyap. Wajahnya pucat dan kaku. Seketika menepis segala harapku untuk hidup bahagia bersama.

Advertisement

Rumah yang selalu jadi tempatku pulang sudah roboh di bawah langit rumah sakit. Infeksi otak menyudahi petualangan hidup ayah dari bayi yang sedang tertidur nyenyak di perutku. Ah…entahlah mungkin diusia 20 minggunya iya pun telah merasakan kehilangan pria di hadapanku ini.

Baru tujuh bulan menuruni pelaminan dan kita kembali berjarak. Padahal tiga tahun pacaran sudah berjuang mati-matian menghadapi dinding kota yang berbeda. Kini dihadapkan dengan Long distance relationship yang tiada akhir. Dahulu kukira LDR terjauh saat tak bisa melihat wajah masing-masing setiap detik. Ternyata ada yang paling menyakitkan; yaitu dua dunia yang membentangkan jarak terjauh dari yang sudah-sudah.

Hampir sebulan menemaninya terbaring koma dengan alat-alat yang terus berbunyi. Mengiring detik-detik yang tersisa bersama. Sayangnya, hati belum juga siap atas kehilangan tiba-tiba. Ingin geram tetapi tak mampu lagi. Yang tersisa hanya perih terhebat yang pernah tercipta dalam hidup.

Advertisement

Dan belum jua kutahu cara mengatasinya. Rasanya tergores kaca. Semakin di cengkram semakin berdarah. Terlanjur menggantungkan hidup pada pria yang melamarku dibulan Januari itu. Sampai-sampai sesekali berpikir ingin ikut bersama. Berharap kekecewaan, kesakitan, dan keputusaan ini dapat sirna.

Berkali-kali musim berganti dan aku selalu bersyukur tetap kamu yang disisi. Walau kepergianmu seketika menghentikan bahan bakar bumi. Seoalah tak ada yang berputar dan bergerak. Sehari rasa seribu hari. Mengingat hari-hari lalu yang tak mungkin lagi kutemui. Waktu yang gersang dan musim yang tetap jua sama. Sepi dan gelap.

Advertisement

Suatu musim yang panjang tanpamu. Batin bergejolak ingin mengikhlaskan. Namun setiap berusaha, bendungan air selalu pecah di lensa mata. Kamu sebegitu berharganya. Sampai akhirnya tersadar satu-satunya cara untuk kita sama bahagia adalah merelakanmu.

Si kecil yang menggantikanmu kini berusia 6 bulan. Coba katakan di langit mana kamu bersembunyi dan mengintip-ngintip bayi kecil yang kini merengek-rengek mencari-cari ayunan tangan ayahnya. Agar kelak saat ia bertanya kamu dimana. Aku bisa menunjuk langit biru tempat kamu meniliknya setiap detik.

Seolah semesta membenarkan bahwa tidak ada yang benar- benar milik kita di dunia ini. Sungguh aku rindu. Berat sekali rasanya. Tetapi aku tahu Tuhan sungguh sayang kamu, sehingga begitu cepat memintamu kembali ke pangkuanNya. Terakhir, terimakasih atas cerita indah yang kamu buat semasa hidup bersamaku. Tenang disana. 20220- DnrTgn

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Anak 93. Suka baca, suka kata, suka nulis, suka kamu :)

CLOSE