Mengupas Tradisi Menikah di Kampung yang Penuh Gotong Royong

Menikah di desa memang ada suka dukanya

“Ora srawung, rabimu suwung”

Advertisement

Artinya jika kamu nggak bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, maka besar kemungkinan pesta pernikahanmu bakal sepi nantinya. Hal ini bukan berarti tamu yang diundang nggak akan datang, tapi tetangga yang biasanya suka rela membantu akan menghilang sebagai bentuk konsekuensi dari ketiadaanmu selama ini. Bagi orang yang tinggal di desa, terutama di Jawa hal ini kemungkinan akan menjadi masalah karena masih kentalnya tradisi gotong royong dan saling membantu.

Dalam pernikahan sendiri biasanya mereka jarang yang menggunakan jasa wedding organizer, namun bantuan dari para tetangga yang akan menjadi panitia ini yang akan bekerja. Lebih lengkapnya kita tilik yuk seperti apa tradisi ini!

Mulai dari katering hingga dekorasi, semua akan aman di tangan tetangga yang menjadi panitia

Rewang/ Credit: Budaya Jawa

Tradisi membantu tetangga yang memiliki hajat di kampung ini lebih dikenal dengan istilah ‘rewang’. Orang-orang akan berduyun-duyun untuk membantu terutama bagian menyiapkan makanan sehingga biaya katering akan banyak terpotong. Kabar baiknya semua itu dilakukan tanpa ada balasan berupa uang, namun biasanya si pemilik hajat akan bergantian membantu jika suatu saat nanti tetangga yang lain membuat acara serupa. Tak hanya katering, biasanya di beberapa wilayah pemuda juga akan membantu membuat dekorasi sederhana selain di pelaminan atau sekadar menata kursi.

Advertisement

Istilah yang mungkin juga akrab di telinga adalah ‘sinoman‘, hal ini biasanya dilakukan oleh sobat karang taruna~

Sinoman/ Credit: DNA Photo Video

Karang taruna sendiri memiliki beberapa agenda yang setiap anggotanya sebisa mungkin harus terlibat. Kalau di beberapa kesempatan sering nggak terlihat, ya siap-siap saja kalimat pembuka di tulisan ini akan menjadi kenyataan di pernikahanmu nanti jika kamu tinggal di desa. Pasalnya ada tradisi bernama sinoman atau yang menjabat sebagai juru laden di mana tetangga yang biasanya pemuda akan menyajikan berbagai hidangan ke para tamu.

Makanya, tradisi ini biasanya lebih sering terjadi di pernikahan yang menganut sistem USDEK atau unjukan (minuman dan snack), sup, dhaharan (makanan berat), es, dan kondur (pulang). Nah, para sinoman tadi akan mengantarkan makanan dan minuman ke tempat duduk tamu hingga semua kebagian dengan rata. Untuk menunjukkan kekompakan dan agar lebih mudah dikenali, sinoman ini biasanya akan memakai seragam. Biasanya mereka juga nggak mendapatkan bayaran untuk hal ini, namun akan mendapatkan imbalan berupa rokok.

Sebelum hajatan terlaksana, keluarga calon mempelai akan menyelenggarakan kumbokarnan untuk membentuk panitia nikahan

Kumbokarnan/ Credit: Panyabungan

Advertisement

Dilansir dari Tempo, kumbokarnan berasal dari nama pewayangan Kumbakarna yang dikenal sebagai seorang kesatria yang memiliki pengabdian serta tanggung jawab yang besar. Sehingga panitia yang diberikan tanggung jawab diharapkan memiliki kualitas yang serupa.

Jadi kumbokarnan ini merupakan upacara untuk mengumpulkan beberapa orang pada beberapa waktu sebelum pernikahan digelar. Tujuannya adalah untuk menentukan panitia yang berisi siapa yang mengemban posisi tertentu mulai dari ketua hingga seksi-seksi acara agar semuanya berjalan dengan lancar.

Jadi, dengan menerapkan sistem gotong royong antar tetangga, meski acara pernikahan tidak menggunakan wedding organizer, semuanya akan berjalan lancar. Namun, perlu dicatat juga bahwa akan selalu berlaku timbal balik. Walau mungkin sudah mulai ditinggalkan di beberapa tempat, namun masih banyak juga kok yang masih menerapkan sistem ini.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

An avid reader and bookshop lover.

CLOSE