7 Tipe Kelakuan Pendaki Gunung Kalau Lagi Kelelahan di Gunung. Hayo, Kamu yang Mana?

Mendaki gunung lewati lembah

Sungai mengalir indah ke samudra ~~~

Advertisement

Namanya mendaki gunung, ya jelas pakai kaki alias jalan kaki, yang namanya jalan kaki ya pasti lebih capek dibanding naik kendaraan apapun. Walau pergi mendaki bareng temen akrab sekalipun, kadangkala ada rasa gengsi menghampiri yang membuat para pendaki sulit mengucap kata lelah dan lantas meminta istirahat barang sejenak kepada rombongannya. Apalagi cowok, duh gengsi nggak bakal bikin cepet lulus kuliahnya kaya.

Untuk hal yang satu ini biasanya cewek (sedikit) lebih jujur sih, sebab kebanyakan orang akan mafhum akan kelelahan yang menerpa mereka kala mendaki. Sebaliknya, cowok seringkali dianggap lebih kuat dalam hal ini. Apalagi kalau ada beberapa cewek dalam rombongannya, ih cewe aja kuat, masa lu bolak balik minta berhenti sih. Dibilang begitu, apa nggak langsung turun pasaranmu? Hahaa… Berikut tipe-tipe pendaki lelah yang ada di muka bumi ini, kamu termasuk yang mana?

1. Tipe pertama ialah pendaki baik-baik yang selalu jujur dalam bertutur dan bertindak. Yang satu ini pasti selalu inget emak di rumah~

dikit dikit minum, duh kalau airnya abis nanti bingung

dikit dikit minum, duh kalau airnya abis nanti bingung via explore1indonesia.blogspot.com

“Bro, gue capek nih. Berhenti bentar yuk..”

“Okee…”

*Baru 15 menit jalan*

“Bro, gue haus nih, minum dulu boleh ya sambil istirahat bentar, 20 menitlah ya..”

“Jalan sama istirahat lamaan istirahat, kapan nyampenyaa???”

Advertisement

Tipe yang satu ini akan mematahkan prasangkamu akan tidak adanya orang baik nan jujur di muka bumi ini. Ternyata masih ada lho, tapi kalau bolak-balik kaya gini ternyata ngeselin juga, hehe. Pendaki yang jujur ini begitu tahu akan kapasitas tenaganya. Dia tipe yang nggak sungkan untuk mengungkapkan apa yang dia rasa dan harus mendapatkan apa yang dia butuhkan. Haus ya bilang haus, lelah ya bilang lelah, asal masih dalam batas kewajaran ya nggak papa kamu turutin aja. Kalau udah tiap lima menit berhenti mah suruh pulang aja, bangun tenda depan rumah juga bisa #ehh

2. Ada juga yang sok kuat dan sok tangguh. Segala lelah yang dirasa dan peluh yang bercucuran seolah diabaikan. Tipe yang ini bilang kalau stok tenaganya banyak, tapi kok jalannya juga makin lamaaak

bilang aku rapopo tapi kok loyo

bilang aku rapopo tapi kok loyo via c1.staticflickr.com

“Zal, lu capek ya? Berenti dulu nggak papa lho..”

“Hah enggak, kata siapa capek? Masih kuat kok gue, udah makan banyak semalem, stok tenaga masih banyak…”

*tiga menit kemudian*

“Zaaaaal… kok jadi ketinggalan jauh di belakang gitu, kalau lelah bilang woi!”

Percayalah, dalam setiap rombongan seenggaknya ada satu orang pendaki model begini. Apalagi kalau dia udah pernah pergi ke banyak gunung dan bawa temen-temen yang tergolong masih pemula. Bisa jadi dia merasa, kalau mengaku lelah dan meminta waktu istirahat, bakal hancur reputasinya sebagai pendaki senior. Padahal yang begitu juga sah-sah aja. Apalagi kalau ternyata dari segi usia dia lebih senior juga, ya pantes. Kebanyakan pemula justru lebih semangat lantaran mereka masih excited menjajal hal baru untuk pertama kalinya. Gengsinya dikurang-kurangin ya~

Advertisement

3. Pendaki modus. Gayanya aja sok-sok ngajak kenalan dengan nemenin cewek-cewek yang lagi istirahat. Padahal justru sendirinya yang butuh rehat, ealah~

mbaknya nggak istirahat dulu? yuk ku temenin

mbaknya nggak istirahat dulu? yuk ku temenin via cmeythasari.files.wordpress.com

Ketika temen-temennya menengok ke belakang, ternyata si X nggak ada. Eh setelah dicari ternyata dia lagi gabung sama rombongan cewek-cewek yang sedang istirahat di sebuah savana.

“Tiba-tiba ngilang dari rombongan. Lu ngapain di sini?”

“Istirahatlah, eh enggak ini tadi bantuin mbaknya ngiket sepatu.”

“Inget anak di rumah, kalau capek bilang, jangan tiba-tiba ngilang.”

