Untukmu yang Tidak Menawarkan Kemewahan, Tapi Mengajakku Berjuang Demi Masa Depan

Kamu tidak datang dengan segepok janji manis yang membuat hatiku sekenyal mie yang baru saja selesai ditiris. Sampai hari ini kita lebih sering duduk bersisian sambil membicarakan banyak hal. Mulai dari bagaimana harimu, hal besar apa yang sedang terjadi di hidupku, sampai sesekali kelakar soal rencana masa depan yang bagi kita terasa besar, menakutkan, tapi juga membuat penasaran.

Sejak awal kamu tidak pernah menawarkan banyak hal. Tidak ada janji seperti “Nanti aku belikan X atau Y buat kamu, deh,” atau sikap mengumbar. Tak ada kalimat seperti “Di kantor, aku termasuk staf yang sering dipuji. Kalau kamu mau sama aku, kamu nggak akan menyesal deh, pasti.”

Tapi justru kesederhanaan itu yang menarik darimu. Kamu tak memperlakukanku seperti seseorang yang manja. Alih-alih, kamu mengajakku untuk berjuang bersama.

Sekarang kita memang belum bisa punya apa-apa. Makan hemat biaya, kost pun di tempat sederhana

Semuanya masih biasa saja

Semuanya masih biasa saja via www.anapnoes.gr

Kita sama-sama tak berasal dari keluarga yang punya segalanya. Sejak kecil, kita dididik supaya punya bekal untuk “memapankan” nasib sendiri. Tak melulu mengandalkan orangtua ketika umur kita sudah dewasa. Karena itulah, kita tumbuh jadi dua individu yang tidak manja.

Di umur yang sekarang, kita belum punya banyak materi. Makan hemat biaya, kost pun di tempat yang sangat layak dibilang sederhana. Prinsip saat ini, uang lebih baik dikumpulkan untuk mematri masa depan nanti. Biarpun muda, kita tidak punya cukup uang untuk berfoya-foya.

Di kamus kita, makan malam romantis adalah duduk berdua di pinggir jalan, di lesehan menikmati malam. Apel rutin adalah kamu dan aku mengobrol di ruang tamu kosan — sampai sudah saatnya kamu pulang. Berkendara di mobil kap terbuka untuk memandang bintang? Ah, itu cuma ada di film atau televisi. Kita sudah cukup senang dengan kesederhanaan yang saat ini.

Tapi, kesederhanaan ini justru bisa kita kenang nanti. Saat umur lebih tua, dan ada anak-anak yang bermain di sela kaki-kaki kita

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Sampai ada anak bermain di kaki-kaki kita via pixabay.com

Ke mana-mana naik motor berdua, karena tak ada alternatif lain yang kita punya. Mengobrol di warung mie instan sampai jam malamku datang. Bertukar hadiah yang hanya mampu kita beli setelah menabung beberapa bulan. Ah, saat usia kita nanti sudah lebih matang, ini akan jadi semanis-manisnya kenangan. Saat sudah ada anak-anak kecil yang berlarian di rumah (rumah!) kita, memegang kaki-kaki kita dan tertawa, kamu dan aku tahu kita sudah sampai pada tahap bahagia.

Tapi sekarang, kita masih harus sama-sama berjuang.

Kamu pernah memarahiku karena boros membeli hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Aku pun sering mengingatkan agar kita sama-sama tak meremehkan pekerjaan — bagaimanapun, itu adalah tiket menuju kemapanan.

Tak pernah sebelumnya aku sehati-hati ini dalam pengeluaran. Mungkin karena aku akhirnya menemukan alasan untuk serius tentang masa depan. Bahkan, ide untuk tak bertukar hadiah anniversary demi modal untuk pernikahan jadi masuk akal. Untuk hal-hal seperti pulsa pun, kita tak alpa mengencangkan ikat pinggang.

“Buat internetan, kita pakai AXIS BRONET aja ya. Rp14.900 aja udah dapet kuota 1 GB, cukup buat komunikasi,  ngerjain tugas, sampai hobimu karaokean di YouTube. Lumayan lho, aku bulan lalu udah nyoba. Masa berlakunya juga panjang, sampai dua bulan — jadi nggak harus sering-sering isi pulsa ;p”

Sekarang kita sama-sama berjuang. Agar kebaikan di masa depan lebih lekas datang

Sampai nanti

Sampai nanti via www.darinimages.com

Terima kasih untuk tidak meremehkan kemampuanku untuk berjuang di sisimu. Terima kasih untuk tidak mencoba membuai dengan janji kamu akan memperjuangkan semuanya untukku. Terima kasih, kamu justru menghargai usahaku.

Akan ada saatnya nanti, kita tak perlu pulang ke rumah masing-masing lagi. Akan ada saatnya, kita mampu membiayai hidup makhluk kecil yang memanggil kita dengan sebutan menghangatkan hati.

Tentu saja ini semua masih berupa masa depan. Tentu saja, ini tak bisa kita dapatkan di masa sekarang. Tapi ada cara supaya kebaikan ini lebih lekas datang: tak henti-hentinya memperjuangkan masa depan.

Jangan lepaskan. Kita akan terus saling menyemangati, bukan? 🙂

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis