Urgensi Literasi Digital, Solusi Keren Upgrade Diri di Tengah Pandemi

Menjadi digital literal yang baik berarti bisa memproses baik berbagai informasi dan bisa mengkomunikasikan sebuah pesan secara efektif.

Akhir tahun 2019 masyarakat dunia digemparkan dengan adanya virus baru yang bermula dari Wuhan yang terkenal dengan sebutan Virus Corona/Covid-19. Virus ini telah menyebar, merata ke seluruh penjuru sampai saat ini, mengancam eksistensi penduduk bumi. Wabah ini bukan hanya sekedar wabah yang biasa skalanya, tetapi benar-benar mendunia dampaknya. Musibah yang tengah menimpa dunia ini telah meluluhlantakkan semua sektor kehidupan, mulai dari ekonomi, sosial, politik, hingga pendidikan. Sampai saat ini pun belum ditemukan vaksin yang tepat untuk mengatasi virus ini.

Advertisement

Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO (World Health Organization) menyatakan covid-19 sebagai pandemi global dunia, sehingga protokol kesehatan dan perlindungan diri mulai digalakkan, seperti seruan social distancing, menggunakan masker, sering mencuci tangan, sampai pada penggunaan disinfektan (Maya Khairani, 2020). Pemerintah Indonesia pun telah mengeluarkan beberapa kebijakan sebagai tindakan preventif guna memutus mata rantai penyebaran covid-19 yang semakin meluas, salah satunya dengan menghimbau masyarakat melakukan karantina mandiri di rumah, sampai tagar “#dirumah aja” pun sempat menjadi trending topik di media sosial. Wabah ini muncul seiring dengan akselerasi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Perkembangaan media sosial yang dirasa begitu pesat menjadikan aktivitas berselancar di dunia digital pun menjadi makanan sehari-hari yang tak bisa dibatasi. Penyalahgunaan media digital banyak terjadi karena ketidaksiapan masyarakat menghadapi era digitalisasi. Muncul banyak kasus negatif yang memicu depresi masyarakat yang tengah berjihad melawan pandemi.   

Dengan adanya kebijakan stay at home, kuantitas pengguna media digital semakin meningkat. Asosiasi Penyelenggara Jasa Intermet Indonesia menyatakan hasil survei-nya bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia hingga kuartal II 2020 meningkat mencapai 73, 7% (196, 7 juta jiwa dari 266 juta) dibandingkan tahun 2019 yang hanya 64, 8% (Kompas, 2020). Dari sini bisa dilihat bahwa masyarakat semakin akrab dengan transformasi teknologi yang tak dapat dihindari. Tapi kemudian digital literacy bisa menjadi solusi dan jawaban akan tantangan zaman teknologi di tengah pandemi. Digital literacy merupakan pengetahuan dan kecakapan dalam penggunaan media digital, bagaimana menemukan, menyaring, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara bijak, cerdas, cermat, dan tepat sasaran. Digital literacy sangat besar peranannya bagi masyarakat yang terpenjara dalam rumah di kesehariannya kini. Pola pikir digital menjadi medium berarti di masa pandemi. Muncul berbagai aplikasi dan kemudahan pengkonsumsi-an informasi.

Disini ada dua macam gerakan digital literacy yang bisa digalakkan di masa pandemi, yaitu gerakan digital literacy dalam masyarakat dan keluarga. Digital literacy di tengah masyarakat ditujukan untuk memberi pengajaran pada masyarakat akan pemanfaatan teknologi menggunakan digital teknologi dan alat-alat komunikasi untuk mencari, mengevaluasi, mengkonsumsi, mengelola informasi secara bijak dan bertanggung jawab. Pemahaman terhadap digital literacy ini sangat penting, sehingga edukasi terkait digital literacy pada masyarakat perlu digalakkan, baik melalui acara seminar, workshop, atau lainnya. Aspek kritis dengan apa yang ditemukan dalam internet menjadi hal penting dalam upaya pengembangan kompetensi digital literacy. Masyarakat, khususnya para pemuda harus pintar-pintar memilah informasi dan referensi dalam menggunakan media digital. Apalagi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan covid, pendidikan, dan semacamnya, maka web resmi sebuah lembaga terpercaya lah yang seharusnya dijadikan rujukan informasi.