Hal seperti ini akan makin mencurigakan ketika terjadi pada kawanmu yang sebelumnya terhitung setia, kalau dia di keseharian jaraang banget ngajak kenalan cewek yang ditemui di tempat umum, hal ini patut sekali kamu pertanyakan. Pekalah pada kawan saat pendakian ya…

4. Ada lagi nih tipe pendaki yang banyak basa basi ngeselin. Berceracau nggak jelas, tiba-tiba berhenti dan sok mengamati tumbuhan misalnya~

batu ini lucuk bangeeetssss

batu ini lucuk bangeeetssss via tribunnews.com

“Andai reinkarnasi itu beneran ada, jadi pohon enak kayanya. Eh, ini pohon apa ya, unik kayanya. Hai pohon, pohon, kamu bisa dengar aku? Apa kabarmu? Gimana rasanya jadi kamu? Kamu nggak pengen jadi manusia kaya aku?”

Tenang, kalau kamu mendapati teman pendakian macam ini, mereka nggak gila kok sebenernya. Mereka cuma, butuh perhatian cari-cari alasan buat berhenti. Padahal sebelumnya mah nggak tahu mana pohon cabe mana pohon kunyit, eh tiba-tiba sok sok bilang ada pohon unik dan minta berhenti. Awalnya nggak pinter berkata-kata, apalagi bermonolog ria, tiba-tiba bisa doyan omong dan berisik banget. Semua orang emang resek kalau lagi capek.

5.  Tipe pendaki galau juga masuk di sini. Kalau ada yang tiba-tiba mewek dan lantas duduk di tepi tebing bilang inget mantan, kamu jangan temperamental

galau berjamaah nggak papa, sendiri jangan

galau berjamaah nggak papa, sendiri jangan via intim-adventure.blogspot.com

Tipe pendaki galau adalah yang jalannya gontai, muka sendu, dan dikit-dikit curhat. Tiba-tiba berhenti, duduk di pinggir tebing lalu nangis bilang inget mantan.

“Yaudah sih, yang sabar. Jodoh nggak kemana, kali ada di Gunung Semeru ini kan?”

*makinkencengnangisnya*

“Emang kapan sih putusnya?”

“Lima tahun lalu, huwaaaa”

“&%^$%$#$?”

Kalau yang begini sih emang fix cuma cari-cari alasan buat dapet perhatian dan lantas berhenti buat istirahat bentar. Tiba-tiba galau belagak inget mantan, padahal putusnya juga udah sejak tahun kapan. Yang sabar, jangan sampai emosimu nggak tertahan dan malah masukin dia ke jurang, jangaan…

6. Pendaki yang nggak pernah lupa ibadah dan selalu ingat Tuhan. Kebanyakan sih kalau lagi trekking anak-anak gunung bakal dijamak sholatnya, hehee… Kalau yang satu ini beneran rajin apa cuma pengen istirahat aja ya?

ibadah boleh sih, tapi jangan jadiin itu semacam excuse juga

ibadah boleh sih, tapi jangan jadiin itu semacam excuse juga via facebook.com

“Berhenti dulu ya, aku mau sholat dhuha dulu?”

***

“Di pos 2 berhenti ya, udah masuk waktu dhuhur nih. Sekalian aku sholat rawatib juga.”

***

“Aku kok tiba-tiba pengen sholat taubat ya, berhenti lagi boleh ya…”

Mau ngebolehin terus-terusan kok nanti nyampe puncaknya kapaan. Mau ngelarang kok ya berasa salah sama Tuhan. Serba salah sih kalau dapet temen pendakian model begini. Mau ninggalin itu kok ya egois banget, ditungguin tapi kok malah dilama-lamain. Aduh Gusti. Kamu pasti bakal lebih heran kalau ternyata dalam keseharian nggak pernah mendapati temenmu yang satu ini inget Tuhan. Kok tiba-tiba di gunung dia jadi ahli ibadah gini ya?

7. Yang terakhir ialah tipe pendaki pendiam. Iya, nggak pernah ada suaranya, eh diem-diem pingsan…

ati-ati sama yang model begini

ati-ati sama yang model begini via phinemo.com

Tipe yang satu ini yang paling patut kamu waspadai sih. Kalau bisa yang pendiem jangan ditaruh belakang, taruh barisan tengah atau depan sekalian, biar kalau kenapa-napa gampang ketahuan. Jangankan cuma lelah, dia laper, sakit, kebelet boker juga nggak bakal bilang.

Jadi, dari tujuh pendaki lelah di atas, kamu termasuk yang mana? Kalau boleh nyaranin sih, mending yang jujur aja. Dari postingan ini, semoga kamu bisa belajar peka juga ya terhadap temenmu yang tiba-tiba jadi aneh perilakunya. Alangkah baiknya, kalau sejak awal kalian sudah bersepakat untuk beristirahat tiap berapa lama perjalanan dengan durasinya yang juga sudah ditentukan. Selamat mendaki, Salam Lestari.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Rajin menggalau dan (seolah) terluka. Sebab galau dapat menelurkan karya.

CLOSE