Surat Terbuka untuk Diriku Saat Teman-teman yang Lain Sudah Sukses Duluan

Saat teman sukses duluan


Hai , bagaimana kabarmu hari ini?

Kamu masih mau berjuang lagi kan?


Advertisement

Aku menyapa diriku sendiri setelah lama tak pernah menyapanya karena berbagai kesibukanku.

Ya, memang akhir-akhir ini aku di sibukkan dengan persiapan penelitianku. Tidak terasa 3,5 tahun telah berlalu dengan cepatnya. Telah banyak hal yang ku lalui dalam kehidupan ini mulai dari tangis tawa, harapan, kenyataan dan keajaiban.

Telah banyak titik rendah dalam hidup yang membuatku hampir putus asa tapi berhasil ku lalui. Banyak hal yang dulunya terlihat mustahil namun menjadi hal yang mungkin terjadi. Memang banyak kejutan-kejutan yang Allah berikan kepadaku.

Beberapa saat kemudian aku menoleh melihat teman-temanku yang jauh lebih sukses dari diriku. Ada yang jago bahasa inggris sehingga sering bolak-balik keluar negeri untuk mengikuti conference. Ada yang jago karya tulis sehingga sering menjuarai lomba karya tulis tingkat nasional maupun internasional.

Advertisement

Ada yang jago berorganisasi dan mengabdi di kampus. Ada yang jago pemberdayaan masyarakat desa. Ada yang jago berwirausaha dan memiliki banyak pelanggan produknya. Ada yang kuliahnya cepat, sudah selesai penelitian, sudah seminar hasil dan tinggal komprehensif.

Sedangkan diriku masih suka mencoba segala hal baru. Aku masih bingung sebenarnya apa passionku. Aku pernah mencoba karya tulis, berbisnis, berorganisasi, berwirausaha, dan pemberdayaan masyarakat.

Advertisement

Aku juga pernah mecoba fokus membaca banyak skripsi milik kakak tingkatku agar aku bisa segera mendapat ide penelitian tapi ternyata tak semudah itu. Banyak hal yang telah ku coba. Namun, pada akhirnya tak ada satu pun yang aku tekuni. Aku terus mencoba dan mencoba untuk menemukan apa yang menjadi passionku.

Terkadang ada perasaan iri kepada teman-temanku yang sudah sukses duluan. Rasanya aku minder untuk berkumpul dengan mereka. Aku bagaikan sebutir debu diantara kepingan emas. Aku merasa sangat bodoh dalam segala hal. Dan merasa tidak pantas berkumpul dengan teman-temanku yang hebat.

Ah,tapi kenapa aku malah mempermasalahkan hal itu, sedangkan teman-temanku tidak pernah mempermasalahkan siapa aku. Mereka tetap menerimaku apa adanya. Lama-lama aku lelah juga membanding-bandingkan pencapaianku dengan pencapaian teman-temanku. Bukankah setiap orang mendapatkan sesuatu sesuai dengan seberapa keras ia berusaha dan berdoa?

Bukankah setiap orang berproses dijalannya masing-masing? Jika ingin jago bahasa Inggris ya harus rajin belajar bahasa inggris. Jika ingin jago karya tulis ya harus sering ikut lomba karya tulis dan lain sebagainya. Semua itu ada proses panjang yang harus di lalui secara terus-menerus dan tidak bisa instan begitu saja.

Wahai diriku, berhentilah membanding-bandingkan pencapaianmu dengan pencapaian orang lain. Hal itu hanya akan membuatmu semakin lemah dan mudah menyerah. Berhentilah mengkerdilkan diri sendiri dengan berbagai rasa minder dan pesimisme. Dirimu juga layak menjadi orang hebat seperti teman-temanmu yang lain.

Jangan bandingkan pencapaianmu dengan pencapaian orang lain karena apa yang kamu lakukan dan dilakukan orang lain lakukan itu berbeda sehingga hasilnya pasti berbeda. Tapi bandingkanlah kualitas dirimu hari ini dengan kualitas dirimu hari kemarin agar kamu tahu apakah kualitas dirimu sudah ada peningkatan daripada hari-hari sebelumnya? Apakah sudah banyak progress yang kamu capai? Jika belum, yuk jangan menyerah.

Teruslah berusaha dan berdo’a tanpa henti karena hasil tidak pernah mengkhianati usaha. Jikalau pun kamu belum bisa sukses dalam jangka waktu dekat, bisa jadi kamu akan sangat sukses beberapa tahun kemudian. Intinya jangan menyerah, tetap berjuang, berdo’a dan yakinlah kalau Allah pasti menolong setiap hamba yang berusaha dan doa kepada-Nya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang pemuda sederhana, penyuka Nasi pecel dan suka menulis apapun yang ada di pikirannya.

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE