Tak Selamanya Mertua Jadi ‘Antagonis’ di Rumah Tanggamu. Bisa Jadi, Kamu yang Belum Mencuri Hatinya

trik mengambil hati mertua

“Duh males banget nikah sekarang. Entar gue di-bully lagi sama Ibu mertua gue. Nabung dulu lah, biar nggak harus numpang rumah beliau.”

“Mertua si Noni galak banget katanya. Salah mulu dia, sampai frustasi banget dan bikin suasana rumah tangga jadi nggak enak.”

Advertisement

Mungkin kamu pernah mendengar sekelumit kisah horor seputar kejamnya ibu mertua (yang katanya bisa nyaingin kejamnya ibu tiri). Atau ketusnya sosok ayah mertua saat si pria berniat serius melamar sang kekasih. Kesan-kesan seperti ini kerap digambarkan dalam berbagai media, mulai dari sinetron televisi, majalah sampai novel percintaan. Dibanding kesan positifnya, rasanya para mertua lebih banyak dapat cap negatif. Pokoknya amit-amit deh kalau sampai hidup serumah sama mertua. Bisa-bisa kena stroke, makan hati tiap hari.

Nah, tulisan kali ini mungkin akan sedikit lebih personal, karena ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulis dan teman-temannya yang punya opini berbeda tentang sosok mertua yang katanya selalu jadi pemeran antagonis dalam rumah tangga. Bisa jadi juga, tulisan ini mewakili banyak cerita di luar sana, tentang sosok mertua yang digambarkan berbeda. Sama seperti sosok ibu tiri yang nggak melulu jahat dari orok, nah sama halnya kayak ibu mertua. Bisa jadi, kamu hanya mendengar cerita miring dari satu sisi saja. Bisa jadi teman kamu atau kamu sendiri belum benar-benar 100% mencuri hatinya. Yuk, lanjut baca terus biar wawasan kamu seputar sosok mertua jadi lebih terbuka.

Pada hakikatnya, para mertua, entah si ayah atau ibu berprinsip sama seperti orangtua kamu sendiri saat memperlakukan anaknya. Mereka begitu menyayangi anak mereka, sampai kadang suka cemas, apakah anaknya bisa dirawat dengan baik oleh kamu kelak?

Credit: Photo by Nicole Michalou from Pexels via pexels.com

Pernah nggak mendengar kisah, tentang si A yang selalu mengeluhkan kebawelan si mertuanya? Bahkan sejak masih jadi calon mertua, si A ini merasa selalu serba salah. Ada saja hal yang selalu dikritik dari si A. Mulai dari cara A memasak, cara berbusana, cara dandan, membawa barang, membeli sesuatu bahkan mungkin sampai caranya bicara dengan pasangan yang notabenenya adalah anak dari si camer. Salah terus, nggak ada benarnya. Nah, pusing nggak tuh? Kalau dipikir-pikir ulang, ini bisa jadi refleksi dari kekhawatiran berlebihan dari si mertua kepada anaknya. Mereka takut, anak kesayangan mereka nggak mendapat pasangan yang bisa mencintainya lebih baik atau minimal sama baiknya dengan mereka, si mertua ‘bawel’.

Advertisement

Para mertua adalah sosok orangtua, yang biasanya semakin bertambah usia akan semakin sensitif perasaannya. Dan kadang, kamu jadi pihak yang merasa di-bully, tanpa tahu sebab kenapa mereka bertingkah menyebalkan dari kacamata kamu pribadi

Credit: Photo by Michael Morse from Pexels via www.pexels.com

Sebagai manusia, kita akan secara otomatis bersikap defensif saat diserang. Jika merasa tak nyaman, bisa jadi sikap kita jadi keras, ketus bahkan meski kita sudah berusaha keras menutupi hal tersebut. Padahal, para orangtua adalah sosok yang sensitif. Hati-hati, biasanya kesan pertama memang selalu berkesan. Jika di awal-awal pertemuan kamu sudah memberikan kesan yang kurang mengenakkan bagi para camer, bisa jadi kesan itu akan terus terbawa dan membayangi mereka. Kamu mungkin nggak bersikap kasar, tapi bisa jadi kesan tersebut menyentil sisi sensitif dan protektif para calon mertua. Ujung-ujungnya mereka jadi lebih concern, lebih cerewet dan lebih ingin ikut campur terhadap masalah kamu dan pasangan. Mungkin saja, kamu dan pasangan gagal membangun rasa percaya mereka sejak awal membina hubungan.

Hayo, coba diingat-ingat lagi deh pas awal-awal pacaran, sudah minta izin baik-baik sama orangtua kalian belum? Sudah bersikap terbuka dan mau mendengarkan saran mereka belum?

