Tak Perlu Memaksa Tuhan Memperpendek Jarak, Selagi Kita Masih Menikmati Langit yang Sama

Kita masih melihat langit dan senja yang sama


"Tak ada yang jauh lebih sakit daripada rasa sakitnya rindu. Rindu di saat orang yang kau cintai malah tak bisa kau peluk. Di saat air mata mengalir, ia malah tak bisa mengusap. Di saat raga menggigil,  ia malah tak bisa menghangatkan. Semua karena jarak, yang akhirnya membuat kita tak bisa menyatu. Namun kita selalu percaya, bahwa selama senja dan pelangi yang kita lihat sama, maka kita akan tetap ditakdirkan berjodoh."


Advertisement

Kamu dan aku sudah lama bersatu. Namun kemudian ada skenario baru dari Tuhan yang membuat kita harus terpisah jarak. Dulu kamu dan aku protes, bahkan sempat ingin pergi mengadu bersama-sama ke hadapan Tuhan. Namun kita akhirnya berdamai dengan takdir Tuhan, kau dan aku setuju untuk terpisahkan dengan jarak. Tuhan menguji takdir kita dengan tragedi jarak yang berlapis-lapis.

Memandang senyummu adalah suatu kemuliaan terhormat bagiku. Seindah-indahnya raga dunia, kemolekan ragamu adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Terima kasih telah setia menanti walau hati kadang tak mampu terpatri, setiamu adalah simbol keanggunan khas perawan terbaik seantero gugus bima sakti. Aku bersimpuh dan bersumpah atas nama seluruh isi bintang yang berhamburan di langit, bahwa engkau adalah satu-satunya wanita pana yang kucinta dari seluruh ciptaan semesta.

Tatapan matamu adalah mata panah terindah. Membuat gagal fokus untuk bertindak seolah menjadi perangsang raga terganas yang mematuk tembok pertahanan seorang pria. Pancaran kedipan mu adalah hipnotis maha dahsyat penghancur syahwat setiap pria yang mendekat. Dekapan tatapanmu adalah penggoda iman terbesar, setelah cumbuan lidahmu yang menari-nari di landasan kerak bibirku.  

Advertisement

Sayang, dulu aku pernah berbisik di telinga manismu. Bahwa aku adalah pria yang mengagumi ragamu. Ada trik khusus yang telah dilakukan Tuhan untuk menciptakan raga elokmu. Ragaku seolah tersedot magnet pesona perawanmu. Aura terbaik yang terpancar dari senyummu seolah menyengat mata batinku untuk tak pernah berpaling dari tatapanmu.


Aku berjanji atas nama bumi dan tujuh lapisan langit semesta, tak akan pernah menyakitimu. Aku adalah sang prajurit kekar yang akan lindungi dirimu dari sengat dunia yang mengancam menodai sucinya lahirmu.


Advertisement

Sayang, suatu waktu nanti ingin ku ajak raga mu itu untuk menari-nari di atas awan. Membuat ribuan camar cemburu dengan pelukan kita berdua. Di saat ragamu tengah memeluk ku erat, ingin kucumbui bibirmu yang elok sebagai simbol maha agungnya laut menguasai bumi. Memanjakanmu adalah kewajiban batin terindah yang ingin selalu kutunaikan. Demi seluruh gunung sejagat raya, tak akan cepat kulepaskan tempelan bibirmu di atas pelabuhan bibirku. Molek parasmu tak akan pernah kusia-siakan.

Nenekmu pernah bilang, jangan pernah melawan takdir dan skenario Tuhan. Karena memaksa skenario Tuhan untuk berjalan lebih cepat, hanya akan merusak cerita indah kita berdua. Oleh karenanya, kau dan aku kembali menyatu dalam kesepakatan untuk tetap bersabar dalam balutan cinta jarak jauh.

Walau kadang perih, kita tetap mampu saling menyemangati. Tetaplah menjadi kaki di saat diriku sedang pincang. Tetaplah menjadi mata di kala mata hatiku sedang remang, tetaplah menjadi tetesan hujan yang bisa menutupi air mata di kala duka, serta tetaplah jadi sandaran batin di saat hatiku sedang kelu dan menjerit karena meronta rindu.

Terkadang aku rindu saat-saat kita kencan berdua di pesisir pantai. Menyaksikan indahnya mentari yang sedang ingin pulang ke pangkuan senja. Deburan ombak seolah-olah menjadi orchestra pengantar percintaan kita. Kau peluk ragaku, dan tanganku merangkul bahumu yang hangat. Kita berpelukan sembari menyaksikan indahnya sunset di upuk barat.

Jangan terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh. Selama langit rembulan dan mentari yang kita lihat sama, takdir kita masih ada untuk bersama. Jangan ganggu Tuhan dalam menentukan takdir, jika jodoh, Tuhan pasti tak akan tinggal diam. Kita telah berusaha menjaga, maka biarkan sisanya dikerjakan Tuhan. Saat mataku dan matamu sedang terlelap bergulat dengan mimpi, Tuhan sedang sibuk mengerjakan bagiannya. Tuhan tidak akan pernah mengecewakan hambanya.

Aku juga rindu masa-masa perdebatan kita. Walau saling cinta, kita tak pernah lepas dari perbedaan pendapat. Kau cinta sunset, aku suka sunrise. Kau suka putih, aku suka hitam. Kau adalah timur sedangkan aku adalah barat. Namun tetap mampu bersatu, walau harus melalui jalan yang panjang. Penantianmu yang panjang atas ragaku adalah simbol kesetiaan terbaik dari sang keturunan Hawa. Maka biarkan aku menjadi Adam yang kelak mampu mengoyak seluruh isi keperawanmu di kemudian hari.

Ego terkadang menjadi perangkap alami terbengis. Kita terkadang terjerembab ke dalam lubang ego yang ganas. Aku memuntahkan amarah, namun kau mendinginkannya dengan indah. Di kala engkau sedang tak mampu memandu emosi, akulah yang siap menolong menjadi nakhoda untuk emosi yang tengah mengamuk. Setidaknya kita akan selalu berusaha untuk saling mengisi dan diisi.

Mencintaimu itu mudah, namun terkadang egolah yang membuatnya rumit. Lantas, ke depannya nanti kita harus bertarung bersama-sama untuk melawan ego berdua. Agar dua hati mampu menyatu menjadi satu, sebulat lingkaran segitiga Bermuda yang maha agung. Setidaknya asmara kita tak sepedih cinta rembulan dan mentari yang saling menyayangi namun tak pernah ditakdirkan Tuhan untuk bersatu. Kita akan menyatu seperti garam dan ombak di lautan lepas.

Sayang, aku memang sering menjamah perawan sang senja di upuk barat. Namun biarlah kali ini senja tak tampak di depan mata. Asalkan dirimu setia menemaniku hingga malam tiba. Jarak engkau dan diriku memang seperti jarak bumi dan bulan, namun percayalah di antara mereka akan dipersatukan oleh gerhana. Jarak tak pernah bersalah atas rindu, namun yang bersalah itu adalah keinginan. Keinginan untuk terus merangkul ragamu yang tak boleh menandingi keperawanan sang ilahi.

Jika harap telah begitu sulit untuk didapat, maka doa akan menjadi pilihan yang tepat untuk menyambung rasa yang sedang terpisah agar segalanya tidak terasa begitu berat. Sayangku sang calon tulang rusuk surga, bersabarlah. Takdir akan bekerja sesuai dengan mandat sang maha agung. Kita hanya berperan mengikuti rel yang sudah ia ciptakan. Demi laut dan isinya, cintaku tak akan pernah padam di tengah dahsyatnya angin tornado yang tengah terbakar cemburu oleh perasaanku pada mu.  

Terima kasih untuk suara pengantar tidur yang selalu menemaniku di kala dingin. Kenikmatan rindu yang hakiki adalah saat suaraku dan suaramu bercumbu dalam balutan uluran tali telepon genggam. Walau tak bisa menatap satu sama lain, suaramu selalu mampu menjadi pengobat rindu yang selalu menggoda hati. Imanku dalam sekejap bisa roboh oleh cumbuan suaramu. Orgasme terindah adalah saat bibirmu berdecak manja menantang suara berahi ku.

Kelak, jadilah nenek untuk cucu-cucu kita di masa depan. Jadilah garam saat lidahku kelu. Jadilah penghangat saat ragaku menggigil. Jadilah teman ceritaku, teman marahku, teman bercandaku, teman mainku, teman berjuangku, dan jadilah kamu satu-satunya teman hidupku. Jika kelak aku yang harus terlebih dahulu menyatu dengan tanah, jadilah sandaran tunggal untuk ragaku yang akan segera menghadap Tuhan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Financial Analyst and Novelist

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE