Tentang Sepenggal Rindu yang Tak Mampu Kuredam

Rembulan itu bersinar dengan indahnya, memandangku yang juga memandangnya. Saling diam, namun seolah-olah saling bercerita dan berharap saling memahami.

Advertisement

Aku termenung di teras kamar, memandang alam yang selalu ada, malam yang pasti berganti pagi dan sebaliknya pagi yang akan beanjak ke siang, lalu menuju senja dan kembali ke malam. perputaran yang wajar, namun rasa di hatiku untukmu yang tetap sama tak peduli telah berapa lama waktu berlalu dan berganti, itulah yang tak wajar.

Mengapa aku harus merindukan dirimu? Diri yang aku tahu dengan pasti bahwa takan bisa lagi dimiliki?

Perpisahan itu menyakitkan, melepaskan itu menyesakkan.

Advertisement

Kau pergi tanpa ada kata yang terucap sebagai sebuah pertanda perpisahan, kau terbujur kaku dan hanya diam meski aku berteriak berulang-ualang kali. Mengapa kau berubah? Dulu, tak pernah kau biarkan aku berteriak memanggilmu, kau selalu hadir meski aku tak mengucapkan kata, kau selalu ada meski aku merasa aku baik-baik saja jika kau tak datang. Namun kini mengapa semua berubah? Diam tanpa hembusan angin dari hidungmu yang bisa kurasakan. Mengapa kau pergi begitu cepat? Mengapa kau mengikari janjimu yang kau ucapkan?

Bahkan setelah sekian lama, kau pergi ke dunia yang disebut orang berbeda dari dunia ini, aku masih berputar dengan rasa yang sama. Rasa rindu untukmu yang tak mampu diredam, rasa yang masih sama dan tak berkurang setitik pun.

Advertisement

Sekelilingku beranjak berubah, karir, sahabat, waktu dan temapat tinggal, namun hanya rindu untukmu yang tak berubah.

Apa yang mesti kulakukan? Menemukan seseorang yang lain? Aku pernah mencobanya, namun justru berakhir dengan begitu cepat. Menyibukkan diri dengan hal-hal lain? Bukankah aku sudah melakukannya? Bahkan kini aku pergi dari tempat yang penuh sejuta kenangan itu? Namun tetap saja rasa ini, mengikuti kemanapun aku pergi.

Rasa ini terus hadir, meski aku sudah tidak menginginkannya lagi, aku ingin lepas dari rasa ini dan memulai sesuatu yang baru, namun mengapa rasa ini seperti membelenggu? Detail kepergianmu masih saja menjadi sapaan pagi saat aku bangun dan pengganti ucapan selamat malam untuk tidurku. Aku ingin bertanya kepada Tuhan, mengapa Dia mengambilmu dari sisiku, namun tetap meninggalkan kenanganmu bersamaku? Namun spertinya Dia diam, ataukah aku tak mampu mendengar jawaban-Nya?

Aku selalu bermimpi, hidupku bagaikan film, yang akan selalu ada pangeran tampan yang menggantikan posisi dia yang telah pergi, namun sekian banyak pangeran yang datang, hatiku belum juga bisa terbuka karena aku tak bisa menemukan kuncinya. Apakah engkau pergi dengan membawa kunci hatiku, ataukah aku justru yang tak memilki kekuatan untuk membuka pintu hatiku sendiri?

Aku juga selalu bertanya, akukah yang tak mampu melepaskan kepergianmu ataukah kau yang masih tak ikhlas meninggalkanku, hingga rasa ini masih tinggal hingga kini, rasa yang tak bisa kusalahkan.

Sekian banyak pertanyaan yang bergelantung di alam pikiranku, namun tak kutemukan jawabannya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Menyukai hutan, menyukai petualangan, dan sementara belajar menjadi penulis yang baik

CLOSE