Hidup Tanpa Sosok Ibu Memang Berat. Kadang-kadang Membuatku Penat, tapi Aku Harus Tetap Kuat

hidup tanpa ibu berat

Ibu, hari ini kurasa berat Bu. Padahal sebelumnya aku mulai terbiasa tanpa ibu. Aku bisa jadi pemimpin bagi diriku sendiri, bisa membagi keuangan dengan baik, meski pola hidupku masih banyak yang harus berubah. Tapi aku tak menggantungkan hidup dengan belas kasihan orang lain.

Advertisement

Aku bisa mandiri dan membiayai kebutuhan hidup. Aku bangga bisa sekolahin adik perempuan. Meski kadang kami suka berbeda pendapat dan bertengkar mulut tapi jauh dilubuk hati, aku menyesal ketika selesai memarahinya. Aku belum selembut Ibu. Maafkan yah Bu.

Ibu, kehidupanku seakan memburuk, Bu. Aku berusaha menyemangatinya sendiri, kadang aku gagal. Kuusahakan untuk kelihatan baik-baik saja di hadapan banyak orang. Namun tak jarang kuteteskan airmata. Tidak ada lagi yang marah-marah kalau aku terlambat bangun. Tidak ada omelan untuk membereskan kamar sehabis bangun tidur.

Tidak bisa lagi aku membantah Ibu ketika Ibu menyuruhku ini dan itu. Sudah tidak ada juga yang memarahiku ketika aku tidur terlalu malam. Tapi jujur saja, aku lebih suka ada Ibu. Aku lebih suka dimarahi Bu, bukan ditinggalin.

Advertisement

Ibu, aku selalu iri melihat orang lain yang sangat akrab dengan Ibunya. Yang masih bisa jalan ke mall, nonton, dan curhat-curhat. Aku ingin demikian lagi Bu. Ingin membahagiakan Ibu dengan segala yang kupunya. Ingin membelikan Ibu ini dan itu. Meski aku harus melarang Ibu dalam hal makanan. Aku sangat protektif akan kesehatan Ibu. Aku sayang Ibuku, dan menyesal membiarkan Ibu dengan lahap memakan yang tidak seharusnya dikonsumsi. Aku merasa gagal menjaga Ibu. Lalu sekarang aku menangis.

Ibu, aku masih saja menangis, menyesali yang sudah terjadi. Aku masih saja menyalahkan diriku yang kurang baik menjaga Ibu ketika sakit. Jika saja aku bisa Bu, aku akan lebih keras menjaga Ibu dan setiap yang Ibu konsumsi. Jika saja aku tak menganggap sepele dan menganggap Ibu sudah bebas makan apa saja.

Advertisement

Pasti Ibu masih di sini sekarang. Sayangnya, aku tahu Ibu lebih berbahagia di surga bersama Ayah. Ibu bilang, "Maafin Mama yah, udah ngerepotin kakak selama sakit". Ibu tak pernah merepotkan ku sama sekali. Yang ku lakukan tak sebanding dengan apa yang sudah Ibu korbankan untukuku.

Ibu, yang tak kusuka adalah, jika aku merindukan Ibu aku tak bisa memelukmu. Aku hanya mampu melihatmu dari setiap kenangan yang tercetak. Gambar ketika aku wisuda dan membanggakan Ibu dengan predikat cumlaude yang kuterima. Belum sempat aku ucapkan terima kasih buat segala yang Ibu beri selama 23 tahun dalam hidupku.

Berkat kebaikan dan ketulusan Ibu, aku bisa semandiri ini. Bisa menjadi pribadi yang kuat. Jika dapat memilih pasti aku memilih untuk masih ada Ibu dan Bapak di sini. Tapi jalanku, bukanlah jalan Tuhan. Sebisa mungkin aku tidak mengeluh Bu, namun dengan sukacita menjalani hari-hari.

Ibu, ternyata hidup tanpa Ibu berat. Terasa ringan jika sudah memandang Ibu meski lewat foto. Terima kasih yah Bu, pengajaran yang Ibu beri mampu menjadikanku lebih kuat dari mereka. Ibu aku tak mau banyak berandai, tak mau terlihat lemah, dan ingin buat Ibu bangga meski ibu sudah tiada.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Cinta Dalam Beda

Editor

une femme libre

CLOSE