Ternyata, Mengucapkan ‘Tidak’ atau ‘Jangan’ ke Anak Itu Perlu. Simak Yuk Porsi-porsinya!

Kata tidak dan jangan ke anak

Siapa bilang menikah, berkeluarga dan membina rumah tangga itu perkara mudah? Jangan salah, justru tantangan hidup berkeluarga mulai semakin berat lagi setelah kehadiran anak. Pasalnya, kita nggak lagi sekadar memikirkan perkara diri sendiri dan pasangan, tapi juga kelangsungan hidup dan pola asuh si kecil.

Advertisement

Banyak informasi bertebaran, tentang nasihat untuk stop berkata ‘jangan’ atau ‘nggak’ kepada anak. Padahal nih, sesekali mengatakan kedua kata ‘negatif’ itu sangat perlu lo! Kalau sampai kita sebagai calon orangtua bertekad untuk mati-matian menghindari kedua kata itu, siap-siap saja deh mencetak semakin banyak generasi manja yang nggak pernah bisa puas. Eh, kok bisa begitu? Baca ulasannya Hipwee kali ini untuk tahu jawabannya.

Dilansir dari laman New York Times, mengatakan ‘nggak’ atau ‘jangan’ ke anak itu perlu dan penting. Lo, kok beda ya dari apa yang dikatakan media lokal kita?

Credit: Photo by cottonbro from Pexels

Berbeda dari pandangan yang kini kian marak di berbagai laman media sosial, berkata ‘jangan’ atau nggak pada anak sesekali penting dilakukan. Tanpa perlu repot mengganti kata ‘nggak atau ‘jangan’ dengan kalimat perbendaharaan lain, anak perlu belajar bahwa terkadang akan ada penolakan dalam hidup yang penting untuk dihadapi. Karena jika sedari dini, keinginan anak selalu dituruti, nggak pernah terucap kata nggak atau tidak bagi mereka, akan memicu rasa ketidakpuasan dalam diri yang akan membuat mereka terus menuntut lebih.

Ya, mungkin sebagai orang tua kamu nggak tega ya menolak permintaan anak yang bakal meraung kalau nggak dituruti. Tapi kalau dituruti terus, anak nggak akan bisa belajar menghadapi tantangan hidup, nggak akan bisa lebih kreatif menyelesaikan masalah dan nggak akan pernah puas karena setelah A dituruti, dia akan terus merongrong minta B, C, D, dan begitu seterusnya.

Advertisement

Pada awalnya, mungkin anak akan kesal dan menangis bahkan sampai mengamuk selama beberapa waktu. Tapi percayalah, seiring waktu anak akan terbiasa dan memetik hasilnya

Credit: Photo by Ba Phi from Pexels

Mengatakan ‘nggak’ atau ‘jangan’ pada anak akan membuatnya memberi respons negatif selama beberapa saat, namun percayalah seiring waktu ia akan belajar bahwa dalam hidup, keinginannya tidak akan bisa selalu terpenuhi. Dari sebuah tulisan esai menarik di The New York Times tentang membesarkan anak lebih baik dengan kata ‘tidak’ akan membantu sang anak kelak menjadi pribadi yang lebih tangguh, mampu memecahkan masalah dengan memanfaatkan apa yang sudah ia miliki.

Contohnya nih, saat si anak minta mainan B, yang mungkin bisa saja kamu para orangtua belikan. Tapi dengan menolaknya, dengan alasan mainan sang anak masih cukup dan belum butuh yang baru perlahan akan membuatnya mencari alternatif permainan lain, dari benda-benda di rumah yang sudah ada.

Lebih bijak lagi kalau kamu perkenalkan teknik daur ulang sederhana untuk membuat mainan alternatif untuk anak. Selain hemat, juga membantu merangsang imajinasi anak agar lebih berkembang.

Advertisement

Kata siapa bilang ‘nggak’ atau ‘jangan’ itu haram ke anak? Boleh banget kok, asal berikan penjelasannya yang jelas dan masuk akal

Credit: Photo by mohamed Abdelgaffar from Pexels

Alih-alih sibuk mati-matian putar otak mencari substitusi kalimat terhalus, terindah dan paling nyaman buat anak, sesekali mengatakan ‘nggak’ dengan jelas dan gamblang perlu kok. Nggak dosa saat kamu bilang ‘Jangan beli-beli mainan terus ya, Nak!’ atau ‘Adek, nggak boleh ganggu teman lain yaa!’ secara terus terang tanpa usaha berlebih untuk memperhalusnya. Tapi dengan catatan, katakan dengan jelas, dengan konsisten dan dengan penjelasan yang mampu dipahami anak.

Jangan anggap anakmu bodoh dengan berpikir ‘Ah, susah jelasinnya anak nggak bakalan ngerti!’. Di luar yang kamu duga, anak lebih cerdas dan sebenarnya sudah mampu menerima penjelasanmu. Saat melarang atau menolak, jelaskan dengan baik dan konsisten alasan di balik penolakanmu.

