Jadi Budak atau Tuan Pikiran?

Okay, sebelum kita masuk ke pembahasan yang berat. Mungkin beberapa dari kalian berpikir topik yang saya bahas akan terlalu ekstrim, terlalu meng-anti-kan, dan teralu nice. It's fine, orang-orang punya sudut pandang dan pikiran masing-masing kok. Dan hal yang saya tekankan disini bukanlah satu, melainkan banyak dan bisa multitafsir dalam berbagai kejadian.

Ok, let's get started.

This is one of the common things, it's called, pacaran itu dalam kehidupanku saat ini sudah merajalela. Dan sepertinya memang sudah menjadi sistem kehidupan yang dianggap wajar di masyarakat. Tak jarang pula, para orang tua menyegerakan anaknya memiliki pacar, dan itu disebut pacar, bukan pasangan hidup. Itulah langkah mereka. Dan entah bagaimana mereka setuju. Mungkin beberapa orang belum memahami, khususnya orang yang mengaku mereka seorang muslim dan muslimah.

Saya pernah membaca dan saya meyakini bahwa hubungan laki-laki dan perempuan ada batasnya. Hubungan laki-laki dan perempuan diperbolehkan hanya dengan adanya kebutuhan yang syar'i, lalu apakah kebutuhan syar'i itu? Kebutuhan syar'i dalam hubungan laki-laki dan perempuan adalah dalam pendidikan, kesehatan, dan peradilan.

Saya memang hidup di lingkungan yang banyak membutuhkan kontak antara laki-laki dan perempuan. Dan kebutuhan kontak tersebut seringkali terlepas dari tiga hal diatas. Entah. Antara dosa atau tidaknya, saya menyerahkannya kepada Allah. Manusia tidak dapat mengklaim perbuatan itu, kecuali mungkin hanya dipikirannya saja dan menjadi sistem kehidupan.

Pacaran, ya, memang saya akui, hal tersebut memiliki daya tarik yang kuat. Memiliki dampak positif yang banyak, serta dampak negatif yang banyak, tergantung bagaimana kita menyikapi dan menjalani hubungan tersebut.

Beberapa dampak positif yang bisa saya sebutkan dan saya temukan adalah kedua orang itu saling mendukung cita-cita masing-masing dan pada akhirnya harapan itu terwujud. Seseorang perlu mendapat dukungan moril, yang mungkin tidak mereka dapatkan dari keluarga, teman dan akhirnya ia menemukannya dalam seseorang yang disebut pacar. Kedua, support moril ketika menghadapi masalah. Entah masalah keluarga ataupun masalah luar. Dan mereka mengakuinya sebagai tempat 'bersandar' karena hubungan emosional dekat atas masalah yang muncul.

Dampak negatif yang saya dengar, tetapi belum saya temui adalah ya seperti yang sudah dikatakan di banyak koran, majalah dan AlQuran dan berhubungan dengan perzinaan dan hal yang mendekati zina. Oke, itulah beberapa hal dari sekian banyak dampak negatif. Namun, dampak negatif yang saya temukan dari pacaran adalah patah hati which is lasts forever and it left permanent marks. Can't be solved, can't be undone. Permanent and change the life. Bagiku it's the worst part because aku adalah jenis orang yang sulit lupa dan sulit memaafkan, so aku lebih memilih menghindari pacaran.

Mungkin beberapa dari kalian berpikir alasanku alim sekali, okelah aku memang meyakininya dan hal penting lainnya adalah it was wasting my life and made me felt like i'm so stupid and useless, aku ga suka perasaan ketika aku mengakui diriku tidak berguna. Dan aku tidak bisa menerimanya. Aku selalu ingat perkataan Mario Teguh, "Saya tidak akan menghina diriku karena patah hati dengan perempuan yang tidak pantas." That's why it hurts and i decided to avoid that kind of things and I put these words, "I don't play the boyfriend thing." on me, on my life. Entah sampai kapan but all i know i don't need that now and I don't have to think about it now.

Aku pernah ketemu orang, dia mengaku bahwa, "Aku bingung, kenapa aku harus menikah? Kenapa aku harus memberikan cintaku ke orang lain sedangkan dedikasiku saja cukup untuk kuberikan ke keluargaku, kenapa aku harus memberikan cintaku ke orang asing?" and that makes me feels loud until now but he changed his mind easily ahaha

Selanjutnya, aku pernah berpikir bahwa kenapa sistem kehidupan perempuan itu seperti itu? She's born, she's living in this world, with lessons and she learns so many things, then she must study, then find a job then she works then she have to be slave oke mungkin bukan slave tapi harus nurut sama orang asing yang ia nikahi. Dia harus ngurus rumah tangga, dia harus bekerja pokoknya dia harus nurut sama suaminya.

Okelah, perhiasan dunia ini adalah wanita pinter, sholehah, patuh sama suami, patuh sama orang tua, melahirkan anak-anak yang cerdas, sholeh dan sholehah. Aku setuju banget. Aku ingin menjadi orang yang seperti itu. Dan pikiran singkatku berhenti sampai seorang istri harus nurut sama suaminya.

Kita semua berharap dong, orang yang bakal kita jadikan pemimpin dan kita tundukan diri kita kepadanya adalah seorang yang shidiq alias benar. Dan apakah pernikahan itu harus? Meskipun itu sangat indah sepertinya, aku pun mengakuinya.

Okelah kita kembali ke hubungan antara laki-laki dan perempuan. Aku ingin bertanya, apakah pacaran itu penting? Karena aku jenis manusia yang tidak ingin wasting time with the wrong person and i rather to developing myself to be the best part of me. Dan pertanyaan yang sangat kubingungkan dari manusia islam adalah, kita punya kitab, dan it says that no to things like boyfriend and girlfriend thing udah diperingatin, tapi masih aja ya ada yang ngelakuin dengan berbagai alasan yang menurutku it's not that perfect. Okelah aku suka kalau liat orang bahagia but then ketika mereka putus, mereka membodoh-bodohkan diri sendiri, ketika mereka berantem mereka confused about life, yang katanya mereka tersiksa sekali, drowning, terus pengen semua orang tahu bahwa hidupnya sesulit itu.

Oh, God, Please. Kitab mana yang kamu anut. Udah diperingatin sebelumnya gitu dan menurutku, adalah sebuah kebodohan ketika Allah udah memperingatkanmu tapi kamu do that kind of stupid things. Dan menurutku itu hal yang wagu.

And all I'm trying to say here is kenapa yang ngakunya islam, berjilbab tapi menggalau di feeds ku bahwa mereka tersiksa atas keputusan dan pilihan mereka sendiri. Think Big and Think Clearly Please. Kamu tidak akan jadi budak dari pikiranmu kalau pikiranmu itu bisa dipakai. Dan tinggal memilih, mau jadi manusia yang menjadi tuan pikirannya atau budak dari pikirannya sendiri?

Dan aku? Aku jenis manusia yang mau berteman dengan siapapun tapi menghindari that kind of things and I'm avoid to let myself fall into somebody's eyes which maybe so beautiful and I'm proud. Mungkin banyak dari kalian yang berpikir aku terlalu ekstrim soal begini, and I'm ok with that.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

reach me through email: fianniafs98@gmail.com