Wawancara Eksklusif Soal Menikah Taaruf Langsung dari Praktisi. Semua Berawal dari Tukar CV!

pengalaman taaruf

Bertemu jodoh banyak caranya, salah satunya yang dilakukan adalah dengan taaruf, yang secara harfiah diartikan sebagai perkenalan yang jika dikaitkan ke pernikahan berarti mengenalkan diri kepada calon pasangan, baik yang berkaitan dengan hal lahiriyah atau fisik maupun watak dan sikap. Walaupun sering terdengar namun mungkin belum banyak yang tahu bagaimana sebenarnya hal ini dilakukan. Bahkan, banyak pula yang skeptis karena perkenalan dinilai hanya dilakukan sebentar lalu menikah.

Advertisement

Nah, untuk menjawab semua rasa penasaranmu, Hipwee Wedding berhasil mewawancarai seorang praktisi bernama Mohammad Ahid Maulana yang kini sudah menikah selama hampir satu tahun setelah 7 hari bertukar CV. Buat yang penasaran, soal proses, tata cara dan tantangannya seperti apa…yuk simak nih ceritanya!

Disclaimer: Semua gambar yang digunakan dalam artikel ini hanya ilustrasi dan bukan foto asli narasumber.

1. Selain niat yang kuat, Ahid juga mempersiapkan CV atau portofolio sebagai sarana untuk memperkenalkan diri

Bertukar CV dulu/ Credit: ramche on Unsplash via unsplash.com

“Jadilah orang yang pandai dan baik dalam mengenali diri sendiri, tahu akan kekurangannya, dan mau mengakui kekurangannya” – Mohammad Ahid

Advertisement

Seperti halnya melamar kerja, untuk “melamar” seseorang saat akan taaruf maka harus memperkenalkan diri melalui CV atau portofolio yang dibuat. Tidak ada ketentuan khusus dalam membuat CV atau portofolio tersebut, namun yang perlu ditekankan adalah “kejujuran.” Menurut Ahid, dirinya pribadi lebih banyak menjelaskan kekurangan atau sikap negatifnya di CV atau portofolio, dengan harapan calon pasangan juga menerima kekurangan selain kelebihan tentunya.

2. Pertemuan Ahid dengan sang istri dimulai ketika mereka berada di sebuah majelis yang sama kemudian merasa cocok satu sama lain

Ternyata cocok/ Credit: Binte Ismail on Pinterest via nl.pinterest.com

Ahid mengaku mereka bertemu saat berada dalam forum atau majelis yang sama, walaupun sebelumnya tidak mengenal satu sama lain karena dalam forum atau majelis tersebut terpisah antara laki-laki dan perempuan. Majelis itu juga membantu seseorang yang telah siap menikah untuk mencari calon istri ataupun calon suami dengan bertukar CV atau portofolio. Laki-laki punya hak memilih CV atau portofolio perempuan dan perempuan juga punya hak menolak atau memilih CV laki-laki. 

“Kami bertukar CV melalui majelis tersebut, memantapkan diri atas pasangan yang dipilih, dan kemudian memutuskan untuk menikah.”

Advertisement

3. Mulai dari mencari yang satu prinsip hingga meminta saran dari orang-orang terdekat membuat Ahid mantap menikahi gadis pilihannya

Prinsipnya sama/ Credit: Wedding Detail via www.weddingdetails.com

Keyakinan itu muncul karena adanya persamaan dan penerimaan prinsip juga ikhtiar berupa diskusi dengan keluarga tentang kriteria, meminta saran dan informasi kepada teman atau kerabat dekat masing-masing calon, dan salat istiqarah jika diperlukan.

“Saya pribadi mengenal pasangan saya kurang lebih 7 hari sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah.”

Ahid berkunjung ke rumahnya sekali dan meminta izin pada kedua orang tua calon pasangan untuk menikahinya pada saat itu juga.

4. Tetap ada berbagai cara untuk tidak merasa salah pilihan ketika menikah, pun ada yang bisa dilakukan jika ternyata pasangan jauh dari dugaan

Credit: Darwis Alwan for Pexels via www.pexels.com

Jujur di awal dan memberi tahu ‘kebobrokan’ diri sendiri adalah cara agar tidak merasa ‘terjebak.’ Kepo dengan bertanya kepada kerabat atau langsung orang tua juga bisa dilakukan. Kalau ternyata sifatnya beda jauh dari dugaan maka Ahid mengatakan bahwa jika ada kekurangan maka sebaiknya bersabar dan bersyukur terhadap kelebihannya.

Jika memang kekurangan pasangan bisa menyebabkan dampak negatif, yang harus dilakukan adalah menasihati, mencoba memberikan pengertian, dan berbagi sudut pandang kenapa tidak menyukai sifat tersebut. Ini memang sulit untuk dilakukan karena bagaimanapun effort yang dikeluarkan lebih besar dibanding hanya sebatas omongan saja.

5. Konflik akan selalu ada di setiap pernikahan biasanya karena perbedaan pendapat atau adanya sifat yang tidak disukai namun tidak dibicarakan

Harus dibicarakan/ Credit: Ok.ru via ok.ru

Hal ini menyebabkan konflik jadi berlarut-larut, apalagi jika ada faktor eksternal yang dapat memperkeruh konflik yang terjadi, seperti ‘omongan’ tetangga, atau bahkan dari kerabat masing-masing pasangan itu sendiri. Ada beberapa hal yang dilakukan Ahid untuk mengatasi konflik yang muncul seperti belajar untuk memaklumi karena pasangan adalah manusia, jalin komunikasi yang baik, saling bermuhasabah diri tentang kewajiban masing-masing, mau memberi nasihat dan mau menerima nasihat.

Penting juga untuk cari lingkungan atau hunian yang dapat meminimalisir konflik akibat faktor eksternal serta cari circle pertemanan yang bisa memberikan saran secara objektif. Terakhir, berusaha untuk tidak mengambil keputusan ketika kita sedang emosi ataupun membuat janji ketika kita sedang bersenang hati.

Menurut Ahid taaruf tidak semudah kelihatannya, butuh ilmu untuk melakukannya, butuh banyak effort juga yang harus dilakukan sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah. Jangan gegabah memutuskan, siapkan ilmu, mental dan finansial. 

“Ta’aruf memang bukan tolak ukur suksesnya sebuah pernikahan, namun lamanya berkenalan juga bukan sebuah jaminan akan melangkah ke jenjang pernikahan, banyak pasangan yang sudah lama berkenalan, tapi akhirnya ‘bubar’ di tengah jalan dan harus rela jadi tamu undangan” – Mohammad Ahid

Semoga artikel wawancara ini bisa memberikan sedikit gambaran soal menikah taaruf kepada kamu yang selama ini mungkin suka penasaran, bertanya-tanya bagaimana cara dan pengalaman saat menjalaninya. Ingin menikah taaruf atau tidak, memang hakmu sepenuhnya untuk memilih. Tapi yang terutama, pastikan kamu sudah siap fisik, mental dan finansial saat memutuskan untuk mengikat janji setia dengan seseorang sampai maut memisahkan ya 🙂

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

An avid reader and bookshop lover.

CLOSE