The Word ‘Friendship’ Is Not A Noun. It Is A Verb.

Persahabatan itu bukan kata benda, tapi kata kerja. Persahabatan itu tidak sekedar apa kata orang, tapi apa yang kita rasakan. Persahabatan itu tidak cukup hanya mempunyai perasaan, tapi juga saling memperjuangkan. Persahabatan itu bukan kata benda, tapi kata kerja. Harus diusahakan.

Persahabatan adalah cinta dalam bentuk yang berbeda. Berbicara persahabatan berarti berbicara tentang cinta yang mempersatukan kompleksitas karakter dalam persahatan itu sendiri. Dan menjabarkan persahatan, agaknya sama ribetnya dengan menjabarkan arti cinta karena setiap orang berhak untuk mengemukakan versinya.

Persabatan itu seperti laut yang tak pernah meninggalkan pantai. Aku dan sahabatku adalah laut dan pantai atau pantai dan laut. Kita berbeda, tak sama, tapi tak bisa untuk tidak bersama. Langkah kaki kita mungkin suatu saat akan memilih arah mata angin yang berbeda. Kita akan tumbuh dewasa, memilih jalan hidup yang tak sama, atau menetap di tempat yang jauh dari titik mula kita. Tapi lucunya, sejauh apapun posisi kita, kita akan kembali bertemu dan menceritakan hidup kita sepeti tidak ada yang berubah di masa masa antara sekarang dan dahulu.

Seperti saat kita menjejakkan langkah kaki di atas pasir pantai, sebanyak apapun lubang yang kita buat, berapa banyaknya coretan yang kita tulis, atau mungkin sedalam apapun doa kita, memohon agar tulisan itu tak tersapu air laut, air laut akan kembali menjamah pantai, menghapus kekacauan yang kita buat, dan menjadikan pantai dan pasirnya seindah seperti sedia kala. Kita mungkin akan kecewa, tapi seperti itulah cara laut mencintai pantai. Begitu pula aku dan sahabataku. Yang mungkin terpisahkan, tapi tetap punya jalan untuk pulang.

Persahatan itu tidak mudah. Iya, memang tidak mudah untuk merasa nyaman disamping seseorang atau beberapa orang yang bahkan tidak sekamar waktu kita dilahirkan. Seperti laut dan arusnya, persahabatan itu pun tak selalu sedamai yang kita pernah rencanakan. Karena kita berbeda, kita akan menemukan masalah yang tak searah sudut pandang penyelesaiannya. Seperti pantai yang kadang terluka dengan arus laut yang tak pasti, persahabatanpun juga mengalami arus yang bisa saja sekedar menggunacang, atau mungkin menghancurkan. Entah arus hidup dan perilakuku hanya melukai, atau arusku yang benar benar membuat persahabatan ini jadi patah dan mati.

Aku bisa me-rewind banyak memori yang indah dan tak enak dalam waktu yang bersamaan. Bahagia dan kecewa itu sama saja menurutku. Sama-sama bisa dimengeti kalau mengingat aku dan dia, tak berkarakter sama. Kadang, kekecewaan dan penghianatan yang dia buat, bisa saja aku jadikan alasan untuk tak lagi bersamanya. Tapi entah mengapa, aku masih bersama sahabatku sampai saat ini. Kita masih saling menceritakan hidup kita saat kita tiba tiba bertemu. Terkadang dia berbicara bohong kepadaku, dan aku tau kebohongannya. Kadang aku membantah kadang pula aku masih setia duduk didepannya, mendengarkan kebohongannya. Bukan karena tidak mau menjudge dustanya, aku hanya tidak ingin membuang waktu untuk membuktikan aku benar, dia salah dan kita tak bisa bersama. Karena sebanyak apapun dustanya, dia cuma punya satu kesalahan, membohongiku. Itu tak bisa dibandingkan dengan satu hal yang dia berikan kepadaku, kenyamanan.

Untuk seorang individu, mempunyai sahabat berarti diperkuat. Kita akan menjalani hidup yang tak sebiasa selembar kertas HVS. Tak berwarna, begitu gitu saja. Kita akan punya kisah yang ingin kita ceritakan, yang mungkin saja terlalu lebay untuk dikisahkan kepada orang tua, paman, bibi,kakek atau nenek. Kita akan mencari sosok yang kira kira pas untuk menjadi teman adu rasa. Seseorang yang bukan pacar, bukan keluarga, bukan guru, bukan bos, bukan motivator, bukan badut tapi merupakan gabungan dari kesemuanya. Kita akan selamanya membutuhkan orang yang bisa kita ajak jalan bersama. Sesorang yang hadirnya serupa matahari. Kadang teriknya panas, kadang juga tertutup awan. Kadang dia datang disetiap pagi kadang pula harus pulang dipenghujung senja. Tapi, point dari kesemuannya adalah walaupun matahari kadang terbenam dan meninggalkan. Kita selalu percaya bahwa esok, setiap hari, dan selamanya, matahari akan terbit kembali, di lain hari.

Kita tidak bisa menggaransi persahabatan akan berjalan tanpa masalah. Kita juga terlalu lemah untuk memastikan bahwa masa depan akan ada cerita tentang aku dan dia. Tapi, seperti matahari yang sore ini terbenam dan akan kembali datang. Persahabatan mungkin bisa dijauhkan, tapi cinta didalamnnya-lah yang akan terus hidup, dan saling mempertahankan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Manusia | Wife-nya Min Yoongi ! | Sok Sibuk | Pengagum berat Uzumaki Naruto | Oke banget buat coffee and tea | Pengen punya kucing tapi masih plan | Follaaaw gue disini saja ya gaisss: jungkirbalikhidupgue.wordpress.com | Yolo banget. Lets get it, bruh !