Passion itu Berbahaya Tanpa Tahu Rahasianya

Pernah menjadi anak muda yang gelisah dan bingung saat mencari pekerjaan yang tepat? setelah lulus kuliah atau pun sedang bekerja seringkali kita mendengarkan kejarlah passionmu? atau carilah passionmu? pertanyaan itu membuat banyak orang gelisah dan tidak tenang dengan pekerjaannya sekarang.

Dengan banyak pertanyaan tersebut, saya membaca beberapa referensi yang akan saya simpulkan di sini. Saya membaca buku yang mendukung hipotesis mengerjar passion dan juga membaca buku yang mengatakan passion itu berbahaya tanpa tahu rahasia di baliknya. Buku-buku itu sebenarnya tidak ada yang salah, mereka memiliki hasil penelitiannya sendiri. Di sini saya hanya mengkompare dan menyajikan dalam sebuah kesimpulan saya sendiri.

Sebelum jauh membahas passion, saya akan menjelaskan perbedaan passion dan hobi. Seringkali banyak orang mengetahui bahwa passion sama dengan hobi, namun sebenarnya dua kata itu berbeda. Jika passion adalah sesuatu kegiatan yang kita sukai, kita rela mengrbankan banyak waktu untuk mencapainya. Jadi jelas di dalam passion ada suatu hal yang dinamakan karir untuk mewujudkan passion. Sedangkan jika hobi hanyalah sesuatu kegiatan yang kita sukai dan dikerjakan dalam waktu luang, sehingga tidak ada penekanan kegiatan yang menunjang karir.

Lalu timbul pertanyaan, bagaimana dengan kalimat menjadikan hobi sebagai passion? ya tidak salah. Hobi adalah hal yang kita sukai, sedangkan passion ada proses kreatife di dalamnya, jadi sah saja sebagian orang mengatakan alangkah asiknya mengerjakan hobi yang dibayar sebab mereka sudah memahami penggabungan hobi dan pekerjaan yang akhirnya melahirkan passion. Namun saya tekankan sekali lagi bahwa hobi tidak sama dengan passion.

Kalimat hobi dan passion seringkali membuat anak muda terjebak. Contohnya banyak anak muda yang hobi memancing, bermain futsal, travelling atau hal lainnya. Lalu sebagian anak muda mengira itulah passion mereka, tapi mereka tidak rela jika waktunya terpusat ke sana, kegiatan itu hanya kesenangan untuk beberapa saat saja.

1. Buku yang mendukung hipotesis mencari Passion.

Buku ini banyak, bahkan banyak motivator yang mengatakan demikian tanpa pernah memberikan rumusan secara ilmiah cara menuju passion. Di sini saya akan membedah buku milik Rene Suhardono yang mengatakan bahwa jalaani apa saja yang membuat survive, namun jangan lupa tetap terus mencari passion. Dari kalimat ini berarti Renens ecara tidak langsung mengatakan bahwa membagi pemikiran di pekerjaan dan juga sembari mencari passion. Hal ini saya rasa yang membuat banyak anak muda seringkali berpindah-pindah tempat kerja. Mereka merasa di tempat kerjanya sekarang tidak mendukung karir dan passionnya, sehingga berpindah pekerjaan yang di rasa lebih baik, namun seringkali di dunia nyata pekerjaan selanjutnya belum tentu lebih baik dari pekerjaan sebelumnya.

Rene memperkuat dengan kata-kata bahwa mengorbankan pekerjaan demi mengejar passion tidaklah membuka kesusksesan secara instan, namun akan membuka jalan menuju kehidupan yang hidup. Atau kata lainnya bahwa passion tidaklah instan, perlu usaha dan kerja keras untuk mewujudkan passion. Jadi passion sekali lagi bukanlah sesuatu yang instan, bahkan bisa jadi anda tidak memiliki passion yang pasti.

Bagi yang sudah bekerja saat ini, jangan buru-buru keluar dari pekerjaan demi menemukan apa itu passion anda. Baca artikel ini hingga selesai. Dan jika anda masih anak muda yang baru lulus, jangan risau jika belum menemukan apa passion anda. Keluar dari pekerjaan dan mengikuti passion tanpa modal keahlian apa pun sama saja dengan anda bunuh diri. Juga bagi anak muda yang menyangka hobi adalah passion juga jangan salah langkah sebab di balik passion ada banyak kerja keras, sedangkan hobi hannyalah kesenangan saja.

2. Buku yang mengatakan Passion itu Berbahaya tanpa Tahu Rahasianya.

Cal Newport menulis "Don't follow your passion" sebab itu adalah jebakan jika anda tidak tahu rahasianya. Bagi Cal Newport bekerja yang tepat lebih baik daripada menemukan pekerjaan yang tepat. Di dalam bukunya banyak menjabarkan apa yang ia maksud.

Di dalam bukunya, sebelum ia mengatakan tidak setuju dengan hipotesis passion, ia menjelaskan dua pola pikir yang bisa membantu kita memilih jalan yang mana.

