Gak Usah Tanya Kenapa Tapi Apa yang Bisa Diperbuat, Jika Kamu Ikhtiar Maka Berhak 3 Hasil Ini

Bukan WHY tapi WHAT ? Gak usah tanya KENAPA tapi APA ?

Kita emang suka gitu sih. Nanya aja suka tendensius. Lebih suka mempertanyakan “kenapa bisa terjadi”, bukan bertanya “apa yang harus dilakukan agar tidak terjadi”.

Gak taulah, cuma soal bertanya doang aja kita masih suka salah. Suka tendensius, mencari salahnya.

Bukan WHY tapi WHAT, gitu dong nanya-nya.

Kita emang suka gitu sih. Giliran apa aja yang dikerjain berhasil diem aja. Gak pernah cerita kalo kita berhasil, apa yang diinginkan tercapai.. Meneng bae, kayak anak bayi abis di tete-in. Tapi giliran gagal, gak berhasil berisik. Tiap yang dikerjain gagal, buru-buru nanya dalam hati atau cerita ke orang lain, “kenapa gue bisa gagal ya?”. Nanyanya bukan begitu, yang bener nanya-nya itu “apa ya yang bisa gue lakonin biar bisa berhasil?”. Nah gitu dong, lebih gentle …. Lagian, kita kayak gak tau aja, gagal dan berhasil itu silih berganti. Namanya juga hidup, ada gagal ada berhasil. Namanya juga ikhtiar, kadang berhasil kadang gagal. Biasa aja kelesss…

Bukan WHY tapi WHAT. Gak usah nanya kenapa, tanya apa yang bisa diperbuat

Kenapa sih kita gagal? Kenapa gue gak sukses kayak dia? Kenapa gue gak kaya? Kenapa gue gak ganteng? Kenapa gue gak bisa cepat lulus kuliah? Kenapa gue gak bisa bantu orang lain? Kenapa oh kenapa …. Kenapa oh kenapa?

Tolong kita benerin dulu cara nanya-nya. Bukan kenapa, tapi apa yang bisa dilakukan?

Apa yang harus kita lakukan biar berhasil? Apa yang gue lakukan biar sukses kayak dia? Apa yang dikerjain biar kaya? Apa yang bisa gue banggain biar gak ganteng? Apa yang bisa bikin guue cepet lulus kuliah? Apa yang harus gue siapin untuk bantu orang lain? Ciamik banget kalo cara nanya kita kayak gitu …. Apa yang harus dilakukan, apa yang perlu dikerjain, apa yang bikin kita berhasil …. Apa oh apa, apa oh apa ?

Bukan WHY tapi WHAT

Karena WHY atau bertanya KENAPA itu lebih fokus pada masalahnya, bukan pada solusinya. Kalo sudah terjadi, jangan lagi dong dipersoalkan masalahnya. Tapi persoalkan apa yang harus dilakukan setelah itu terjadi. Karena bertanya WHY atau KENAPA, akhirnya kita cuma cari alasan dan alasan. Dan kita harus tau, sebagian besar “alasan” itu sifatnya bohong alias dibuat-buat, bukan yang sesungguhnya. Nah lama-lama, nyari-nyari kesalahan orang lain, menyalahkan keadaan yang sudah terjadi. Maka harusnya bukan bertanya WHY atau KENAPA, untuk apapun.

Tapi coba kalo kita ubah cara bertanya menjadi WHAT atau APA? Apa yang harus ditempuh biar sukses? Apa cara yang dilakukan biar kaya? Apa yang dikerjakan biar berhasil? Nah, kalo nanya dengan WHAT atau APA, energi kita “tanpa sadar” lebih fokus pada solusi, pada cara untuk bisa mencapai yang kta inginkan. Coba tanya WHAT atau APA, pasti suasana hati dan pikiran kita lebih bergairah, lebih semangat dari sebelumnya.

Bukan WHY tapi WHAT.

Itu baru pertanyaan yang energik, yang lebih positif dan gak tendensius. Tanya WHAT itu menobatkan diri kita sebagai bagian dari SOLUSI. Tapi kalo nanya WHY, seolah kita meratapi diri sebagai bagian dari MASALAH. Itu mah gak move on bro.

Kita gak seharusnya bertanya “KENAPA ini terjadi”. Tapi harusnya kita bertanya “APA yang harus dilakukan agar tidak terjadi”. Gak penting banget bertanya KENAPA atas apa yang sudah terjadi. Lebih penting bertanya APA yang harus dilakukan setelah terjadi.

Bukan WHY tapi WHAT. Gak usah tanya KENAPA, tapi APA yang bisa diperbuuat.

Jangan bertanya “KENAPA Allah tidak mengabulkan doa saya”. Tapi bertanyalah “APA yang sudah kita lakukan agar Allah mengabulkan doa saya”. Sudahlah, gak usah kita bertanya KENAPA kalo untuk memperbesar keluh kesah, untuk mencari kesalahan orang lain atau menyalahkan keadaan. Lebih baik kita bertanya APA agar lebih berpikir positif, optimis dan mau bertindak yang lebih besar. Luar biasa kalo bisa begitu …ciamik.

Bukan WHY tapi WHAT. Gak usah tanya kenapa, tapi apa yang kita lakukan

Agar kita semakin tau siapa diri kita sebenarnya. Gak usah terlalu banyak bertanya. Bertindaklah, berbuatlah karena dari situ akan tergambarkan siapa diri kita sebenarnya.

WHAT mengajarkkan pada kita untuk berpikir positif dan selalu optimis. Kesannya memang sepele. Tapi itu penting agar kita mau menjalani, menghadapi semua realitas dan konsekuensinya. Agar kita mampu mengambil keputusan yang akan menentukan kesuksesan. Bukan untuk kehancuran.

Bukan WHY tapi WHAT.

Seorang yang kreatif itu selalu termotivasi dan meiliki hasrat akan prestasi, bukan hasrat untuk mengalahkan. Maka, kerjakan segalanya sepenuh hati, bukan setengah hati.

Lalu, akan bagaimana jika sudah WHAT dan tidak lagi WHY?

Gak gimana-gimana. Itu namanya kita sudah ikhtiar di jalan yang positif dan optimis. Soal hasilnya, biarkan Allah yang menentukan.

Karena setiap ikhtiar kita, Allah selalu sediakan 3 kemungkinan:

1. Memberikan kita sesuai yang diminta

2. Memberikan kita berbeda dari yang diminta

3. Diberikan sesuatu yang sama nilainya dengan yang diminta.

Sahabat, katakan bukan WHY tapi WHAT. Gak usah tanya kenapa, tappi apa yang bisa dilakukan hari ini dan esok. Karena di sisa waktu ini, ada 2 hal yang pasti bisa kita lakukan dalam hidup; MENGUBAH dan MEMPERBAIKI DIRI agar semuanya bisa lebih baik …. #BelajarDariOrangGoblok

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pekerja alam semesta yang gemar menulis, menulis, dan menulis. Penulis dan Editor dari 28 buku. Buku yang telah cetak ulang adalah JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, dan Antologi 44 Cukstaw Cerpen "Surti Bukan Perempuan Metropolis". Konsultan di DSS Consulting dan Dosen Unindra. Pendiri TBM Lentera Pustaka dan GErakan BERantas BUta aksaRA (GeberBura) di Kaki Gn. Salak. Saat ini dikenal sebagaipegiat literasi Indonesia. Pengelola Komunitas Peduli Yatim Caraka Muda YAJFA, Salam DAHSYAT nan ciamik !!