Advertisement

Dalam kondisi seperti ini, wabah pun tak menjadi hambatan bagi para penuntut ilmu berburu ilmu. Dunia pendidikan pun menjadi salah satu sasaran digital literacy di masa pandemi. Berbagai aplikasi dimanfaatkan sebagai basis pembelajaran jarak jauh antara pendidik dan anak didik. Kegiatan belajar mengajar tetap dilangsungkan melalui media pembelajaran daring (dalam jaringan). Ini merupakan tantangan tersendiri bagi masyarakat di era kini, khususnya para pendidik. Gerakan literasi dengan pengawasan guru terhentikan, dan tergantikan dengan gerakan literasi berbasis media digital. Disinilah peran digital literacy dalam keluarga. Orang tua menjadi peran utama yang harus turut terjun langsung mengarahkan, membimbing, dan mengawasi anaknya dalam proses pembelajaran melalui media digital. Gerakan digital literacy ini akan membangkitkan pola pikir kritis, kreatif, inovatif pada anak dengan mengarahkan anak pada penggunaan media digital yang positif, edukatif, dan tepat sasaran di tengah pandemi. Berbagai hal bisa dilakukan demi upaya pengembangan digital literacy dalam keluarga, contohnya pemilihan sumber tontonan positif oleh orang tua sebagai bahan ajar anak, penyediaan bahan bacaan dalam gadget sebagai sarana literasi bacaan anak (bisa berupa e-book, aplikasi cerita anak, dan lain-lain), mengarahkan anak pada penggunaan situs dan aplikasi edukatif yang bisa dimanfaatkan, serta cara-cara lain yang berguna bagi perkembangan literasi anak. Pada digital literacy model ini, pemantauan orang tua menjadi basis utama. Proses digital literacy ini bisa terlaksana dengan baik ketika orang tua mengarahkan anak nya pada penggunaan media digital untuk kepentingan produktif yang edukatif. 

Dalam tesis Douglas A.J. Belshaw berjudul “What is Digital Literacy?”, ia mengatakan bahwa ada 8 elemen esensial upaya pengembangan digital literacy, yaitu : Kultural (Pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital), Kognitif (daya pikir menilai konten), Konstruktif (reka cipta sesuatu yang aktual), Komunikatif (memahami kinerja jejaring sosial), Kepercayaan diri yang bertanggung jawab, Kreatif, Kritis menyikapi konten, Bertanggung jawab secara sosial (Kemdikbud, 2017). Dengan adanya penggunaan digital literacy yang baik, maka masyarakat akan tetap aman dan produktif dalam bermedia sosial. Info akurat dan bacaan berkualitas bisa menjadi pengisi waktu luang di tengah pandemi. Para remaja bisa mengapresiasikan dirinya berkarya di media sosial, menghasilkan berbagai literasi sebagai bukti upgrade diri masa pandemi, sebagai bukti hidup nya seni di tengah musibah yang menghalangi. Apalagi banyak lomba online yang bisa diikuti. Semangat produktivitas harus tetap disemarakkan. Para pelajar diharap bisa tetap fokus meraih tujuan pendidikannya walau di masa pandemi.

Menjadi digital literal yang baik berarti bisa memproses baik berbagai informasi dan bisa mengkomunikasikan sebuah pesan secara efektif. Setiap individu di masa pandemi diharapkan bisa memahami dengan baik bahwa digital literacy dibutuhkan untuk menunjukkan peranan aktif masyarakat di dunia modern ini. Diharapkan pula tercipta masyarakat yang tanggap terhadap dampak positif dan negative penggunaan teknologi, sehingga mereka tidak mudah terhasut dan menjadi korban isu provokatif media sosial. Pengguna media sosial yang baik, akan dapat meningkatkan prestasi dan menjadi pemenang tantangan yang terjadi di tengah pandemi. Sebaliknya, pengguna yang buruk akan berakibat negatif dan meresahkan masyarakat yang tengah berjuang melawan pandemi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pengagum Kata-Kata Indah

CLOSE