Kamu Tahu? Aku Masih Ingat Tentang Sedih Ini

Banyak kata yang tidak sampai aku nyatakan. Banyak kata yang tidak sempat aku utarakan. Meski sampai saat ini masih ada rasa sesak yang aku simpan, meski hingga kini luka ini masih basah, tapi selalu saja rasa itu mengalahkan semuanya. Bahkan ketika kata-katamu mulai menyakiti, ketika sikapmu mulai menumbuhkan luka, tapi apa dayaku? Cinta itu mengalahkan sakitnya.

Advertisement

Jika boleh kukatakan, masih banyak rasa sakit yang tersimpan. Masih banyak sesak yang terasa. Bahkan, kejadian tempo lalu ketika kamu membohongiku itu masih saja menjadi bayangan nyata yang sulit untuk aku lupa. Ketika yang kuminta hanya waktu, tapi kecewa yang aku tuai. Ketika bahagia yang aku ingin, tapi luka yang aku bawa.

Kamu tahu? Aku masih dihujami kata-katamu yang menyakiti. Sikapmu yang dingin bahkan terkesan egois. Sungguh, itu membuatku sangat sakit. Bahkan, sakitnya lebih parah dari rasa sakit yang kerap kali menghantui fisikku. Namun apa kamu tahu?

Rasa itu tetap sama. Bahkan selalu utuh. Meski aku tak pernah tahu, apa rasa itu kamu berikan secara utuh juga untukku atau tidak. Meski aku tidak pernah tahu, apakah aku ini memang ada di kehidupanmu atau tidak. Meski aku tidak pernah tahu, apa tulus yang aku punya, sama tulusnya dengan yang kamu punya atau tidak.

Advertisement

Jika kamu mau memahami, sungguh, aku hanya ingin kamu ada. Ada ketika langit mulai menelanku perlahan. Tapi apalah aku? Aku hanya sesosok senja yang selalu berharap bertemu fajar. Tidak mungkin! Ya, aku selalu merasa bahwa aku tak pernah menjadi penting untuk kehidupanmu. Bahkan mungkin, tidak akan terjadi apa-apa denganmu ketika langit benar-benar menelanku. Ketika aku menjadikanmu satu, kamu menjadikan aku ke sekian.

Ya, aku tahu aku bukan siapa-siapa. Jadi, kamu lebih berkemungkinan besar untuk memilih pergi jauh daripada menemuiku atau sekadar menemaniku. Ketika yang aku harap lebih, tapi yang kamu beri, tak sama sekali. Jika boleh aku protes, aku ingin memaki. Kenapa kamu tak pernah memahami? Kamu lebih memilih pergi bersama orang lain, disaat aku benar-benar ingin kamu. Bahkan meski jarak sudah sedekat nadi, kamu lebih memilih pergi.

Advertisement

Sungguh. Jika boleh aku bicara, aku kecewa. Kecewa karena ke-khawatir-an ku kamu balas selalu saja dengan kecewa. Apakah aku salah? Apa aku terlalu menuntut? Apa aku terlalu egois? Apakah tidak bisa sedikit saja aku berharap, dan harapan itu, kamu kabulkan?

Jika kamu bisa pergi bersama orang lain, bahkan sampai pergi jauh dan mencederai kesibukanmu, kenapa kamu tidak bisa meluangkan waktumu untukku ? Seringkali aku menunggu, tapi apa yang aku tunggu selalu saja menuai luka. Aku hanya ingin sedikit waktumu. Jika kamu tak bisa lama, tidak bisakah kamu meluangkan sedikit saja waktumu untukku sebelum aku benar-benar terlelap ditelan Iangit ? Sungguh, untuk saat itu, aku hanya ingin waktumu. Meski hanya sekejap pandangan mata, hingga akhirnya mataku benar-benar tak sanggup Iagi memandang.

Salam rindu dariku, IeIaki yang selalu memiliki perasaan sama, betapa banyaknya pun luka. Jika suatu saat mataku sudah terpejam sebelum memandangmu, maka kumohon, tetap ingat aku dalam mimpimu. Jika nantinya waktu tak memberi ruang untuk menyatukan aku dan kamu, bahkan ketika aku sudah benar-benar ditelan oleh Iangit, perasaan ini akan tetap utuh. Kamu menjadi satu-satunya orang yang aku minta ketika ribuan orang banyak meminta.

Kutulis ini lengkap bersama sakit, cinta, kasih, sayang, dan aku tulis ketika aku tau yang sebenar-benarnya saat kamu menjadikan ku tidak penting dalam hidupmu. Semoga tulisan ini sampai, kamu baca dan kamu pahami sebelum aku terlelap.

-OkkyV-

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE