Bicara Soal Menikah Muda: Mengaminkan Orangtua atau Benar Panggilan Jiwa?

Karena setiap keputusan yang kamu ambil akan menentukan hidup dan masa depanmu. So, yuk introspeksi!

"Jadi kapan mau nikah, Nduk? Kok kayaknya mama udah pengen punya cucu, ya…."

Tidak jarang banyak dari kita yang mengalami seperti itu. Disuruh menikah secara tiba-tiba. Karena menurut sebagian orangtua, menikah merupakan 'budaya wajib' yang harus disegerakan. Padahal menikah bukan perlombaan yang cepat akan menang dan yang tidak segera akan gagal. Ini adalah salah satu bentuk patriarki yang masih melekat di kehidupan kita. Bahwa puncak seseorang adalah kewajiban menikah. Bahkan sah- sah saja kalaupun menikah bukan jadi pilihan seseorang. Walau kenyatannya, hal itu merupakan pilihan hidup yang tidak bisa dipaksakan!

Seperti di suatu kesempatan menghadiri pesta pernikahan kawan SMA yang usianya baru menginjak kepala 2.

"Kenapa sih dia nikahnya cepet banget?"

"Oh, orangtuanya udah tua banget tuh, takut nggak keburu lihat anaknya nikah ntar…"

Jawaban yang menurut saya belum sepenuhnya melegakan. Ya, saya tahu kadang di kehidupan ini banyak dari kita menimbang hal-hal yang seperti itu. Tapi bukankah rejeki, jodoh, dan mati sudah diatur oleh-Nya? Jawaban itu juga yang membuat saya resah, kenapa yang disegerakan itu menikah? Bukan pendidikan yang tinggi atau karir yang bagus atau juga melanjutkan ilmu keagamaan yang sempurna. "Lho menikah kan ibadah?" Iya ibadah. Tapi bukankah tiap ibadah juga ada aturan bakunya?

Apakah sebenarnya kita sudah dipersiapkan dengan bekal yang cukup oleh orangtua untuk menjadi Suami dan Istri yang baik? Plus, siap pula mengasuh anak dengan pola asuh yang tepat untuk mereka? Atau bahkan belum. Apalagi di usia yang sangat muda bukanlah perihal yang gampang menyatukan dua pikiran dan latar belakang berkehidupan sebelumnya.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Surya Chandra Sutrapaty mengatakan, pernikahan yang dilakukan sebelum usia 21 tahun memang rentan perceraian. "Memang benar pernikahan usia dini menjadi salah satu penyebab perceraian. Kami selalu menekankan bahwa menikah harus terencana, bukan karena bencana," ujar Surya kepada Republika , Rabu (5/10).

Pernyataan tersebut saya kutip dari media online Republika beberapa tahun silam. Beliau menyebut menikah harus ada rencana bukan bencana. Bencana di sini mungkin maksudnya kejadian married by accident. Bisa juga bencana terdesaknya keadaan kita oleh orangtua. Ya, lagi-lagi orangtua yang menjadi alasan utama. Ada beberapa alasan orangtua yang mungkin saja diutarakan kepada anaknya. Daripada zina, daripada jadi omongan tetangga dan daripada daripada lainnya. Padahal sang anak mungkin masih ingin melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya, mengejar karir atau masih mempersiapkan diri dan masih banyak kemungkinan yang lainnya.

Mungkin sebagian dari kita mengaminkan hal serupa dengan orangtua. Tidak ada salahnya, karena semuanya adalah pilihan yang tentunya harus dilakukan secara sadar. Tapi, mari tanyakan pada hati kembali apakah menikah muda itu hanya mengaminkan orangtua atau benar panggilan serta kesiapan jiwamu sendiri ?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Single fighter, Suka Makan, Slow walker, Mari berkelana