5 Teka-teki Tentang Virus Corona ini Belum Terjawab Walau Sudah Enam Bulan Mewabah di Dunia

Misteri virus corona

Kurang lebih sudah enam bulan lamanya kita hidup bersanding dengan virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19 yang banyak ditakuti manusia saat ini. Mulai dari yang awalnya takut, khawatir, deg-degan, sampai benar-benar nggak mau keluar rumah meski cuma sejengkal, lalu perlahan berubah jadi agak melunak dan mulai berani beraktivitas lagi di luar bahkan bepergian ke luar kota. Yang jelas, bagaimana pun perasaan kita terkait wabah ini, faktanya virus corona belum benar-benar under control. Angka kasus baik secara global maupun nasional juga masih terus bertambah. Virus ini tidak peduli dan tidak bisa diajak kompromi, walau pemerintah sudah melonggarkan PSBB dan membuka kembali sejumlah tempat umum.

Advertisement

Ilmuwan, peneliti, atau tim medis yang setiap hari selama beberapa bulan berkutat dengan virus ini pun nyatanya banyak yang kewalahan. Enam bulan belum cukup bagi mereka untuk bisa memahami si “kecil-kecil cabe rawit” ini. Banyak pertanyaan atau misteri besar yang belum berhasil terjawab. Kira-kira, apa saja ya pertanyaan terkait virus SARS-CoV-2 yang masih jadi teka-teki ?

“Loh, bukannya udah jelas ya asalnya dari kelelawar?”

Sebagian besar dari kita mungkin tahunya virus corona ini berasal dari kelelawar, dengan titik awal persebaran dari Wuhan, Cina. Namun ternyata pertanyaan soal asal muasal virus ini masih jadi perdebatan di kalangan peneliti. Sebagian besar peneliti memang sepakat kalau virus ini berasal dari kelelawar, lebih tepatnya kelelawar tapal kuda dari Yunnan, Cina. Ini karena menurut riset, 96 persen temuan genetik dari binatang itu identik dengan SARS-CoV-2. Tapi 4 persen sisanya menunjukkan kalau ada kemungkinan lain virus ini berasal dari kelelawar dari negara-negara tetangga seperti Myanmar, Laos, atau Vietnam.

Advertisement

Nah, kalau mau yakin virus itu beneran dari kelelawar dari Yunnan, ilmuwan harus menemukan kemiripan gen sebesar 99 persen dari SARS-CoV-2. Sedangkan ini sulit dilakukan karena faktanya, virus ini sudah menyebar dari hewan ke manusia, dari manusia ke manusia, dan dari manusia (atau hewan) ke hewan lain.

Satu lagi yang masih menimbulkan kebingungan di kalangan ahli medis, yaitu mengenai beragamnya kondisi pasien yang dinyatakan positif Covid-19. Sebagian ada yang tanpa gejala, sebagian ada yang gejalanya ringan, sebagian lain gejalanya berat. Sempat ada asumsi kalau pasien yang punya riwayat penyakit berat akan lebih rentan mengalami komplikasi saat terinfeksi virus corona, namun ternyata itu saja nggak cukup jadi acuan.

Advertisement

Kári Stefánsson , ahli genetika dan kepala eksekutif DeCODE Genetics di Reykjavik, menyebut kalau ada kemungkinan gen berpengaruh terhadap seberapa parah virus ini menginfeksi manusia. Sampai sekarang, studi ini masih berlangsung.

Pada dasarnya, semua virus pasti bermutasi seiring proses infeksi, termasuk si SARS-CoV-2 ini. Saat ini ilmuwan percaya kalau virus ini pun berlum berhenti bermutasi. Pertanyaannya, seberapa berbahayanya proses mutasinya? Soalnya kata David Robertson, ahli biologi komputasi di University of Glasgow, mutasi virus ini berpotensi bikin sebuah vaksin yang udah diproduksi jadi nggak efektif. Kan takutnya vaksin yang masih dalam proses pengembangan ini jadi nggak ngaruh lagi ketika virus terus bermutasi dan mungkin jadi lebih ‘canggih’ di masa mendatang.

Suatu penyakit akan memicu antibodi manusia terbentuk. Peneliti juga menemukan kadar antibodi terhadap virus SARS-CoV-2 pada pasien tetap tinggi selama beberapa minggu setelah terinfeksi. Tapi, sampai sekarang peneliti masih terus bekerja untuk menemukan jawaban, apakah antibodi itu bisa bertahan lama. Maksudnya, apakah setelah terinfeksi Covid-19, antibodi itu hilang, atau justru bertahan lama sampai bertahun-tahun. Soal gimana sebenarnya antibodi dalam tubuh kita bekerja saat terinfeksi corona juga masih jadi pertanyaan.

Pengembangan vaksin untuk virus corona masih terus berlangsung hingga sekarang. Ada sekitar 200 kandidat vaksin yang sedang dikembangkan ilmuwan seluruh dunia, 20 di antaranya sudah masuk tahap uji klinis. Ada kelompok peneliti dari Universitas Oxford yang membuktikan kalau vaksin ternyata cuma berfungsi mencegah tahap kritis, nggak benar-benar bisa mencegah persebaran virus. Ada juga yang vaksinnya terbukti bisa merangsang tubuh memproduksi antibodi dan memblokir virus dari sel yang menginfeksi. Tapi belum jelas juga apakah kadar antibodi itu bisa mencegah infeksi baru, atau berapa lama bertahan.

Meski banyak teka-teki terkait virus corona yang masih jadi misteri ini, semoga aja tidak menyurutkan semangat para tenaga medis, ilmuwan, maupun peneliti yang jadi garda terdepan untuk membasmi virus ini. Dan yang terpenting, jangan lupa untuk terus menerapkan protokol kesehatan di mana pun berada ya!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

Editor

An amateur writer.

CLOSE