IDI: 7 Dokter Telah Gugur Lawan Pandemi Corona. Putri dari Salah Satu Dokter Berbagi Kisah Sedihnya

Dokter meninggal virus corona

Penyebaran virus corona terus meluas setiap harinya. Kini sudah ada ratusan kasus di Indonesia dan puluhan korban telah dinyatakan meninggal dunia, datanya tiap hari di-update oleh laman Kementerian Kesehatan . Kondisi ini semakin parah karena rumah sakit penuh sesak oleh pasien, sedangkan alat-alat kesehatan semakin langka. Para tenaga medis kekurangan masker, sarung tangan, baju pelindung, hand sanitizer, dan lainnya. Padahal mereka membutuhkan itu semua untuk melindungi diri dari virus.

Advertisement

Dalam kondisi serba-terbatas, para dokter dan perawat tetap berusaha keras merawat pasien. Mereka bekerja di rumah sakit hari demi hari tanpa istirahat yang cukup. Bahkan sebagian dari mereka nggak bisa terhindar dari penularan virus mematikan tersebut. Hingga akhirnya, beberapa dokter gugur dalam tugas mereka di garda terdepan penyembuhan corona.

Di tengah pandemi corona, tujuh dokter dinyatakan meninggal dunia. Lima di antaranya dinyatakan meninggal karena positif terjangkit virus tersebut

Kabar menyedihkan diunggah oleh akun Instagram Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada Senin (23/3). Dalam unggahan tersebut, ada enam dokter yang dinyatakan meninggal dunia saat bertugas di tengah pandemi corona.

Advertisement

Lima dokter yang meninggal karena virus corona:
1. dokter Hadio Ali Sp. S,
2. dokter Djoko Judodjoko Sp. B,
3. dokter Laurentius P Sp. Kj,
4. dokter Adi Mirsa Putra Sp. THT dan
5. dokter Ucok Martin Sp. P

Selain mereka, ada juga dokter Toni D. Silitonga yang meninggal dunia, tetapi kemudian diklarifikasi kalau almarhum meninggal bukan karena virus corona. Beliau mengembuskan napas terakhirnya akibat kelelahan dan serangan jantung setelah mempersiapkan fasilitas kesehatan untuk mencegah virus tersebut.

Advertisement

Hanya selang beberapa jam kemudian, IDI kembali mengumumkan kabar berpulangnya seorang dokter di tengah pandemi corona, beliau adalah Guru Besar Epidemiologi FKM Universitas Indonesia.

Kabar duka kembali datang via www.instagram.com

Namanya adalah Prof. Dr. dr. Bambang Sutrisna, MHSc. Beliau meninggal dunia pada Senin (23/3) pukul 08.30 WIB di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta. Hingga artikel ini ditulis, seperti yang juga dilansir dari laman Tirto , pihak Humas Universitas Indonesia mengatakan belum menerima hasil laboratorium resmi perihal kematian guru besarnya tersebut.

Putri dokter Bambang kemudian membagikan kisah pilu saat harus menyaksikan ayahnya meninggal sendirian dalam isolasi. Ia memohon bagi siapa pun yang masih mengabaikan imbauan #dirumahaja, untuk segera sadar diri bahwa pandemi ini nyata adanya

Ini bukan di Wuhan atau Italia, tragedi ini telah sampai di Indonesia via www.instagram.com

“Yang menyedihkan buat pasien suspect corona adalah meninggal sendirian, sesak sendirian. Mau minta tolong? Nggak ada perawat berjaga, ruangan isolasi tertutup, keluarga nggak bisa lihat,” tulis putri salah satu dokter yang meninggal, melalui Instagram Story-nya di @nonznonz pada Senin (23/3).

Putri almarhum dokter Bambang Sutrisna menceritakan kematian ayahnya dengan pilu. Meskipun dilarang oleh keluarga, dokter senior ini tetap memeriksa pasien yang sudah datang dari jauh. Ternyata pasien tersebut diduga positif virus corona, bahkan hasil rontgen paru-parunya sudah putih semua. Setelah menanganinya, dokter Bambang mengalami demam dan sesak napas sampai harus dilarikan ke rumah sakit.

Kondisi dokter Bambang semakin memburuk di sana. Saat sesak napas, dia harus menghubungi anak dan menantunya melalui telepon, sebab keluarganya tidak diizinkan masuk. Lantas anaknya menghubungi pihak rumah sakit untuk memberitahu kondisi sang ayah. Namun, kondisi dokter Bambang terus menurun sampai akhirnya dia mengembuskan napas terakhir dalam kesendirian di ruang isolasi.

Putrinya yang juga seorang dokter, tak berani pulang semala 2 minggu karena takut menulari orang rumah via www.instagram.com

Tak ingin menakut-nakuti, tapi dia ingin semua orang di Indonesia tahu bahwa pandemi ini ada di depan mata. Bagi para tenaga medis, tragedi yang kemarin kita lihat di Wuhan atau Italia lewat berita, telah berlangsung di rumah sakit-rumah sakit Indonesia. Putri sang dokter yang juga seorang dokter, bercerita dirinya sampai 2 minggu tidak pulang ke rumah karena takut menulari orang-orang di rumahnya.

Para dokter, perawat, staf, sampai petugas keamanan dan kebersihan rumah sakit, kini harus berjibaku menghadapi risiko penularan tinggi tanpa perlindungan yang memadai. Belum lagi jumlah pasien terinfeksi diperkirakan akan terus naik.

Sungguh pahit kondisi yang harus dialami para petugas medis saat menangani virus corona. Apalagi, peralatan kesehatan semakin menipis tiap harinya. Mari kita ulurkan tangan untuk mendukung mereka yang sedang berjuang di luar sana. Kamu bisa turut membantu para tenaga medis dengan berdonasi di KitaBisa.com . Sedikit bagi kita, bisa sangat berarti untuk orang lain. Yuk sisihkan sedikit rezeki demi mereka!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Tinggal di hutan dan suka makan bambu

Editor

An amateur writer.

CLOSE