Advertisement

Tenang, sebenarnya ada kok cara mudah membuka awalan yang baik dengan mertua. Ya, walau awalnya mungkin terkesan cari muka, nggak apa lah. Toh itu hanya untuk memberi kesan pertama yang baik

Sekadar berbagi pengalaman, penulis sudah mengenal mertua sejak masih zaman pacaran. Kalau diingat-diingat, sudah hampir sepuluh tahun lebih penulis mengenal mertua yang kini sudah dianggap orangtua sendiri. Jangan kira selalu manis dan enak-enak saja, ada kok masa-masa di mana penulis berkonflik hanya karena kesalahpahaman sepele, hehe. Tapi sejak awal penulis bertekad untuk membuat mertua senang, bahkan kadang mengorbankan kepentingan sendiri (selama nggak melanggar hal-hal prinsipil ya). Saat kita berusaha keras menyenangkan mereka, memberikan perhatian yang tulus, mengambil sikap kepo dan cerewet mereka sebagai bentuk perhatian, bukan mustahil mereka juga lama kelamaan akan memberikan respon yang positif. Ingat, hubungan yang baik dengan camer dimulai sejak masih pacaran lho.

Salah satu trik cerdas mengambil hati mertua adalah meluangkan waktu untuk beraktivitas bersama mereka, tanpa ada keterlibatan pasangan. Cara ini ampuh juga di sejumlah teman-teman penulis, yang bahkan merasa hubungan mereka dengan para mertua lebih baik saat mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama, misalnya membantu mertua masak, berbelanja atau mengerjakan pekerjaan rumah tangga saat kamu sedang senggang. Saat mereka sakit, jangan lupa luangkan waktu untuk menjenguk, memberikan makanan bahkan menawarkan bantuan.

Menanggapi berbagai nasihat dan masukan dari mereka dengan bijak juga jadi senjata ampuh mengambil hati mertua. Intinya, mengambil hati mertua bukan hanya sekadar membawakan mereka martabak saat kamu sedang bertandang

Butuh sikap masa bodoh dan cuek untuk menanggapi mertua dengan tipe agak cerewet. Syukur-syukur dapat mertua yang legowo, yang baik hati dan murah senyum. Bagaimana kalau ketemu calon mertua yang judes dan mengekspresikan perasaanya dengan gaya tough love? Siapkan hati yang lapang, sikap yang bijaksana dan tetap tenang dalam segala kondisi. Tunjukkan niat tulusmu dan rasa cintamu pada pasangan justru saat mereka sedang bersama kalian. Saat mereka melihat, kamu nggak ngeyelan dan bisa sungguh-sungguh mencintai anak mereka, bukan mustahil pintu hati para mertua akan terketuk dan sikap mereka bakal melunak. Intinya sih, maju terus pantang mundur. Jauh-jauh dari sikap defensif karena itu bakal bikin para mertua makin insecure dengan keberadaan kamu.

Oke, jika segala cara sudah dilakukan dan kamu sudah kehabisan akal, nggak ada salahnya minta bantuan dari pasangan. Bisa jadi, ada kesalahpahaman yang perlu diluruskan bersama

Minta pasanganmu untuk lebih proaktif mendekatkan kamu dengan orangtuanya. Terus terang saja tentang perasaan kamu. Nggak usah sok tegar, juga nggak usah juga menjadi sosok korban secara berlebihan. Hanya butuh kedewasaan untuk memenangkan suasana. Percaya deh, kalau kamu sudah berhasil mencuri hati mertua, bisa jadi mertua yang nantinya nggak mau kamu lepas dari anak mereka. Camkan dalam hati, masing-masing orang punya ego yang mereka jaga, bisa jadi mereka pun sedang menggenggam ego mereka untuk merelakan kamu ‘merebut’ anak kesayangan mereka. Jika keadaan memang memungkinkan, usahakan juga untuk hidup terpisah dengan mertua untuk meminimalisir perselisihan. Namun kalau pun terpaksa hidup bersama mereka, bukan mereka yang harus menyesuaikan diri melainkan kamu yang perlu bijak untuk mengambil hati.

Sesungguhnya, sikap mertua bisa terbaca dari awal kamu dan pasangan membina hubungan. Kalau sejak awal sudah banyak ganjalan, mungkin kamu bisa pikirkan ulang untuk melanjutkan kisah kalian

Credit: Photo by cottonbro from Pexels via Photo%20by%20cottonbro%20from%20Pexels

Pernikahan bukan hal yang main-main. Jika sejak awal kamu sudah ditentang keras oleh mertua, nggak mustahil kalau mertua bakal terus keras sampai kalian berumahtangga. Nggak ada salahnya untuk merebut hati mereka sejak masih berstatus calon. Jika kamu sungguh tulus dan pasangan bisa menunjukkan kedewasaan kalian, biasanya orangtua lama kelamaan akan luluh kok. Beda halnya kalau kalian bersikukuh melanjutkan hubungan bahkan tanpa restu orangtua. Nah, ini sih lain lagi ya ceritanya.

Pada akhirnya, sama seperti merebut hati calon pasangan dulu, dibutuhkan waktu, teknik dan chemistry yang pas agar bisa sama-sama klik. Akur dengan mertua bukan hal yang mustahil, jika kamu memang tulus mengasihi mereka dan bisa membuktikan hal tersebut, entah dalam waktu singkat ataupun perjalanan yang panjang. Yang pasti, saat kamu memutuskan menikah dengan seseorang, kamu nggak hanya menikah dengan pasangan tapi juga dengan keluarganya. Siapkah kamu untuk mencintai mertua kamu dengan segala kekuarangan dan kelebihan mereka?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An avid reader and bookshop lover.

Editor

An avid reader and bookshop lover.

CLOSE