Pola pikir pertama adalah pola pikir passion. Cal mengatakan bahwa passion itu mulai membuming pada tahun 1970 dengan diterbitkannya sebuah buku dengan Penulis Richard Bolles. Tidak ada yang salah dan berbahaya mengikuti passion jika anda tahu konsekuensinya bahwa passion butuh keahlian yang dibangun, bukan semata-mata hanya apa yang disukai lalu itu adalah passion. Menyarankan orang lain untuk menemukan passion tanpa memberitahu bahwa ada proses di sana sama saja dengan memberinya iming-iming dengan tidak menunjukkan jalannya. Sama seperti kalimat berikut ini "Pergilah ke surga, Surga itu tempat terindah," namun tidak menunjukkan bagaimana menuju ke surga bahwa menuju ke surga banyak hal yang harus di lakukan, terutama ada yang wajib dikerjakan.

Memang di luaran sana banyak orang sukses yang mengikuti passion mereka, namun apakah pernah bertanya kapan mereka menemukan passion dan apa yang mereka lakukan untuk menemukan passion? saya contohkan kisah nyata, salah seorang dosen Audit saya yang memiliki sebuah usaha di mana usahanya ini sangat mendukung panggilan jiwanya, yang ia sebut usahanya ini adalah passionnya. Apakah beliau tiba-tiba menemukan passion? Jawabannya tidak. Beliau perlu membangun usahanya ini kurang lebih lima tahun dengan tidak pernah berhenti belajar banyak hal. Juga bekerja keras dengan membangun keahliannya hingga beliau tidak pernah dipandang sebelah mata lagi. Jadi, mewujudkan passion adalah terlebih dahulu mencintai apa yang anda kerjakan hingga anda benar-benar ahli dan siapa saja tidak pernah lagi menganggap anda biasa saja.

Pola pikir kedua adalah pola pikir pengrajin. Daripada sibuk dan gelisah memikirkan pekerjaan apa yang tepat untuk saya, mengapa tidak diubah saja dengan berpikir saya harus bekerja dengan tepat hingga saya memiliki keahlian? dengan begitu anda tidak membuang-buang waktu untuk banyak berpikir apakah pekerjaan saya ini tepat atau tidak?

lalu akan muncul pertanyaan, lalu bagaimana dengan saya yang sudah bekerja namun sangat membosankan sekali. Ada 3 alasan yang Cal tulis untuk membolehkan anda pergi dari pekerjaan sekarang. 3 alasan itu :

1. Pekerjaan itu memberikan sedikit sekali kesempatan anda untuk unggul dan berkarir.

2. Pekerjaan itu berfokus pada yang tidak berguna atau berpengaruh buruk untuk orang lain.

3. Pekerjaan itu memaksa anda bekerja dengan orang-orang yang sangat tidak anda sukai.

3 alasan di atas bisa menjadi pertimbagan anda keluar dari pekerjaan sekarang dan menemukan pekerjaan lain yang bisa menunjang passion anda.

Di dalam pola pikir perajin ini juga berfokus apa yang bisa anda berikan untuk kemanfaatan pekerjaan anda, bukan justru menuntut apa yang pekerjaan saya berikan kepada saya hingga saya bisa sukses. Asumsi pertama bisa mendorong anda terus menggali kemampuan, keahlisan dan juga kerjakeras hingga memunculkan siapa diri anda bagi dunia. Sedangkana sumsi kedua membuat anda selalu menuntut tanpa anda pernah memberikan apa pun bagi waktu anda.

Hal ini juga sebenarnya ditulis oleh Rene, ia mengatakan bahwa karis dilihat dari dua sisi, pertama adalah apa yang anda rasa tentang pekerjaan tersebut, dan kedua apa yang ingin anda tampilkan kepada sekeliling.

Kesimpulan

Hampir lima tahun saya hidup untuk menemukan passion saya dan hasilnya adalah saya selalu gelisah di dalam pekerjaan saya saat ini. Dan juga sering saya menghabiskan waktu hanya untuk berpikir apa passion saya. Namun, dengan adanya pola pikir perajin saya menemukan suatu titik cerah bahwa selama ini pemikiran saya adalah naif. Mencari passion namun tidak pernah menambah keahlian dibidang apa pun.

Saat ini, saya sedang coba menerapkan pola pikir perajin. Pola pikir yang juga dipakai Jobs dalam pidatonya " Satu-satunya cara untuk melakukan pekerjaan hebat adalah dengan mencintai apa yang kalian lakukan."

Juga Pola pikir ini dipakai oleh banyak seniman. Mereka terus berkarya dan mencoba tanpa henti hingga mereka ahli. Teori Perajin menutup dengan kalimat bahwa pekerjaan hebat tidak sekadar membutuhkan keberanian hebat, namun juga keahlian-keahlian berani sekaligus nyata. Jadi, silahkan ikuti passion anda jika anda sudah memiliki modal untuk ke jalan passion. Namun jika masih buta seperti saya maka bangunlah suatu keahlian dan cintai keahlian itu serta terus kembangkan. Maka anda bisa menemukan kehidupan anda.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Putri Tami- Begitu saja.