Kamu Gak Menanam, Kenapa Mau Memanen ?

Kamu kan gak nanam kok mau panen? 
Kalimat itu emang sederhana. Agak menyentil. Tapi itu nyata menghinggapi sebagian jiwa, hati atau akal manusia. Gak berbuat banyak, tapi ingin dapat banyak. Gak ikhtiar, tapi doanya minta bagian yang banyak. Gak menanam tapi ingin panen. Agak aneh sih.

Advertisement

 

Gak nanam kok pengen panen. 
Pernah merasa begitu gak kamu? Kalo pernah sangat manusiawi kok. Tapi jangan juga dijadikan kebiasaan. Kalo gak nanam ya gak usah ngarep panen. Kebun di manapun kalo gak ditanamin gak bakal ada buahnya. Sampe kiamat juga kalo gak ada yang nanam gak bakal ada buahnya. Kadang kita emang suka aneh, gak nanam tapi pengen panen.

Nanam, tanam, menanam. Apalah namanya.

Advertisement

Intinya, kita perlu ikhtiar, usaha terlebih dulu. Sebelum memperoleh hasil. Kalo orang pintar bilang proses dulu, baru hasil. Semua juga ada prosesnya, bukan tahu-tahu udah ada hasilnya aja. Gak mungkin ada buah kalo gak ada pohonnya, gak mungkin ada pohon kalo gak ada yang menanam. Kita aja yang kadang silau, seolah-olah nikmat dan anugerah yang kita punya hari ini terjadi secara instan. Gak mungkinlah, semua juga ada prosesnya. Ada saat menanam, ada saat memanen.

Kamu tahu gak pohon singkong. Itu singkong dianggap siap panen kalo udah 9 bulan. Waktu ditanam cuma berupa batang, 20cm. Bayangin petani singkong, harus kasih pupuk, merawat pohonnya hingga 9 bulan. Begitu panen, harganya cuma Rp. 500 per kg dibeli tengkulak. Itu juga kalo mulus, hujan normal dan gak kena hama. Petani singkong bilang ke saya, mereka sudah menanam tapi harga setelah panen gak masuk akal. Tapi hebatnya, mereka tetap menerima, Alhamdulillah. Dan tetap menanam singkong, biar kamu bisa beli keripik singkong di swalayan atau bisa bikin kolak singkong. Enak kan kamu ….

Advertisement

Gak nanam, kok mau panen.
Gak berbuat kebaikan kok mau dibaikin. Gak pernah memberi kok maunya menerima. Gak kerja kok mau gajian. Gak pernah nulis kok mau punya karya. Gak rajin belajar kok mau juara kelas. Gak pernah senyum kok mau disenyumin. Gak tahu prosesnya kok mau nikmati hasilnya. Ada yang salah pastinya dalam diri kita.
Atau baru dimulai, dirintis dah buru-buru pengen dapat hasilnya. Jadi gak ngerasain perjuangan, tantangan bahkan merintihnya saat memulai apapun.

Gak nanam kok mau panen.
Nanam, tanam, menanam juga bukan buat siapa-siapa kok. Buat kita juga karena kita yang akan nikmati hasilnya. Menanam apapun, sungguh kita sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri. Menanam itu kita sedang menolong diri sendiri.

Lho kok menanam sedang menolong diri sendiri.
Iya dong. Karena dari menanam, kita berhak memanen lalu memberi kepada orang lain. Ketika kita memberi kepada orang lain, di situlah kita sedang menoolong diri sendiri agar tidak menerima. Kita lebih senang memberi daripada menerima. Menanam, sungguh kita sedang berbuat kebaikan untuk diri sendiri. Alhamdulillah …

Kamu pernah baca kisah orang buta seperti ini gak?
Ketika seorang buta berjalan di malam hari. Tangan kanannya memegang tongkat, tangan kirinya membawa lampu. 
Lalu, orang normal jadi terheran. Untuk apa si buta membawa lampu. Bukkankah ia tak bisa melihat. Orang normal pun bertanya, “Pak, untuk apa berjalan membawa lampu?”
Si buta pun menjawab, “Iya, untuk penerangan saja”.
Orang normal menyela, “Tapi, bukankah Bapak buta dan tidak bisa melihat jalan meski membawa lampu itu ?” 
Si buta tersenyum sambil menjawab, “Betul sekali Saudaraku, saya memang tidak bisa melihat, tapi orang lain an bisa melihatnya. Lampu yang saya bawa ini, selain membuat jalanan jadi terang, tapi juga membantu orang lain agar tidak menabrak saya”

Luar biasa, harusnya kita tersadar bahwa saat kita berbuat sesuatu untuk orang lain, sebenarnya kita sedang berbuat untuk diri kita sendiri.. Jika kita menanam, maka kita berhak memanen untuk menolong diri kita sendiri.

Gak nanam kok mau panen. Sungguh tidak pantas, dalam hal apapun.
Tugas kita ikhtiar, tugas kita menanam. Maka cepat atau lambat kita berhak memperoleh hasilnya. Siapa yang menanam, maka dia akan memanen, Man Yasra’ Yahsud.

Kita yang tanam, kita yang panen. Kita yang tanam pikiran positif, maka kita yang panen kebaikan. Maka mulailah menanam … #BelajarDariOrangGoblok

 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pekerja alam semesta yang gemar menulis, menulis, dan menulis. Penulis dan Editor dari 28 buku. Buku yang telah cetak ulang adalah JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, dan Antologi 44 Cukstaw Cerpen "Surti Bukan Perempuan Metropolis". Konsultan di DSS Consulting dan Dosen Unindra. Pendiri TBM Lentera Pustaka dan GErakan BERantas BUta aksaRA (GeberBura) di Kaki Gn. Salak. Saat ini dikenal sebagaipegiat literasi Indonesia. Pengelola Komunitas Peduli Yatim Caraka Muda YAJFA, Salam DAHSYAT nan ciamik !!

CLOSE