Untukmu yang Membuatku Kecewa, Terimakasih Telah Melukis Kebahagiaan dan Kepahitan

Waktu tak pernah berhenti. Waktu tak pernah berjalan mundur ia selalu berjalan maju sama seperti bumi yang tak pernah berhenti berputar. Begitu juga aku yang masih berjuang untuk melupakan sebuah kenangan yang sebenarnya amat sangat sulit untuk terlupa.

Pertemuan yang kukira berakhir dengan bahagia seketika berubah menjadi sebuah pertemuan yang tak pernah kuharapkan. Penantian untuk seseorang yang hatinya amat kudamba berubah menjadi sebuah penantian yang sia-sia. Iya penantianku selama enam bulan tak berbuah manis. Seperti kopi yang diracik tanpa gula. Pahit yang kurasakan tak akan pernah sama dengan definisi pahitnya kopi. Harapan hanyalah tinggal imajinasi yang takkan pernah terwujud. Mungkin aku yang salah menaruh harapan itu terlalu tinggi. Hingga saat kamu menghempaskan harapan itu hanyalah kecewa yang kudapati.

Kamu orang yang hampir setahun ini mengisi hariku, kamu yang memotivasiku hingga aku menjadi aku yang sekarang. Aku kira semua bentuk perhatian dan kebahagiaan yang kamu beri selama ini adalah bentuk cintamu kepadaku. Namun aku salah mengartikan semua itu. Perhatianmu hanyalah lelucon yang kamu buat untuk menyenangkanku.

Aku telah salah menempatkan hatiku untuk orang yang ternyata hatinya entah kemana. Selama hampir setahun aku mengira hubungan kita telah sebatas dari dua orang teman. Namun rupanya itu hanyalah perumpamaaanku saja. Aku yang terlalu jauh berandai bahwa jika pertemuan kita akan membawa kita kedalam hubungan yang lebih dari sekedar teman.

Sekali lagi aku kecewa. Karena yang aku dapatkan hanyalah percikan luka yang tiba tiba datang dalam hidupku. Telah lama aku tak merasakan perihnya sakit hati dan patah hati. Hingga pada akhirnya seseorang yang menawarkan kebahagiaan untukku ternyata sama pada akhirnya meninggalkan luka.

Seharusnya aku tak mudah percaya denganmu. Aku seperti orang yang mendapat penolakan dari seorang lelaki yang selama ini kubanggakan, seorang lelaki yang selalu kubela dikala orang lain menyalahkannya. Aku salah mengenalmu tuan.

Kamu ingat dipertemuan terakhir kita? Rasanya kamu bukanlah kamu yang aku kenal enam bulan terakhir. Kamu berubah menjadi sosok asing yang tak kukenal. Kamu berubah dengan secepat itu? Apa sudah ada seseorang lain yang menyenangkanmu ? Apa sudah ada seorang lain yang lebih sabar menghadapimu? AH sudahlah tak perlu kutanyakan hal itu karena pasti jawabanmu sama “AKU TIDAK DENGAN SIAPA-SIAPA SAAT INI DAN AKU MASIH BIASA SAJA”.

Lantas apa aku akan percaya begitu saja dengan semua ucapannmu? Bodohnjya aku selalu menjawab Iya. Dan sekarang biarlah kekecewaan itu terobati oleh waktu. Biarlah kekecewaan itu kuisi dengan memperbaiki kualitas dalam diriku. Agar kelak ketika aku bertemu dengan seseorang yang baru. Ia tak hanya menawarkan luka. Sekali lagi kuucapkan terima kasih, untukmu yang membuatku sadar bahwa orang akan terlihat baik pada awalnya hingga pada akhirnya Ia akan membuat kecewa.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

penikmat senja, kopi dan kenangan.