Misalnya nih, saat anak main dengan temannya dan merebut mainan salah seorang temannya. Jangan serta merta dibentak dan dimarahi dengan ganas ya, Moms dan Dads! Cukup larang dengan tegas, dengan lugas dan apa adanya. Lalu jelaskan dengan lembut, bahwa yang dia lakukan itu salah, temannya bisa sedih dan hal yang dilakukannya itu nggak baik. Percayalah, jika dilakukan dengan konsisten anak pasti bisa mengerti dan rasa empatinya justru bisa semakin terasah.

Nggak sembarang bilang nggak, orang tua perlu pahami triknya untuk berkata ‘nggak’ ke anak dan yang mampu memberikan dampak baik untuk perkembangannya

Credit: Photo by Luna Lovegood from Pexels

Bilang nggak memang baik dan memberikan kedisiplinan yang kelak akan anak butuhkan. Tapi ingat untuk nggak selalu mengucapkannya terlalu sering, sampai-sampai kata-kata itu hilang maknanya dan nggak lagi digubris sang anak. Pastikan kamu mengucapkan ‘nggak’ atau ‘jangan’ hanya pada saat sang anak butuh ketegasanmu. Contohnya nih, anakmu sudah tahu kamu pernah melarangnya main gawai seharian, dan kamu pernah bilang ‘nggak’ secara tegas. Kali ini coba ubah kalimatmu dengan kalimat lain seperti, ‘Nak, Mama tahu main gawai itu asyik. Tapi kalau keseringan, matamu bisa cepat lelah dan sakit. Coba main permainan lain yang lebih asyik, yuk. Nanti Mama ajarin permainan yang seru. Mau?’

Seringkali, sikap membangkang anak muncul saat dia sedang jenuh, sedang butuh perhatian atau saat dia merasa bahwa penolakan atau laranganmu kurang tegas. Pastikan kamu melakukannya dengan konsisten saja ya, Buibu dan Pakbapak!

Masih ingin menerapkan ‘Say No to No’ alias ogah bilang “nggak” ke anak dengan dalih ‘kasihan’ apalagi ‘nanti anak jadi makin pembangkang? Tenang, dengan porsi dan cara yang bijak, bilang ‘nggak’ justru akan kasih sejuta manfaat

Credit: Photo by Gustavo Fring from Pexels

Dilansir dari parents.com dan huffingtonpost.com, dengan secara konsisten berkata ‘nggak’ atau ‘jangan’ pada anak terhadap hal-hal yang bersifat prinsipil, seperti melarangnya main gawai terlalu sering, memukul adik atau meraung minta mainan di mal akan membantu anak tumbuh menjadi anak yang lebih baik, lebih ulet, cerdas menghadapi kekecewaan, mengerti cara merangkai argumentasi yang baik, mengerti cara memprioritaskan sesuatu, memahami batasan seimbang antara bermain dan bekerja di masa depan yang mungkin nggak akan didapatkan di sekolah.

Hal ini diungkapkan Susan Newman, PhD, pengarang buku The Book of NO: 250 Ways to Say It — and Mean It — and Stop People-Pleasing Forever yang juga merupakan seorang psikolog sosial melalui situs parents.com.

Jadi, jangan takut apalagi parno lagi ya untuk bilang ‘nggak’ ke anak. Demi kesehatan mentalnya juga, lo. Nggak mau ‘kan anak-anak di masa depan jadi semakin lemah dan nggak bisa cari solusi mandiri?

Credit: Photo by Mary Taylor from Pexels

Psikolog sosial,  Susan Newman, PhD juga mengungkapkan bahwa anak-anak yang mengerti kalau mereka nggak bisa selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan akan cenderung lebih sukses di sekolah, dalam hubungan dan pergaulan serta perjalanan karier mereka.

Dengan sejuta kemudahan dan godaan di era serba digitalisasi seperti sekarang, memang merupakan tantangan tersendiri bagi para orangtua zaman now untuk menerapkan disiplin pada anak, agar generasi mendatang bukan jadi generasi yang nggak punya sopan santun, suka seenaknya sendiri dan manja. Nggak mau anakmu kelak jadi orang yang disebelin semua orang karena egois dan keras kepala hanya lantaran di rumah semua keinginannya terpenuhi?

Yuk, jadi orang tua yang lebih bijak dan tegas saat mendidik anak. Bukan berarti harus kasar dan melakukan KDRT juga kok demi mencetak generasi unggul. Yang penting sikapmu konsisten dan selalu memberikan contoh terbaik. Apalagi saat anak berada dalam bahaya, nggak mungkin ‘kan kamu nggak bilang ‘nggak’ saat anak main pisau di dapur? Yang penting, melarang dan memberikan penjelasan adalah koentji!

Follow Mamin di Instagram @hipweeyoungmom atau gabung ke Support Group di Whatsapp juga yuk. Media curhat yang fun, menghadirkan konten-konten inspiratif dan terpercaya buat para moms #KarenaSemuaIbuBerhakBahagia

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An avid reader and bookshop lover.

Editor

An avid reader and bookshop lover.

CLOSE