Untuk jiwa yang dikirim Ibu Peri ke Pinokio. Tolong, jangan pergi lagi.

Tuhan tak pernah salah memasangkan dua insan manusia. Ada kalimat dimana maknanya indah, “Tuhan itu tak pernah salah memilihkan pasangan. Kalau tidak jodoh, paling tidak dia mengajarkan kita suatu hal pada saat bersama”. Dan saya percaya itu. Rasa pasrah yang ada pada diri saya sekarang, membawa saya bisa sampai ke hatinya. Hati yang sebenarnya sedikit sulit dijangkau. Walaupun sampai hari ini saya belum yakin kalau saya sudah bisa menaklukannya, tapi di hari-hari saya ketika ada dia, saya selalu merasa jiwa saya hidup. Otak saya bekerja sesuai porsinya, raga saya bergerak sesukanya, hati saya memiliki isinya.

Advertisement

Banyak yang bilang, ketika saya ada bersamanya saya seolah seperti pinokio yang diberi nyawa oleh Ibu peri. Saya hidup. Saya bekerja, saya jujur, dan saya riang. Apakah ini sebuah cinta atau hanya rasa sementara?.

Ketika saya merasa redup, dia selalu membawa terang di kehidupan saya. Saya tahu mungkin ini berlebihan, tapi itu sungguh yang saya rasakan. Beberapa kali saya tak mengindahkan rasa ini, selalu berusaha menolak. Tapi apa daya. Semakin menolak rasanya semakin lekat, semakin menghindar justru semakin dekat.

Satu kali Ibu pernah pernah bercerita, ketika dulu bertemu dengan cinta sejatinya yaitu Bapak, Ibu juga merasakan hal yang sama. Tapi tak seketika itu saya merasa bahwa dia cinta sejati saya. Bagi saya, masih memerlukan proses yang panjang untuk bisa mengatakan hal tersebut di dalam hidup saya.

Advertisement

Namun, rasa ini tak pernah pudar. Bahkan telah terlampaui sekian lamanya. Ketika dia menghilang beberapa lama dalam kehidupan saya. Saya kembali redup, saya kembali seperti pinokio si boneka kayu. Setelah dia kembali, saya mulai mengurai mimpi-mimpi saya. Dan dia selalu mendukung tanpa kenal lelah. Kami punya mimpi masing-masing. Meski mimpi kita sangat berbeda. Kita selalu punya cara untuk saling mendukung. Bersamanya saya menemukan sepotong hati saya yang selama ini tersembunyi entah dimana. Setelah saya tahu jawaban ini, saya mulai merengkuhnya dan mulai ada rasa ingin memiliki selamanya. Saya ingin jiwa ini selalu hidup. Tapi kembali lagi, seperti pinokio yang menginginkan jiwanya hidup untuk selamanya, dia harus menjadi anak yang baik untuk Bapaknya. Sayapun akan membuat hidup saya menjadi lebih baik, agar Tuhan tak mengambilnya kembali. Bersamanya perbedaan yang ada didunia bisa kita maklumi.

Untukmu jiwa yang dikirim Ibu Peri kedalam tubuh pinokio. Tolong, jangan pernah pergi lagi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pencinta novel remaja, penikmat senja, anak ketiga yang sedikit manja. Sedikit saja.

CLOSE