Ditengah Gunungan Sampah, Kami Kibarkan Bendera Merah Putih untuk Melanjutkan Sejarah

Sore hari di kawasan kumuh kota Makassar sekelompok bocah bocah terlihat sangat antusias dalam kabutnya debu sekitar lokasi tersebut. Tak ada sedikitpun mimik wajah mereka yang menunjukkan ekspresi kesedihan. Mereka berdiri dalam beberapa kelompok yang telah dibagi oleh kakak kakak pendamping.

Advertisement

Yap, mereka akan menjadi peserta upacara bendera di samping gunungan kotoran organic dan non-organik. Upacara bendera dilaksanakan guna memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-71. Bau menyengat sampah campur debu yang beterbangan tak menyurutkan antusias mereka untuk menjadi peserta dan petugas (yang akan didampingi oleh kakak kakak pengajar TPA) upacara.

Upacara berlangsung khidmat meskipun terjadi beberapa kesalahan dan lokasi upacara yang bisa dibilang tak mendukung. But, We Create it. Dalam arti saya dan kakak kakak pengajar TPA membuat lokasi upacara tersebut seolah olah hidup layaknya anak anak tersebut melaksanakan upacara bendera di sekolah pada umumnya.

Di tengah upacara bendera diselipkan semangat perjuangan para pahlawan kemerdekaan kepada anak anak melalui pidato singkat Kak Mimi selaku Pembina upacara. Harapannya agar semangat juang tersebut bisa tertular melalui semangat dalam belajar dan semangat dalam emnggapai cita-cita.

Advertisement

Setelah selesai upacara, digelar lomba balap karung, lomba memindahkan kelereng, dan lomba makan kerupuk untuk memeriahkan hari sakral yang tiap tahun diperingati bangsa Indonesia sebagai hari kemerdekaan Republik Indonesia. Semangat anak anak untuk mengikuti lomba tak surut sedikitpun. Tubuh yang rebah bersimbah debu kala jatuh saat lomba balap karung, kelereng yang berulang kali jatuh kemudian diambil lagi, serta serunya menghabiskan satu buah kerupuk yang digantung tanpa boleh dipegang menghiasi ceria mereka kala sore itu.

Itulah cara saya dan teman-teman mengisi kemerdekaan Tahun ini. Dibantu oleh kak mimi yang terlebih dahulu menjadi pengajar di Tempat Pembuangan Sampah Tamangapa Kota Makassar, gerakan sosial yang kami namakan “Skolakita” tak akan berhenti menyemangati dan mendampingi anak anak (yang rata rata putus dan tak bersekolah) sampai disini saja.

Karena sejatinya pendidikan adalah mendidik, mendampingi, mengayomi, dan memberikan pemahaman kepada mereka untuk melawan ketidakadilan serta mempunyai cita-cita dan mewujudkannya guna melawan ketidakadilan dalam segi pendidikan tersebut.
#MerdeKamu

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Traveller Addict & Football Anthusiasm. Kemenangan yang hakiki ketika kita menyandarkan dahi kita diatas sajadah. Jaraknya hanya antara ujung dahi dan sajadah

CLOSE