Tutupnya Gerai-gerai Retail Selama Pandemi. Alasannya karena Tak Mampu Tutup Biaya Operasional

centro matahari tutup

Menjelang lebaran biasanya mal akan lebih ramai dikunjungi, khususnya bagian yang menjual produk-produk fesyen seperti Centro dan Matahari. Akan tetapi, kamu mungkin akan lebih jarang menemuinya saat ini karena semenjak pandemi terjadi ternyata banyak gerai dari dua perusahaan tersebut yang terpaksa tutup karena terus merugi. Hal tersebut juga masih berlaku bahkan hingga tahun ini. Tak hanya bisnis retail di lini fesyen saja, ternyata retail produk-produk konsumsi seperti Giant juga menutup gerainya.

Advertisement

Hal ini sekaligus jadi bukti kalau ternyata pandemi memengaruhi semua pelaku ekonomi, tak hanya yang memiliki usaha kecil saja namun juga perusahaan-perusahaan besar. Tetapi, kira-kira kenapa ya mereka bisa merugi dan harus menutup beberapa gerainya? Simak yuk penjelasan selengkapnya!

Swalayan dan department store mulai terlihat berguguran satu per satu bahkan setelah pandemi melewati satu tahun

Dilansir dari CNN , PT Matahari Department Store Tbk. berencana untuk menutup 13 gerai milik mereka dari 23 gerai yang dipantau pada tahun ini. 10 gerai yang masih dalam pemntauan lainnya juga masih terus ditinjau. Mereka mengaku bahwa perusahaan ini masih mengalami kerugian di kuartal pertama tahun 2021 ini hingga Rp94 miliar, sedangkan pendapatan bersihnya berkurang hingga 25% dari periode yang sama tahun 2020 lalu.

Penutupan ini juga terjadi pada Centro yang harus berhenti beroperasi setelah 15 tahun bediri di Ambarukmo Plaza, Yogyakarta. Kemudian penutupan ini disusul dengan toko dari grup yang sama yaitu Centro di Bintaro Xchange, Tangsel.  Ramayana juga sudah mengawali penutupan gerai ini diiringi isak tangis para karyawan yang terkena PHK. Sejak akhir Maret 2020 lalu, perusahaan ini sudah menutup sementara 13 gerai milik mereka.

Advertisement

Selain pada lini fesyen, retail dalam bentuk supermarket juga mengalami masa krisis ini meskipun tetap ada juga yang bertahan

Giant/ Credit: Sengkang via commons.wikimedia.org

Tahun lalu, Giant sudah menutup 6 gerai miliknya dan masih berlanjut menutup beberapa gerai lagi tahun ini. Sebelum menutup gerainya di Kalibata, mereka juga mengadakan diskon besar-besaran untuk menghabiskan stoknya. Hal ini berbeda dengan Transmart yang tetap berusaha mempertahankan kegiatan operasional toko mereka. Bahkan dilansir dari laman Ekonomi Bisnis, mereka juga berencana melakukan ekspansi yang sempat tertunda tahun lalu. Mereka mengaku mengedepankan strategi efisiensi yang ketat supaya tak sampai menutup gerai.

Alasan makin banyak usaha retail yang tumbang disebabkan karena biaya operasional yang sulit untuk ditutup

Peretail harus mengalami hal ini karena penurunan pemasukan akibat adanya pandemi, baik karena menurunnya daya konsumsi kebanyakan orang juga karena adanya pembatasan jam buka yang sempat diterapkan yang membuat waktu kunjung makin berkurang.  Akibat hal tesebut, biaya operasional yang sangat tinggi dan harga sewa yang mahal akhirnya tak bisa tertutup. Dilansir dari CNBC , cashflow peretail juga tak bisa seperti sebelum pandemi karena pembelian hanya terjadi di hari-hari tertentu yang membuat pendapatan menurun dengan signifikan yaitu 50-80%. Akhirnya jika berbagai upaya efisiensi tak bisa dilakukan lagi, jalan terakhir yang bisa diambil adalah dengan menutup gerai.

Walau kelihatan memiliki fondasi yang kuat dan akan bertahan dalam waktu yang lama namun ternyata perusahaan retail juga terkena dampaknya, apalagi mereka yang masih usaha kecil-kecilan. Semoga pandemi ini bisa lekas berlalu dan keadaan ekonomi bisa pulih ya.

Baca sepuasnya konten-konten pembelajaran Masterclass Hipwee, bebas dari iklan, dengan berlangganan Hipwee Premium.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

An avid reader and bookshop lover.

CLOSE